Satu

13 3 0
                                    

"Air darimana ini, rin?" teriak seseorang dari luar kamarnya.

Ia terbangun dari tidurnya yang benar-benar lama. Kepalanya terasa berat dan pusing. Ia juga menggigil kedinginan. Baru ia sadari, sejak ia pulang sekolah kemarin ia lupa mengganti bajunya yang basah karena kehujanan tadi.

"Karin, kamu kehujanan, ya?" teriak ibunya lagi.

"Iya, ma." Ucapnya dengan suara parau habis bangun tidur.

"Keluarin bajunya, minum obat nanti kamu sakit."

"Iya, ma." Ucapnya begitu mendengar derap kaki ibunya menjauh. Ia benar-benar malas bergerak. Bahkan separuh dari kasurnya lembab karena ia belum mengganti bajunya.

Karin. Begitulah dia. Pemalas. Sering lupa, kecuali melupakan doi.

Ia menatap jam weaker yang ada di atas nakas. Pukul delapan tiga puluh. Berarti, ia benar-benar hebat. Ia tidur sehabis pulang sekolah kemarin dan bangun keesokan harinya.

Ia tak berniat untuk beranjak dari kasurnya atau mengindahkan ucapan ibunya tadi. ia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.

Membukanya dan membaca pesan dari notif GC WhatsApp teman-temannya itu.

Grup Chat 'AlToGi'

Andin : Gais, gue punya kabar buruk. Ryan pulang bareng perempuan lain. Anjir gak?

Lina : Serius, din?

Elda : Jleb bgt tuh hati.

Andin : Beneran, njir. Gue syok njir liatnya.

Elda : Lebay njir. Doinya sapa yang syok sapa.

Andin : Lah, gue bahkan keselek liatnya. Gue lagi minum kan di atas motor abg gue, trs gue gak sengaja liat kebelakang ada di Ryan sama cewek lain.

Lina : Entah, lo lebay bgt dah.

Elda : Ngakak njir.

Andin : Tapi bener deh, si Ryan itu jahat bgt. Masa dia nge-baperin Karin terus malah jalan sama cewek lain. Gue gak nyangka njir.

Lina : Iya, jahat bgt.

Elda : Udahlah, gak usah suka-sukaan. Daripada Cuma bikin sakit hati.

Andin : Tapi, ya, seenggaknya kalo dia emg gak suka sama Karin seharusnya dia gak usah bikin Karin baper. Lah ini? Setiap hari gue liat ya, si Ryan itu caper mulu ama Karin.

Lina : Playboy mah emg gitu, din.

Elda : Emg cakep ya ceweknya?

Karin : Cakep. Bgt.

Ia sudah tak tahan lagi. Ia ingin menangis tapi air matanya seakan sudah mengering dan tak bisa mengeluarkan air mata bahkan untuk setetes pun lagi. Matanya bengkak akibat nangis semalaman, bahkan bisa ia rasakan pagi ini matanya benar-benar sipit.

Ia melangkahkan kakinya menuju ke arah cermin tegak di kamarnya. Ia melihat dirinya yang sudah kacau. Rambut panjangnya tergurai tak beraturan dengan baju yang lembab masih melekat kacau di tubuhnya. Kepalanya masih berat dan pusing. Bisa ia rasakan ia benar-benar tak punya tenaga kali ini.

HeartBeat Or HeartBreakWhere stories live. Discover now