chapter 4

21 1 0
                                    

     Ada rindu untuk  ibu,biasa klo bepergian gini pasti berkabar semoga beliau tidak gelisah, nggak kepikiran, kl beliau nemu hpku pasti tau dah alasannya. Sudah pasti doa ibu mengiringi setiap langkah anak2 nya, apalagi ketika aku merindukannya, gelombang energy positif bathin saling mengikat seberapa jauh jaraknya dan tasbih pelengkap aksesoris tampilan ku sebagai tanda pengingat, manusiawi kita kadang lupa, kilaf, sama yang membuat hidup, yang mncipta jagad raya, arasy, Allahu akbar.
     " gledug, hehh astaghfirullah..."
     Ini yang keempat kalinya aku kejedug pinggiran dinding gerobak, sebenarnya nggak tinggi cuman aku duduk jadi pas, sebatas kepala, posisiku bersandar, sementara jalanan tak bersahabat, seminggu bolak- balik jalan disini turun dah badan nggak perlu nge-gym, nih seluruh badan bergoyang, setiap kali kejedug gue istighfar, jujur nih, PUYENG!
     " nduk..jangan mepet, nanti kejedug terus lho,    
      Ya baring situ,  nanti klo dah sampe rumahe bapak tak bangunin"  
    
     " njih"
     Jawabku singkat, ku kuat-kuatkan diri untuk tidak baring, yang ada tumpukan rumput dan lagi kalau gue baring, moment indah alam ini terlewatkan. Hmm kadang agak mistis juga. jejeran bambu dan sesekali teriakan kutilang bersahutan, kebahagiaan nya tak bisa diganti dengan apapun dibanding teman-teman mereka yang terkurung disangkar terpajang di pasar, meski tidak susah mencari makan tapi jiwanya terpasung, hatinya sepi, teriakan nya tak ada arti baginya tapi manusia penikmat jeritannya, kalau saja manusia mau ganti posisi bagaimana rasanya terkurung,   stress,depresi,gila dan yang sejenisnya!!!

     Awan gelap menggantung disebagian langit, angin yang dihantar pepohonan menerpaku berubah suhu agak sejuk,sesekali gemeresek daun kering dari arah bergantian, sepertinya jejak-jejak langkah tapi tak terlihat, seolah menyambut kedatanganku,hhh bukan kepedean gak berlebihan lah, mereka pasti ingin tau
     ' mahluk manist dalam gerobak sapi'
     Hiick sombong ku sedikit meninggi, yach meski tempatnya nggak mecing. Kayaknya gue di alur kisah yang beda seperti kisah si lupus ' mahluk manist dalam bus'
     Apa mungkin!  Dengan perasaanku, seperti banyak mata yang mengawasi ku atau karena sedari awal masuk jalan ini tak ku jumpa sepucuk hidung penduduk setempat. Tanda tanya besar telah menggantung di kepala ku sejak pertemuan awal dengan seorang ' rendra'  dan kini  smua diluar kepala nggak ada yang masuk logikaku,penampilannya ??? Akh...itu sih bisa aja nggak jadi patokan, kartu yang diberikan padaku??? Alamat yang harus ku tuju??? Ini jalan tengah hutan,menurutku, bagaimana mungkin alamat dengan nama jalan yang keren jln.purbasari no.01z. Trus ...bapak yang didepan gue meng iya kan, kusir sapi yang tertutup caping, nggak pernah ngeliat ngelirik dikit lah ke gue, truss mereka badua laki-laki, gue wanita,sendiri?! GOD.
      Memurnikan ke tauhid, dzikir lisan,dzikir qolbu, otak beresa mengecil mempengaruhi semua ennergy gagah berani ku, break down!
     ' tawaqal hamba Rabb, ENGKAU lah sebaik pelindung dan penolong'
     Niatan untuk melompat dan berlari sekencang mungkin, pastilah tak kencang kerana ada diantara batu jalanan yang nggak kecil,😭 nggk ada waktu buat nangis.
     Gue meyakini doa ibu tameng bagi anaknya jika dalam masalah,
     ' glodak...'
ntah ini untuk yang keberapa kali badan gerobak mumbul, rumput ini berguna untuk bokong gue.
     " nnduk...ini dh rumah bapak, ayo mampir dulu"
     " oh iya pak makasih,matur suwun, nti keburu sorean pak"
Tolak ku,sembari melihat sekitar, rumah dia tunggal, lhaa beloknya juga kapan? Atau tadi aku sempat kesirep sejenak?
     " ayolah...bapak tidak tinggal sendiri,jarak dari tetangga dibatasi kebun kayak gini"
     " ooh njih"
Dia seperti tau aja yang kupikirkan,setelah menurunkan barangnya,ada dua remaja menyambutnya.
     " nih cucu bapak"
     " hai..halo...aku mbak ningrum"
Kenal ku kujulurkan tangan,mereka kearahku,menurunkan kembali brang yang akan mereka bawa masuk
     " li!"
Kenal yang wanita
     " lo!"
Sambut yang pria.
     "....  ????? "
Gue melongo
     " ya udah klo nggk mau mampir atau nginep dulu, biar li dan lo yang anter,soale sebentar lagi dah mau gelap, klo mereka dah biasa"
     " alhamdulillaah.matur suwun sanget pak"
Syukurku teramat dalam
     " pade wi juga dah sering bolak balik sini"
Tambahnya, seolah membaca ketakutan ku. Lo disamping kusir, Li disampingku, ku lirik dari samping hidung bangirnya wajahnya tertutup helai rambut hitam panjang lebih sebahu, setiap ku perhatikan ia balik dan senyum, lesung pipinya membentuk,
     " mmm..apa tempatnya masih jauh"
     " nngak kok mbak"
     " ohh iya ini alamatnya"
     " nggak usah mbak"
     " lho kok?!"
     " la iya ini tinggal satu jalur kok"
     " ohh gitu"
Nyampah  lagi tanda tanya di kepala ku.
Hanya mendung dan semilir angin dingin,tanda hujan belum juga ada tetes kecil pun tak jatuh,
     " kwaaak...kwaaak..."
Suara kawanan  gagak dipelepah pohon kelapa sedikit membuatku terkejut, tapi tiga orang ini tak kaget, bahkan mereka menatap kedepan terus,tak ada suara obrolan, si sapi aja kadang gebreesss, bersin kali.

               "DIAMNYA..."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang