Dua belas

5 3 0
                                    

“Gue harap lo gak kemakan rayuan dia.”

Entah kenapa, kata-kata terakhir Gina mengusik pikiran Karin. Ia benar-benar terganggu akan perkataan itu.
Karin menyerah. Ia tak ingin sibuk memikirkan semua hal tentang Regan.

Kini ia duduk di atas ranjang kamarnya, men-scroll TimeLine ig-nya. Tak sengaja ia menemukan nama Regan Aprilio.

Ia sengaja membuka akun itu dan sekedar ingin melihat—katanya. Terdapat 8 kiriman yang berada di akun itu. ia sengaja melihat semuanya dari awal.

Fhoto pertama terdapat tiga orang laki-laki tersenyum di depan kamera sedang memakai bando kelinci berwarna pink dengan bentuk yang sama berada dalam wahana biang lala. Fhoto itu diambil dari arah pintu masuk wahana. Dengan caption : Curut yang kupelihara—emot tertawa.

Ketiga laki-laki itu tersenyum bahagia, dengan seorang laki-laki yang duduk sendirian di salah sisi bangku wahana itu yang Karin tahu itu adalah Regan.

Ia kembali menatap kedua laki-laki yang berada di hadapan Regan. Laki-laki dengan dua lesung pipi. Ia teringat akan laki-laki yang pernah mencegatnya saat setelah pertandingan bersama Regan.

Berarti dia memang benar-benar sahabat lo, gan?, Batin Karin.

Namun, sesaat setelahnya ia teringat akan ucapan Lina.

'Dia pernah hampir bunuh sahabatnya.'

Karin kembali menatap fhoto itu. ia memperbesar fhoto itu dan ia tertegun saat melihat sosok di belakang lelaki berlesung pipi.

Fahri.

Lelaki yang tak sengaja di kenalnya saat menemani Regan bertanding. Juga tak sengaja mendengarnya curhat mengenai kecelakaan yang merengut kesempatannya untuk ikut bertanding mewakili sekolah.

“Gue pernah kecelakaan, sama sahabat gue.”

Ia ingat betul kata-kata itu. Lalu ia kembali melihat kiriman kedua.

Terdapat sebuah gembok berwarna hitam yang tersangkut pada sebuah trali jendela besi dengan sedikit tulisan pada gembok itu. kiriman itu ber-caption : Kata ayah gue, itu gembok cinta antara bonyok gue sama gue yang sengaja di pasang di trali jendela kamar gue. Tapi gue agak risih. Masa gue jadi orang ketiga? Wkwk.

Kiriman ketiga, sebuah cincin di sebuah jari kelingking dengan caption : Cincin kawin emak gue, gue pake cuma sehari, takut dosa jadi pelakor—emot tertawa.

Karin hanya tersenyum membaca caption dari setiap fhoto.

Lalu, matanya napasnya langsung tercekat ketika melihat sebuah kiriman fhoto Regan sedang tersenyum menghadap kamera, berpelukan bersama seorang perempuan yang tidak menghadap kamera, dengan caption : Hatiku, Gladys.

Ada apa semua ini? Kenapa begitu membingungkan?, batin Karin.

Karin tersenyum miris begitu melihat kiriman selanjutnya.

Fhoto seorang gadis sedang membelakangi kamera ala siluet di pinggir pantai, dengan caption : Senjaku yang dinantikan semua orang di sore hari, Glad.

Lalu, kiriman selanjutnya tak kala mengenahkan. Fhoto Regan berdiri di samping seorang gadis cantik bergaun hitam dengan senyum manis merekah di wajah mereka, tanpa caption.

Kiriman selanjutnya hanyalah Fhoto sehelai perban yang terdapat noda darah dan tulisan spidol, ‘Maafkan aku.’

Lalu kiriman terakhir di kirim dua hari yang lalu, sebuah fhoto taman bermain dengan efek blur dari balik sebuah kaca tembus pandang yang bertuliskan, ‘Me gusta en silencio’ di tengah fhotonya, dengan caption : Kuharap dia juga merindukanku.

Karin menutup ponselnya. Ia langsung memejamkan matanya. Ia memaksakan dirinya tertidur.

                   ***

Voment? Plis--

HeartBeat Or HeartBreakWhere stories live. Discover now