Regan mengantar Karin tepat di depan rumahnya. Sedari kejadian tadi, Karin tak berniat berbicara. Ia bahkan hanya diam. Bahkan sekarang, ia turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Karin?”
Ia berhenti melangkah, berbalik dengan kespresi datar.
Regan menyodorkan dua lembar uang dua ribu.
“Nih, uang lo. Gue minta maaf. Gue cuma-,”
Karin merampas uang dari tangan Regan dan kembali berjalan memasuki rumahnya.
Regan mendengus kesal melihat sikap gadis itu. ia merutuki dirinya sendiri karena penyebab gadis itu bersikap seperti itu adalah dirinya sendiri.
Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Ia segera menghidupkan kembali motornya. Namun, motornya tak bereaksi sedikitpun. Ia menatap jarum penanda tingkatan bahan bakar yang telah memasuki warna merah. Ia membenci hal ini.
Kemudian, Karin kembali dengan membawa payung. Masih dengan ekspresi sebelumnya.
“Motor lo kenapa?” tanyanya datar.
“Abis bensin.” Ujar Regan cengir kuda.
“Yaudah, berteduh kerumah dulu.”
“Lo udah maafin gue, rin?” tanya Regan berusaha agar tidak canggung untuk merespon sikap datar Karin.
“Mama gue nyuruh.” Ujarnya melirik kearah pintu rumahnya yang menampakan sosok ibu-ibu dan Nina-kakaknya Karin.
Regan mengikuti ucapan Karin. ia membiarkan motornya terparkir di tempatnya.
Saat ia beranjak setengah berlari untuk menerobos hujan, Karin menarik tasnya. Membuat Regan tertarik kebelakang.
“Kenapa lari sih?”
“Ujar, rin.”
“Terus buat apa gue bawa payung dua?”
Regan melongo, ia berpikir apa karin sedang berbalas dendam atas apa yang dilakukannya tadi. ia langsung menyambar payung yang di bawa gadis itu dan berjalan santai menuju ke rumahnya.
Kini ia berada di ruang tamu. Ia sedikit mengusap tangannya kala ia merasa menggigil. Karin tak menemaninya. Kini ia sedang berhadapan dengan seorang wanita paruhbaya.
“Kamu temennya Karin?”
Regan mengangguk kikuk.
“Saya ibunya. Panggil saja Tante Rose” Ujar wanita itu. “Baju kamu basah. Mau ganti baju? Bentar, ya, saya mau ngambil baju Karin.”
Regan menahan tangan wanita itu, ia sedikit tertegun mendengar baju Karin, “Gak usah repot-repot tante.”
Tante Rose tersenyum, “Tenang saja. Karin punya beberapa kaos besar. Kamu gak berpikir saya mau ngasih baju perempuan kan?”
Regan terkekeh. Lalu ia melepaskan tangannya membiarkan wanita itu melakukan apa yang ia mau. Ia teringat ketika datang pertama kali ke rumah ini. Ia melihat Karin memakai baju kebesaran layaknya baju laki-laki.
Karin datang membawa secangkir teh di atas nampan. Lalu meletakannya di hadapan Regan. Ia masih bungkam. Tak berniat untuk berbicara pada lelaki itu.
“Makasih rin.” Ujar Regan kikuk.
Lalu, saat Karin beranjak pergi. Ibunya datang membawakan sesetel baju pada Regan.
“Nih, kamu bisa ganti di kamar mandi.” Ujar wanita itu. “Karin, antar temen kamu ke belakang untuk ganti baju.”
Karin mengangguk patuh. Regan mengikuti arah langkah Karin setelah menerima baju dari ibunya. Mereka berhenti di depan pintu plastik berwarna pink yang identik dengan pintu kamar mandi.
YOU ARE READING
HeartBeat Or HeartBreak
RandomDebaran hati atau patah hati? Semua itu terjadi begitu saja. Ia bahkan dapat merasakan keduanya padahal kedua hal itu sangatlah berbeda. "Gue gak pernah minta lo berpaling padanya," -Ryan Algaero. "Gue gak mau sakit untuk kedua kalinya," -Karin Gust...