Marhaban Ya Ramadhan

94 9 4
                                    

Hari ini mama pulang. Ah aku senang sekali. Akhirnya aku terbebas dari ruangan yang beraroma obat obatan itu.

Kini aku dan Mamah tengah diperjalanan menuju rumah. Sepanjang perjalanan tak henti ku peluk dan ku genggam tangan Mamah. Melihat hal itu, Mamah juga sempat keheranan. Tapi aku tak mempedulikan itu, aku tak mau kehilangan Mamah aku tak mau Mamah sakit lagi.

"De, besok sekolah, kan?" tanya Mamah padaku.

"Eumm, nisya izin dulu deh sehari, nisya pengen nemenin Mamah dan jagain Mamah." jawabku dengan tak melepaskan genggaman tanganku.

"Loh, katanya rohis mau ada project kamu harus sekolah dong de, lagian Mamah udah gapapa kok."

Ya. Benar kata Mamah, besok rohis ada project baru lagi. Dari penuturan Kak Fat saat di telepon sih, katanya rohis akan mengadakan pesantren ramadhan sekaligus bagi bagi takjil karna sebentar lagi bulan suci ramadhan.

Aku jadi bingung. Disatu sisi aku ingin menjaga Mamah, tapi disisi lain aku juga punya tanggung jawab sebagai anggota rohis. Apalagi aku sudah janji bahwa akan datang dan mengikuti acara tersebut. Lagipula Mamah pernah bilang kalo kita itu harus menepati janji, sebagaimana salah satu firman-Nya,
"dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-Isra’: 34)

Akhirnya, walau dengan sedikit berat hati aku memutuskan untuk pergi sekolah besok.

"De. Ayo turun! Udah sampe nih, bengong aja." kata Mamah mengagetkanku.

Lalu aku turun, kupapah Mamah sampai menuju kamarnya. Awalnya Mamah menolak dan bilang kalau Mamah bisa sendiri. Tapi aku tak mendengarkan Mamah dan terus membantunya. Dan pada akhirnya Mamah menyerah juga, kan?! Hihihi...

***

"Selamat pagi, mah" sapaku pada Mamah yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Loh de, ngapain?" tanya Mamah heran.

"Masak dong mah, buat sarapan kita". Jawabku sambil kembali fokus pada nasi gorengku.

Mamah menghampiriku, namun sebelum ia sampai di tempat penggorengan aku buru buru meminta Mamah untuk duduk di meja makan, karna aku tau Mamah pasti memintaku untuk duduk saja dan ia yang akan memasak.

Sebenarnya aku sengaja bangun lebih awal agar aku bisa membereskan rumah dan memasak untuk Mamah. Semua itu aku lakukan agar Mamah tidak terlalu kecapean. Lagipula memang sudah seharusnya kita berbakti pada orangtua, kan.

" nasi goreng spesial ala chef Denisya sudah siap." kataku dengan ala chef internasional.
Melihat hal itu Mamah hanya tertawa dan geleng geleng kepala.

Selesai makan Aku langsung pamit untuk berangkat ke sekolah. Diperjalanan aku sedikit mengkhawatirkan keadaan Mamah. Tapi sebelum berangkat Mamah bilang kalo mamah akan baik baik saja, seakan tau kalau aku mengkhawatirkan keadaan Mamah. Hmm, memang naluri seorang ibu itu tidak pernah salah.

"Assalamu'alaikum." ucapku dengan lemas saat aku sudah sampai dikelas.

"Wa'alaikumussalam. Nisya ya ampun, akhirnya kamu sekolah. Gimana keadaan tante halimah?" cerocos Anita, ya ampun anak ini semangat sekali.

"Alhamdulillah baik kok, Nit."

"Eum, nanti pulang sekolah aku mau nengok tante ya?"

"Lain kali aja deh, Nit." ucapku padanya. Kulihat kini matanya membelalak, namun sebelum ia marah akupun mencoba menjelaskannya.

Aku Dan HIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang