05 : Hesitation

686 33 5
                                    

•-•-•

Tengah malam Sera terbangun, bukan tanpa sebab tentunya. Xion orang kepercayaannya itu tiba-tiba menghubunginya, Sera tahu kemana topik pembicaraan Xion kali ini. Sera tahu kinerjanya dalam misi ini cenderung lambat, sudah terhitung dua minggu Sera tinggal Bersama Bonten. Selama itu pun Sera sama sekali membuat pergerakkan untuk menghabisi ketua Bonten, hal itu membuat Xion resah sendiri.

"Selamat malam nona, maaf saya mengganggu waktu tidur nona."

"Tidak apa-apa, aku tahu dimana letak kesalahanku Xion."

"Saya mengkhatirkan nona, tidak biasanya anda butuh waktu lama seperti ini. Saya tidak bermaksud membuat nona terburu-buru, saya tahu target kali ini cukup sulit."

"Maafkan aku Xion, kupikir aku bisa menghadapi Mikey meskipun masa lalu kami terikat. Setelah bertemu langsung dengan Mikey, aku sedikit ragu."

"Nona-"

"Aku tahu aku salah Xion, seharusnya aku bersikap professional dalam bekerja."

"Nona saya ingin anda mempertimbangkan kembali keputusan apa yang akan anda ambil, saya akan mendukung apapun keputusan nona."

"Terimakasih Xion, aku akan memikirkannya."

Pip!

"Seharusnya tidak begini Izana, aku takut kau marah jika aku membunuh adikmu."

Sera bingung apa ia harus melanjutkan misi ini atau tidak, awalnya ia sangat yakin dengan misinya. Namun tidak sesuai dugaan ia malah bersimpati pada Mikey, keraguannya bertambah saat bayangan Izana akhir-akhir menganggunya seolah mencoba mengehentikannya. Dulu ia sangat dendam pada kematian Izana, Sera menyalahkan semua orang termasuk Mikey, namun kini perlahan ia mulai merelakan kepergian kekasihnya. Tanpa terasa air matanya menetes, mulai teringat akan kenangan indahnya dengan Izana dulu.

"Kenapa kau meninggalkanku sendiri di dunia yang kejam ini?"

•-•-•

Pagi kembali menyapa, Sera sangat malas beranjak bangun dan kemali bertemu dengan penghuni mansion ini. Namun Sera sebagai anggota penting Bonten, tentu saja tidak bisa mengabaikan misi-misi yang Mikey berikan padanya. Setelah mandi dan bersikap, Sera pergi menuju ruang tengah. Disana sudah ada Trio Bonten yaitu Ran, Rindou, dan Sanzu.

"Kalian tidak ada misi?"

"Kami baru selesai misi tadi malam." -Rindou.

"Hai cantik, mau duduk di sampingku?" -Ran.

Sera duduk di samping Ran tanpa menjawab pertanyaan basa-basi pria itu, Sera sudah terbiasa menghadapi Player kelas kakap seperti Ran. Dulu ia dekat dengan kakak kandung Mikey yaitu Sano Shinichiro dan temannya Wakasa Imaushi, 2 orang itu juga tidak jauh beda dengan Ran. Ran yang mengetahui Sera tidak menolaknya, tersenyum sumringah dan memasang wajah sombong. Rindou yang melihat itu memasang wajah jijik.

"Aniki ekspresimu membuatku kesal." -Rindou.

"Kau iri kan Rin?" -Ran.

"Cih!" -Rindou.

"Sera." -Sanzu.

"Hm?"

Sera menatap Sanzu.

"Aku penasaran apa hubunganmu dengan masa lalu Mikey, kami tidak tau detailnya." -Sanzu.

"Bukankah sebaiknya kau tanyakan itu sendiri pada rajamu?"

Sera menyeringai, sedangkan Sanzu berdecih pelan. Sanzu yang awalnya duduk di sofa samping Rindou, datang menghampirinya dan duduk di karpet sembari menyentuh kaki Sera. Ralat bukan menyentuh, lebih tepatnya pria gila itu mengelusnya. Sera hanya menatap Sanzu dengan tatapan remeh, ia berhasil menakhlukkan anjing setia Mikey padahal belum sebulan ia bergabung dengan Bonten.

"Kau wanita pertama yang menarik perhatianku tahu." -Sanzu.

"Benarkah? Aku tersanjung."

Ran dan Rindou hanya tersenyum tipis dan menantikan tindakan gila apa yang akan Sanzu lakukan, jika Kakucho atau Takeomi disini mereka bertiga tidak akan berani bermain-main dengan wanita yang dijuluki Dewi Katana Jepang itu.

"Kemampuanmu dengan katana sangat memukau, maukah kau melatihku Mommy?" -Sanzu.

Sanzu mencium lutut Sera dengan seringai di wajahnya, Sera hanya tersenyum tipis dan tangannya terulur mengelus surai merah muda pria itu.

"Sanzu memang gila." -Rindou.

"Aku mantan kekasih Izana, sudah jangan tanya lagi. Aku akan melatihmu lain waktu Baby, asal kau jadi anak yang baik."

Tubuh Sanzu bergetar pelan, Euphoria aneh yang tidak pernah ia rasakan perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya. Sanzu tidak tahu jika ternyata ia mengidap Mommy Issues, hanya saja perlakuan Sera barusan cukup memberinya sensasi yang menakjubkan yang membuatnya gila. Sanzu membayangkan bagaimana jika ia membiarkan Sera mengontrol dirinya, pastinya akan sangat menyenangkan menurutnya. Sekarang Sanzu mengerti mengapa Kakucho sangat melindungi Sera, aura wanita itu cukup mengundang pria-pria di sekitarnya.

"Kau masih perawan?" -Sanzu.

"Hentikan bodoh!" -Rindou.

"Tidak perlu menjawab pertanyaan bodohnya sayang." -Ran.

"Jangan samakan aku dengan pelacur kalian, aku masih gadis."

"Tidak kusangka, kupikir kau melakukannya dengan Izana." -Sanzu.

"Izana masih menghormati wanita, tidak seperti kalian."

Haitani bersaudara dan Mad Dog Bonten itu tercengang dengan perkataan Sera barusan, siapa sangka wanita cantik di depan mereka ini cukup pandai menyinggung seseorang dengan lisannya.

"Meskipun kami sering menyewa pelacur, kami cukup pilih-pilih. Kecuali Aniki, kuakui dia memang menjijikkan." -Rindou.

"Yah kriminal seperti kalian tidak bisa jauh dari pelacur, itulah mengapa aku tidak tertarik berkencan dengan kriminal."

"Bagaimana jika kami berhenti bermain wanita? Apa kau akan tertarik?" -Rindou.

Sera tersenyum, terkesan meremehkan perkataan Rindou barusan. Sera tidak yakin manusia seperti mereka akan memegang kata-kata mereka, lagipula Sera masih belum melupakan Izana. Entah sampai kapan, namun hatinya masih enggan berpaling. Sera masih berharap untuk menikah dan hidup bahagia dengan Izana, meskipun semua itu hanya mimpi semata.

"Aku masih mencintai Izana, kita hanya sebatas rekan."

"Bukankah Izana juga seorang kriminal? Sudah hampir 10 tahun kepergiannya, sampai kapan kau mau terjebak di masa lalu?" -Ran.

Sera menatap tajam Ran, ia kesal. Sera benci jika ada yang berani menyuruhnya untuk melupakan Izana, faktanya tidak semudah itu. Sera sangat mencintai Izana, kepergian kekasihnya memberi luka yang tidak akan hilang. Kini semudah itu Ran berkata buruk tentang Izana, Izana bukan seorang kriminal dan Sera tahu itu.

"Kekasihku bukan seorang kriminal, dia hanya kesepian."

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu, maaf jika kau terganggu." -Ran.

Sera hanya berdehem, hilang sudah seleranya untuk sekadar berbincang dengan rekannya itu. Ia beranjak dari duduknya dan pergi ke kamarnya, Ran hanya bisa menatap kepergian Sera dengan perasaan bersalah. Rindou menghela nafas, Sanzu hanya diam. Mereka tidak seharusnya menyinggung Izana di depan Sera, mungkin wanita itu masih belum merelakan kekasihnya.

•-•-•

To Be Continue.

FAVORITE CRIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang