13

8.6K 436 9
                                    

Rainia menatap horor keluarganya, tepatnya keluarga kerajaan dihadapannya.

Ayahandanya, Ibundanya, Kakaknya, Bibinya, Pamannya, dan pengawal-pengawal kepercayaan Ayahandanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahandanya, Ibundanya, Kakaknya, Bibinya, Pamannya, dan pengawal-pengawal kepercayaan Ayahandanya. Astaga, rindu tapi takut.

Kini dia berada diistana Al-Gala, setelah diseret paksa tentunya oleh Lunar.

Itu karena titah sang Sultan.

"Rain, Apa yang telah kamu lakukan?" tanya Ayahandanya, auranya sangat mengintimidasi tentunya.

"Tidak ada" jawab Rainia, wajahnya tanpa ekspresi.

"BOHONG" teriak Muktarat membuat seluruh keluarganya terkejut, bahkan permaisurinya.

"Kanda" tegur Liliana Muktarat, Ibunda Rainia.

"Kenapa Ayahanda mempertanyakan padaku? Tanyakan pada menantu kesayangan ayah itu" tutur Rainia menatap tepat mata sang Ayah tanpa rasa takut.

Kalau sudah seperti ini siapa yang akan menghalangi, jika Rainia sudah berani menatap mata sang Ayahanda siapa yang bisa menghentikannya?

"Jaga kata-katamu, Falah ditemukan tak sadarkan diri dan berlumuran darah dikepalanya, aku yakin kau yang melakukannya" Ucap Muktarat masih dengan menatap marah pada sang putri.

Jujur Rainia juga terkejut, darah? Bahkan Rainia tidak tahu menahu soal itu, yang ada dirinya ditampar 2 kali oleh Falah.

"Itu pantas untuknya" jawab Rainia. Jujur saja, dia lebih baik tidak jujur dan mengatakan seperti itu saja.

"KAU" teriak Muktarat berusaha menampar putrinya, namun pandangan Rainia masih sama, menatap mata sang ayahanda.

Tidakkah ayahandanya merasakan betapa tersiksa dirinya? Tidakkah ayahandanya merasakan betapa rapuh anaknya ini? Tidakkah?

Tangan Muktarat terhenti kala menatap mata sang putri, dia baru menyadari lebam dipipi kiri sang putri.

Dengan gesit dia menghampiri putrinya dan menangkup wajah putrinya.

"Katakan sejujurnya putriku, siapa yang melakukan ini?" tanya Muktarat, tatapannya melembut.

Ibundanya juga baru sadar, rasa khawatir tak bisa dihindarkan rasanya melihat lebam yang sedikit tertutupi oleh rambut terurai sang putri.

"Ayahanda" Rainia menatap sedih Muktarat dan kemudian memeluk Muktarat dengan erat, dia kembali menangis.

Lihatlah betapa rapuhnya putrimu ini..

"Maafkan saya Sultan" tiba-tiba suara berat itu membuat Muktarat reflek menoleh.

"Pangeran Falah" ucap Muktarat, dia bingung mengapa Falah meminta maaf.

"Saya kasar pada putri, maaf atas kelancangan saya" mohon Falah dengan membungkukkan badannya.

Muktarat menghela nafas.

Married By Accident | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang