Chapter 1

48 1 0
                                    

     Brr...silir angin intro turunnya lagu hujan,dinginx menusuk sampe ke tulang,sungguh hadirx hujan bukanlah hal yg jadi penghalang atau masalah.ketika kita bisa menjadi sebab dan akibat yg jadikan hadirnya hujan bermanfaat,berkah.

     Beberapa orang lalu lalang,seperti tarian penyambutan hujan, berjingkrak, melompat, menghindari percikan demi percikan yang diterima bumi,becek. Aku sendiri sedang berlari-lari kecil, mencari emper toko yang menyisakan jarak, antara...aku, mereka, dia. Sedari pagi matahari tidak melek sempurna, mendung menari di wajah mentari, dan kini tambah komplit hadirnya dengan tangisan tersedu-sedu. Derasss! jacket yang bukan anti air, membuat tubuhku kuyup😑
 

   Iseng ku lirik pergelangan tangan, bukan arloji yg nangkring disitu tapi gelang ' salah tingkah gue, bego' pikirku. Sembari ku lempar pandang kearah kiri, kanan.
Bude pesan sesuatu sepulang kuliah, sedang aku masih separuh jalan . macet diemper ut beberapa waktu terlewatkan.

     Sejenak aku merasa titik pandangku tadi melewati sesosok wajah...? Kuhadapkan lagi wajahku yang tak cerah oleh terpaan hujan melunturkan bedak,pengiring tampilanku, disebelah kiri, yap beberapa orang jadi perantara si pemilik mata teduh ' GOD ' dia sedang merhatiin gue, cepet-cepet ku paling kan wajah, mengikuti sebagian orang yang menatap tetes hujan, sudah pasti tidk bisa dihitung.kebodohan nyata hhh.

     Setelah beberapa menit, pengen hati melihatnya bukan kecentilan mata, " what?!" otak gue melonjak, beberapa detik menghayati sebuah tatapan. Ku naik kan alisku demi mata yang nggk bisa bulat bola, kuukir senyum semangat pe de, yang menurutku paling muanizzt! karna aku yang sedang ditatapx, yakinku!!! Dia menaikkan tangan pengganti sapaan hai dan yang lebih hebohnya hatiku gedebag-gedebug... Dia memejamkan kedua matanya sejenak lalu senyum. Akhh aku seperti baru kena jenis penyakit aneh. Bukankah logis aja pake isyarat yang sedemikian rupa, nggak mungkinlah teriak ngalahin hujan. Aku sedang malu dan menciptakan rasa rame, manis, asem, asin, nano-nano banget! Perut ku pun shock berat, dingin+lapar= teman sejati. "Semoga bude mengerti, klo pulang ku telat " desahku dalam hati. Aku tak berani menoleh lagi. Ntah berharap hujan segera reda atau sebaliknya.🙇

               "DIAMNYA..."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang