tiga.

93 6 0
                                    

"angin sedang berhembus membisikan padamu tentang perasaan ku"

Mereka puas makan dan berkeliling jalanan dengan keadaan Dea yang masih berseragam sekolah.

"eh btw, lo ngga sekolah ya?" tanya Dea,
"ngga ah bosen, gitu-gitu aja"

Dea yang sudah paham betul sifat sahabatnya ini tidak terkejut begitu tahu kalau Byan tidak menginjakkan kakinya disekolah.

"by pulang ya, udah dekil nihh"
"siap tuan putri"
"apaansih hahahah"
Byan membawa motornya kembali pulang mengantar Dea, ia senang karna bisa pergi bersama Dea walau hanya sekedar makan sebentar, senang jika Dea bersamanya, senang jika Dea bisa dijahilinya

Byan senang jika Dea tertawa karena dia alasan nya.

"udah sampe nih De"
Dea turun dari motor dan berterimakasih kepada laki-laki yang sudah menculiknya; Aby.

"kalo udah sendirian disekolah cepet pulang ya gue nggak mau lo kenapa-kenapa De"

"iyaa, udah ah jadi sok perhatian gitu ih"
"gue balik yaa dadahh"

Lagi-lagi, Dea tersenyum dalam hati nya.

waktu menunjukan pukul 7 malam. sembari mengeringkan rambutnya setelah mandi, Dea melihat notif di hp nya

Abyan: De charger gue titipin ke lo gak tadi?
Dea: Hah apaan? nggak ada
Abyan: Coba cek di tas sekolah lo
Dea: ih iya ada. dih sialan gimana bisa!?!?
Abyan: gua ambil nanti jam 8, sekalian temenin gue ke toko buku

Dea menyudahi obrolan tersebut hanya dengan membacanya. ia heran bagaimana mungkin ada barang Byan tertinggal di tas nya.

disisi lain, Byan senang karena punya alasan untuk kembali hadir di depan mata Dea.
ya, memang dia sendiri yang meletakkan barangnya di tas Dea sewaktu Dea sibuk makan.

Tujuan Byan hanya karena ingin bertemu Dea.
sederhana sekali bukan?

lagi dan lagi, malam itu bulan menyaksikan mereka menikmati malam dengan cara berkelana menyusuri jalan yang ramai.
andai mereka tahu, bulan pun sedang tersipu malu kala itu.
jika mampu, bulan ingin sekali meredup karena cahayanya tergantikan oleh besarnya perasaan mereka.

yang tak bisa terungkapkan dari
keduanya.

Terimakasih, Tuhan menciptakan mu begitu baik De, aku tidak bilang sempurna, tapi cukup indah untuk aku kagumi. pikir Byan.

***

Senin, hari yang banyak dibenci oleh para pelajar. karena hari ini, sepertinya penderitaan mereka disekolah akan berawal.

pertama, upacara.
Dea hanya berdiri selama upacara,memerhatikan bendera merah putih naik ke puncaknya,mendengarkan amanat yang di
sampaikan kepala sekolah, lalu kemudian pandangan nya menjadi kabur dan...

Dea jatuh pingsan.

beberapa menit berlalu ketika ia bangun, ia mendapati dirinya berbaring di ruang UKS.
ia ingin menutup matanya lagi ketika tiba-tiba ia tersadar ada seseorang yang duduk di sebrang kasurnya.

seorang laki-laki yang kelihatan nya sehat. tapi kenapa berada disini?
apakah dia anggota PMR?
dari gayanya sih, mana ada anggota PMR sebrandal itu ,pikir Dea.

Dea mencoba untuk duduk, lalu ia terkejut saat laki-laki itu menatapnya

"sakit?" tanya laki-laki itu dingin.
"hmm, iya. lo?," tanya Dea
"gue nggak sakit"
"terus kenapa disini?"
"cabut. btw nama lo?" Tanya nya yang sepertinya mengganti topik pembicaraan.

"Nadea Azka Amanda, Dea. lo?"
"Rafael Atmajaya. upacara udah selesai, gue cabut,"
ucapnya kemudian pergi dari ruangan itu.

Dea seperti tidak pernah melihat manusia yang barusan bicara dengan nya di sekolah, terasa sangat asing, dan dingin.

bel istirahat berbunyi tepat pukul 10 pagi, jika biasanya siswa lain akan segera berhamburan menuju kantin, tidak dengan Dea. dia membuka buku merah mudanya dan kembali menuliskan suatu puisi diatas sana. puisi yang dunia pun ingin tahu apa isinya.

"De temenin beli minum yuk sebentar aja langsung balik, janji" ajak Tasya panjang lebar.
"okeoke yuk"
mereka berjalan ke arah kantin yang sudah mulai sepi karena 5 menit lagi bel masuk akan menjerit.

"eh lo yang sakit di UKS tadi" ujar seorang laki-laki yang tidak sengaja berjalan disamping Dea.
"eh iya halo ra-"
"panggil Rafa aja ," koreksi nya
"ohh iyaiya Raf duluan ya,"pamit Dea yang ingin beranjak ke kelasnya

siapa sih dia, kenapa sosoknya masih asing ya untuk ku, lagi-lagi Dea menelaah dalam benaknya.
laki-laki itu sangat dingin tapi mudah diingat.

Dea melihat ponsel nya, panggilam masuk dan pesan dari Byan sangat banyak yang intinya hanya "gue jemput ya"
Dea tersenyum membayangkan sikap sahabatnya yang selalu begini.
bagaimanapun cara mu memperlakukan ku, aku senang. selama itu kamu By

ANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang