chapter 3

14 1 0
                                    

Awan agak muram tapi nggk berarti akan hujan, selasa pahing hari ini, kalender jawa disudut rumah joglo halaman samping rumahku, kubolak balik kalender yang nggk ada maksud apa-apa, kegelisahan ku memuncak bercampur, jengkel, gondok, sebel dan sejenisnya, kemarahan halus menggores diwajah, membuatku mirip beruang madu yang terkurung di Bonbin, mondar-mandir, kagak bisa duduk tenang bkn juga karna bisul yang salah tempat. Huff!!!

Komunikasi kami sebatas sms, itupun sehari tiga kali seperti resep minum obat, ada kelegaan yang besar karna hadirnya rasa pengertian. Satu hal yang membuatku mungkin merasa tak berarti, dia tidak juga mau kerumahku, menelpon pun nggak!.

" ...dengan tidak mengurangi rasa hormatku padamu, aku sangat berharap kedatanganmu, hadirmu,ketulusan cintamu, aku berharap lebih kamu bisa mengerti aku, aku..." ini bagian sms dia dan paling sering berulang-ulang. Setiap kali habis ku baca terasa tercabik hrga diriku jika harus kupertaruhkan untuk mengunjungimu terlebih dahulu, aku masih menghargai adat ketimuran. Sedang sms dia selalu terputus dengan kalimat 'aku... ' menggantung ketika dia tdk menjelaskan keadaan dia yang sebenarnya. Hati dan pikiran ku pun, bersiteru, emang terlalu simple untuk diabaikan tapi bisakah rasa dibohongin, bisakah akal sehat dimenangkan ketika kuatnya hati membawa energy kasih yang membangun ketulusan...?!.

" kamu cwok egois,egois,egois " umpatku setiap kali aku tak punya pilihan untuk sebuah keputusan pergi atau tidak. Anehnya di sms berikutnya selalu ada jawab dari setiap perdebatan bathinku.
" aku sadar sepenuhnya,aku begitu ego, percayalah kasih!  ada alasan yang tak bisa aku katakan, hanya ada sisa harap kedatanganmu, meski itupun tak mungkin!"

Ini sms semalam yang ku baca berulang-ulang seperti wirid menempel di otakku. Sementara kalimat ' mengalahlah, pergilah dengan selalu niat baik, ayolah...". mengelus lembut jiwa dengan cinta ranum seperti buah kegemaran ibu-ibu yang lagi ngidam. Tau khan bagaimana rasanya!!!!!!
" lhoo kok masih disini,ibu kira dah nyampe, pamitnya se jam yang lalu "
Ibuku sayang, ibuku datang hhh, ibuku heran,
Wajah manis gula jawa nya terlihat teduh menyejukkan setiap kali hadir dan berbicara. Aku hanya bisa senyum dan menatapnya
" ibu ditinggalin alamatnya juga, ntar klo ada apa-apa khan bisa di hubungin "
" dah bu, dibuku tlp.dah kutulis gede banget hehe"
" ya nggak gitu amat to, klo kamu ragu mau ngunjungi sapa tuh namanya"
" rendra!"
" ya. ya, nggk usah dah, nanti klo dah yakin apa yang kamu putuskan benar,jalan dah"
. ada benarnya juga tapi sampe kapan? Ini aja dah berjalan beberapa bulan, gila gue!!!
" bu, aku jalan dah, doain ndak kesasar"
" lhaa wis gede to yo" kental medok jawanya kluar juga beserta senyumnya penambah semangat 45 Pejuang cinta, hekhh !!!
Belum begitu siang tapi mentari ikut mendinginkan perjalananku , ada ketenangan yang mengiringi setiap langkahku. setidaknya lebih tenang dari sebelumnya, selang beberapa jam aku memanaskan bokong di bus, aku turun bukan diterminal, beberapa jajaran pohon rindang. pelindung,alamat yang ku tanyakan pada beberapa orang, mengharuskanku naik mini bus angkutan pedesaan, harus!
Dah kebayang penuh sesaknya, bau campur sari di akrab pin,sok akrab tepatnya, sesekali kutebar pesona senyum dengan yang duduk disampingku, semilir angin membawa bau dari bapak2, ibu2 sang pejuang kehidupan, yang berjihad untuk bertahan hidup, sebagian besar mereka pedagang pasar pagi, bahkan sebelum fajar subuh, mereka bergerak, kebayang sehatnya mereka, disudut kanan belakang kuliat sejenak lelaki paruh baya senyum kearahku, ku balas senyum sambil angguk hormatku, sekilas terlihat deretan giginya yang kuning karena rokok racikan tembako asli buatan sendiri. terlihat yang saat ini asapnya mengepul kayak knalpot motor racing, wajahnya hingga tersamar di pelupuk mataku. Aku lama menatapnya kebelakang karna dialah orang pertama yang menyapaku.
" ndukk!! tegurnya
" njihh pak " sapaku
" mau turun dimana nak"
Lanjutnya bahasa indonesia akhirnya, kubaca lengkap alamat yang kutuju dengan nama rendra.beberapa menit aku menunggu, berharap ada suara lain yang ikut menjawab tapi penumpang lain pada sibuk ngobrol masing2, bapak yang ku perhatiin hanya manggut - manggut,
" bapak tau alamatnya?"
Tanyaku ulang, ia hanya manggut lagi ia mengangkat tangan dengan telunjuk kedepan, kubalas angguk dan berbalik kedepan, berasa tarian angguk-angguk!!!

Pemandangan hanya melulu pohon jati yang mendominasi, angin sesekali kencang banget, laju mobil nggk terlalu cepat atau aku yang nggak sabar,tapi kondisi mobil emang dibawah standar layak pake,tiba-tiba suhu tubuhku berubah drastis, meriang, bukan merindukan kasih sayang!. Nggak enak aja. Sudah ada empat penumpang turun,setiap kali ada yang turun aku balik ke bapak dibelakang dia hanya senyum dan angguk,kini tangan lima jari diangkatnya. mungkin dia memintaku sabar, sok tau aja tapi bener, buktinya dia nggak koment.kutarik napas panjang disetiap beban pikir yang harus dilepas.

Sisa empat orang diatas mobil ini, disamping sopir, gue, bapak yang dibelakang, akhh ku rogoh kantong ranselku mencari hpku, cemasku naik ke level takut, kugeledah isi ranselku seluruh pelosok resleting, kantong jeansku, t shirt, sweaterku,akhh. Ketinggalan?!
" astghfirullaah...Rabb lindungi hamba" bisikku lirih, tawaqal habis dah.
" hukhh,hukhh" suara batuk si bapak.
Aku berbalik kearahnya, ia memberi kode minggir
" pak henti sini,kiri,kiri"
Pintaku ke sopir, aku jalan kedepan dan membayarkan sekalian bapak.
" lha!"
" sudah pak saya yang bayar,sampun"
" makasih nak"
" sami-sami pak "
Ku perhatikan keliling nggak ada rumah penduduk. Sepi! Aku balik kearah bapak tadi dengan berdiri didekat barang jualannya yang lumayan masih banyak, berat pastinya!.
Dia menunjuk arah belakngku berdiri, aku balik dan emang ada jalan yang sebenarnya cukup dilalui mobil tapi keadaan jalan naudzubillaah hancur dengan tonjolan batu tak beraturan, aku beranjak melangkah pas ditengah jalan, setelah jalan datar ada tanjakan sekitar lima belas meter dari sini, jika aku tak salah liat,
" nunggu nak, sabar ya!"
Tenangnya bijak
" iya pak,makasih"
" biasanya ada mobil yang mau masuk, biasanya ada ojek, biasanya ada gerobak sapi"
" gerobak tapi yang narik si sapi?!" tandasku
Ia senyum kecil sambil angguk,menyalakan lagi rokok glintirannya yang mati setelah beberapa kali ia nikmati kekosongan kepulan asap dan seperti kekosongan harap, hmm perokok sejati."

Brrr angin menyapa tanah jalanan tak beraspal menerpa wajahku,pas! Aku telat menutup wajah, kebayang gimana bedak alami nempel diwajahku yang habis kebasuh keringat, debu!!!. Darimana datangnya gerobak sapi ini,setelah beberapa meter baru terdengar gemeletak ban dan gerobak papan yang didalamnya terisi tumpukan rumput yang kurang segar, kulihat si bapak ngobrol dengan pengemudinya,  friend?! Pikirku, tak jelas perbincangan mereka, lagian nguping juga bukan hal baik.
" ayo nak,mau naik sini atau nunggu ojek?"
" ohh, tapi alamat ini pak"
" bapak nanti belok kanan, lha alamt yang kamu cari masih terus lalu belokan kanan lagi, pasti ketemu, notok dah"
Aku sempat berpikir, tidak satu jurusan akan merepotkan
" gampang kok. habis antar bapak, bisa antar kamu nak"
" ohh gitu pak ya udah saya ikut,bissmillah!"
Cepet-cepet ku angkat tubuhku, gaya monyet teraneh yang pernah kulihat 🙊. My trip my adventure!

               "DIAMNYA..."Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang