Janji

3 0 0
                                    

Reni mengetuk pintu kamar kakaknya. Di depan pintu itu tertulis nama sang kakak -Dedi Mulyadi- lalu dibawah nama tersebut juga tertulis -ketuk dulu sehelum masuk-.
'Nggak ada jawaban' gumamnya. Reni memutuskan untuk masuk ke kamar kakaknya. Dia membuang nafasnya kasar saat melihat kakaknya tidur.

"Kakak bangun" katanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Dedi. Terlihat sedikit pergerakan pada tubuh kakaknya. Sang adik tidak menyerah. Muncul ide jahil di kepala Reni. Dia naik ke ranjang tidur milik kakak kesayangannya itu, lalu memencet hidung Dedi pelan. Dedi yang mulai kehabisan nafas langsung membelalakkan matanya dan memukul tangan adiknya. Nafasnya tersengal-sengal bagai orang yang berlari marathon.

"Kebiasaan deh" kali ini Dedi membuka suaranya sambil memutar bola matanya. "Gausah sok ngambek kak, gak pantes kakak sok ngambek. Udah ah itu udah ada Ferry di bawah. Katanya mau ngajak Ferry makan malem" katanya panjang lebar. Efek mengantuk, Dedi mulai bertanya dalam hati 'kapan gua ngajak Ferry makan malem?'
Beberapa detik kemudian, Dedi langsung menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Dedi baru ingat bahwa tadi pagi dia bilang pada Reni untuk mengajak Ferry kerumah. "Untung lu kakak gua, kalo bukan udah gua makan lu" gumam Reni saat Dedi sudah masuk kamar mandi.
---
"Jadi lu temen siarannya Reni?" Kata Dedi memulai pembicaraan. "Eh iyah kak hehehe" jawab Ferry canggung. "Alaah gausah pake kak. Panggil aja nama gua langsung, gua yakin umur lu sama gua gak beda jauh" kata Dedi sambil mengunyah makanannya. "Kakak mah kebiasaan. Telen dulu makanannya kalo mau ngomong" kali ini Reni yang bersuara. Yang dimarahi hanya mengeluarkan cengiran kuda yang menambah ketampanannya. "Nanti selesai makan jangan pulang dulu Fer. Ada yang mau gua omongin sama elu" kali ini Dedi mengeluarkan nada seriusnya. Tanpa pikir panjang Ferrypun mengangguk tanda setuju.

Seusai acara makan malam, Dedi menunggu Ferry di luar rumahnya. Ferry langsung menepuk pundak Dedi, dan Dedi menyuruh Ferry untuk duduk disebelah Dedi. "Fer lu jujur sama gua..." Katanya menggantung sambil melihat kearah taman depan rumahnya. "...lu suka kan sama Reni?" sambungnya. Ferry terkejut dengan pertanyaan Dedi. "Eh, eu, anu..." hanya kata-kata itu yang mampu dikeluarkan oleh Ferry. "Yaelah tegang amat kayaknya hahaha. Selow aja sama gua mah, gua gak gigit" kini dia memasang wajah teduhnya. Setelah itu hening, tidak ada kata-kata yang keluar sampai Reni datang membawa makanan ringan dan teh. "Elah diem-diem bae, ngeteh apa ngeteh haha" hanya itu yang bisa Reni sampaikan, setelah itu masuk ke dalam rumahnya. "Diminum Fer tehnya" kata Dedi sambil menunjuk tehnya. Yang ditawarkan hanya mengangguk sambil tersenyum.

Lagi-lagi keheningan menjalar. Ferry masih memikirkan kata-kata Dedi barusan.
"Gua boleh minta tolong ke elu gak Fer?" Lagi suara Dedi yang memecah keheningan. "Minta tolong apa kak, Ferry bakal ngelakuin itu dengan senang hati" kata Ferry kali ini nadanya sedikit antusias. "Etdah dikata jangan pake kak kak..." Kata-katanya langsung dipotong oleh Ferry. "Maaf kak, Ferry gak biasa manggil orang yang lebih tua dari Ferry make namanya. Kalo kata bibi pembantu di rumah saya itu gak sopan" kata Ferry.

Ferry tidak pernah malu membawa-bawa bibi yang berperan sebagai pembantu rumahnya. Ferry sudang menganggap bibi sebagai ibunya sendiri.

Dedi tersenyum dan melanjutkan bicaranya. "Tolong jagain Reni ya Fer, gua gak mau keluarga gua satu-satunya itu kenapa-napa. Gua tau lu suka sama dia Fer, udah keliatan dari raut muka lu. Makanya gua berani minta tolong ke elu" katanya yang sukses membuat Ferry melongo. 'Kenapa harus gue?'

"Gua percaya sama elu Fer" lanjutnya sambil tersenyum seakan bisa membaca pikiran Ferry. "Maaf kak, kenapa kakak minta tolong sama Ferry? Emang kakak kenapa? Siapa tau Ferry bisa bantu kakak. Tapi bukan berarti Ferry gak mau ngejaga Reni, Ferry dengan senang hati ngejaga Reni dengan baik" ucapnya panjang lebar dengan mantap. "Ini rahasia kita berdua ya Fer, sebenernya..." Dedi mendekatkan mulutnya ke telinga Ferry membisikkan kata-kata yang membuat matanya membesar. Ferry masih tidak percaya akan kata-kata Dedi. Dedi hanya mengangguk sambil tersenyum. "Detailnya gua ceritain nanti lewat WhatsApp, gua minta kontak lu deh" Kata Dedi. Tanpa ragu, Ferry langsung memberi kontaknya pada Dedi. Dedi melakukan sengaja melakukan semua ini, karena Dedi yakin ada yang sedang menguping di dalam ruangan. Siapa lagi kalau bukan Reni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Radio Gokil.fm (Late Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang