Lima

3 3 0
                                    

Ryan berjalan masuk ke kelas. Ia menatap Karin. Perempuan yang entah sejak kapan selalu masuk dalam pikirannya.

Jam istirahat berakhir, Ryan yang telah duduk di bangkunya berbalik agar bisa berhadapan dengan Karin.

“Rin?”

Karin tertegun, sejak kapan terakhir kali ia mendengar panggilan dari Ryan.

Karin masih menghabiskan bekal siangnya. Ia tak memperdulikan Ryan yang sedang menatapnya.

Ryan menyandarkan kepalanya pada kursi Alfi agar memudahkannya untuk menatap Karin. Hening kemudian.

“Akan kulakukan apa yang kau mau~ akan kuberikan seluruh hidupku~ asal jangan kau pergi tinggalkan aku~ kumohon padamu~”

Karin memutar bola matanya malas mendapati kelakuan Ryan yang tak berubah. Namun, masih sukses membuat hatinya terbang.

“Nyanyinya ke arah sini, tapi pikirannya ke MAN Model.”

Jleb! Kenapa harus di omong coba? Sakit yan sakit, batin Karin.

Karin terdiam. Masih berkutat pada bekal yang ia makan.

Andin sesekali berdelik dan menyiratkan tatapan ‘sabar’ padanya.

“Lo itu kalo makan gak malu-malu ya? Gue suka," ujar Ryan menggoda Karin. "Cewek kan biasanya kalo makan malu-malu gitu,”

Karin masih mengunyah makanannya, namun hanya menoleh pada Ryan.

“Kalo di depan orang yang mereka suka, cewek pasti begitu,”

“Berarti lo gak suka sama gue?”

Karin tertegun, masih dengan mulut yang terisi makanan, ia mengangguk.

Gue sengaja jawab gitu, Yan. Biar lo sadar sama kelakuan lo yang selalu buat gue sakit hati, batin Karin.

Ryan hanya mengangguk dengan senyum masam.

Kok gue nyesel ya, nanya gitu ke lo, rin. Batin Ryan.

                                ***

Ryan masih menggoda Karin yang sedang berjalan ke bangkunya setelah jam istirahat habis.

Seperti biasa, Karin selalu blushing.

“Awas, ih!”

Ryan masih menghadang Karin jalan. Dengan berdiri di sampingnya, menatapnya, mencegatnya bahkan dengan senyum menyeringai.

Melihat perempuan di depannya marah adalah kesenangan sendiri bagi Ryan. Entah mengapa, ia menyukai saat perempuan itu kesal padanya.

“Mulai gatal!” ujar Dwika dari bangkunya yang berada di barisan depan.

Ryan menoleh, begitu juga dengan Karin.

“Entahlah, gatal banget jadi orang!” ujar Karin ketus mendelik pada Ryan yang masih menghalanginya jalan.

Ryan hanya tersenyum menyeringai—seperti biasa.

“Entahlah, Ryan tuh emang gitu. Semua cewek di ganggu.” Ujar Dito yang juga menyaksikan kelakuan Ryan.

Karin akhirnya bisa duduk di bangkunya setelah Ryan pergi ke bangku Dwika.

Mereka seperti membicarakan sesuatu dengan Ryan yang tampak tersenyum miring, sedangkan Dwika dan Dito menoleh ke Karin bergantian.

.
.
.
Kependekan ya? Wkwk
Tinggalkan jejak plis?
Voment yaw :))

HeartBeat Or HeartBreakWhere stories live. Discover now