Perpisahan

600 29 0
                                    

Kring...kring...

Ditengah tidurku yang lelap, sayup sayup aku mendengar bunyi alarm. Aku terhenyak.
"Astaga," umpatku. Aku terlambat.
Aku segera bangkit dari tempat tidurku, tergesa-gesa menuju ke kamar mandi.

"Ma..aku berangkat ya udah telat," teriakku sembari menghampiri mamah yang tengah memasak di dapur.

"Sarapan dulu sayang," jawabnya

"Gak keburu, aku pergi Assalamu'alaikum," ujarku seraya mencium punggung tangannya.

"Hati hati sayang wa'alaikumussalam"

Ah..jam menunjukan pukul 07.00. Aku tergesa gesa, segeraku menaiki ojek online yg sudah ku pesan.
Sepanjang perjalanan aku terus menggerutu, memaki diriku sendiri. Hari ini adalah hari pengumuman penerimaan siswa baru di SMAN Tunas Bangsa. Bagaimana bisa aku terlambat bangun padahal ini hari yang aku nanti nanti.

Tak berselang lama, akhirnya aku sampai. Kulihat ibu pertiwi *eh* maksudku kulihat sudah banyak siswa yang berkumpul disana. Aku segera berlari menghampiri teman-temanku yang mendaftar di sekolah tersebut. Sampai aku hampir lupa melepaskan helm yang aku kenakan. untung saja pengendara ojol itu memanggilku, kalau tidak Aku pasti akan ditertawakan. Memalukan.

"Nisya, kamu kemana aja sih? Jam segini kok baru Dateng," ujar Rina, sahabatku.

"Iya, tadi aku terlambat bangun," ucapku.

"Dasar ceroboh." Rina menjitak kepalaku seraya menggelengkan kepalanya, jengah.

Ya inilah aku, Denisya Nadipa Latifah. Aku memang ceroboh. Hampir setiap ada kegiatan penting atau apapun pasti aku melakukan kesalahan. Entah itu terlambat datang atau lupa membawa sesuatu, yang pasti selalu saja ada kesalahan yang aku buat.

"Nis, kok aku deg degan banget ya," ucap Rina sambil menggengam erat pergelangan tanganku.

Aku mengatur nafasku yang masih terengah-engah, "Bismillah aja Rin, apapun hasilnya in syaa allah itu hasil terbaik untuk kita". Ucapku berusaha menenangkan Rina, walau tak bisa dipungkiri sebenarnya aku juga tengah gelisah menunggu hasil yang akan diumumkan.

Pak Guru menghampiri  kami sembari membawa map yang merupakan penentuan nasib kami kedepan. Ia mulai mengumumkan nama nama yang berhasil lulus tes di sekolah ini. Sudah sekitar 20 orang yang disebut namanya oleh beliau. Namun, namaku dan juga Rina belum disebutkan juga. Hal ini membuatku gelisah dan hampir putus asa. Hingga..

" Dan nama yang bapak sebutkan ini adalah nama terakhir yang lolos sekaligus diterima disekolah ini," ucap pak guru

"Dan dia, Denisya Nadipa Latifah," sambungnya sambil menunjuk kearahku yang kini diam dan terpaku.

"Sa..saya pak..?" ucapku dengan ragu.

"Iya. Selamat ya Denisya," ucap pak guru

"Terimakasih pak." Aku berujar setengah tidak percaya.
Aku, gadis ceroboh ini diterima di sekolah favorite. Aku sangat bahagia bahkan tak terasa air mata ini menetes dan mengalir deras begitu saja.
Beberapa detik kemudian aku mulai mencerna ucapan guruku tadi. Aku murid terakhir,
Itu artinya...

Lantas Aku menoleh ke arah Rina yg kini telah menangis.

"Selamat ya, Nis." Rina berujar dengan air mata yg tak berhenti menetes.
Aku tak mampu berkata apa apa, dengan segera aku memeluk Rina dengan air mata yang kian menderas.

Aku merasa senang karna dapat masuk di sekolah yg aku idamkan. Namun, disatu sisi aku juga sedih karna tak bisa lagi satu sekolah dengn Rina, sahabatku. Sahabat terbaiku..

*Ya Allah, haruskah hamba berpisah dengan sahabat hamba*batinku sambil tak melepaskan pelukanku pada Rina, masih dengan derai airmata.

***

Setelah semua pengumuman berakhir, semua murid pulang kerumah masing masing. Mereka pulang dengan wajah gembira karna akhirnya di terima di sekolah yg mereka impikan. Tak sedikit pula murid yg pulang dengan wajah kecewa karna mereka tidak di terima.

Di sisi lain, Aku dan Rina memutuskan untuk tidak segera pulang kerumah.  Kami lebih memilih duduk di taman sekolah untuk menghabiskan waktu berdua sebelum akhirnya berpisah.

"Rin". Aku berusaha memulai pembicaraan

" hmm"

"Setelah ini kamu mau lanjut kemana?" tanyaku dengan tatapan yg lurus kedepana, aku tak sanggup menatap Rina.

"Aku gak tau nis, kayaknya aku masuk sekolah swasta aja soalnya kan pendaftaran untuk ke sekolah negeri udah tutup." jawab Rina dengan mata yang berkaca kaca.

"Jadi, kita pisah disini?" tak terasa air mataku menetes kembali. Rina hanya mengangguk. Lantas kami berpelukan kembali.

"Kamu jangan lupain aku ya Rin."

"Gak kok Nis. Aku gak akan bisa lupain kamu dan persahabatan kita." ujar Rina sambil menangis.

"Pokonya apapun yg terjadi, kita tetap sahabatkan?"

" iya nis."

"Janji?" lanjutku sambil menjulurkan kelingking kearah Rina. Rinapun membalasnya dengan anggukan dan mengatupakan kelingkingnya dengan ku. aku tersenyum hambar, mungkin ini pertemuan terakhir kita..




Assalamu'alaikum, ini cerita pertama author, maaf kalo ceritanya agak gak nyambung atau acak-acakan soalnya masih belajar hehee..

Oh iya, author minta vote dan commentnya ya karna vomment dari readers yg sholih dan sholihah ini bisa jadi penyemangat untuk author.
Udah sih itu aja, intinya semoga readers semua bisa seneng baca ceritanya author dan semoga bisa bermanfaat juga..
syukron katsiron.
     Wassalam..
-SS-

Aku Dan HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang