Chapter 1: Sosok

48 8 5
                                    

"Itu spionnya yang bener jangan mencong nggak karuan begitu!" ujar seorang cewek berambut hitam lurus sedada. Cewek berkacamata dengan rambut berponi pendek—Kanade.

"Ya selow! Udah dibantuin nggak tau diri, dasar cebol!" sahut cowok berambut cokelat, geram.

Cowok itu berambut agak tak beraturan seperti tak tersisir. Ia mengenakan jaket hitam dengan garis-garis putih di bagian lengannya. Cowok itu bernama Satou.

"Nih, udah selesai. Sana lo pulang. Remot tv kebawa, nyokap lo nggak bisa matiin tv," celetuk Satou.

"Iyaiya, makasih lho. Ini cuma karena kebetulan disini cuma ada lo. Lagian juga ngapain sih lo disini?!"

"Ini orang dibantuin nggak tau diri, ye?! Iyaudah sih, kan gue juga mau pulang kali. Masa iya nginep di kampus?"

"Gih nginep, sekalian nemenin pak satpam. Jagain kampus 24 jam deh nggak usah kuliah aja lo."

"Ogah jagain kampus, mending jaga hati kamu aja," goda Satou.

"Geli, bego," gerutu Kanade.

"Ya santai aja, monyet," balas Satou.

"Kok lo ngegas?!"

"Lo duluan yang mulai."

"Lo dong harusnya, laki bukan?"

"Beda urusan, tolo."

"Astaga. Udah nggak tau diri, ngegas pula."

"Lo yang gatau diri, bloon."

"Iyalah. Kan gua lagi duduk di motor, nggak berdiri."

"Terserah lo, nyet."

"Iya udah, minggir minggir! Cewek cakep mau lewat, mau pulang."

"Yang ngehalangin jalan lo juga nggak ada. Nggak usah kegeeran lo!"

"Suka-suka Kanade, lah."

"Aku sukanya kamu."

"Jijik."

"Bawel, sana pulang."

Kanade menyalakan mesin motor maticnya lalu segera pergi keluar dari parkiran belakang kampusnya itu. Satou melihat Kanade terlebih dahulu sebelum akhirnya berjalan ke arah motor CBR merahnya. Ia merogoh kantong celananya, mencari kunci motor. Namun hasilnya nihil, kunci motornya hilang. Ia mengelilingi parkiran itu hingga bertanya dengan petugas parkiran, apakah petugas parkiran melihat kunci motornya atau tidak. Dan ternyata pun nihil juga. Satou panik dan mengingat kembali kapan terakhir kali ia melihat kuncinya. Akhirnya dia ingat kalau disaat ia membetulkan spion motor Kanade, kunci motornya dipegang Kanade. Dan sekarang, kunci motornya ada di Kanade.

"Cewek sialan...!" gerutu Satou.

Satou segera mengeluarkan handphone-nya dan menelpon Kanade. Tak lama kemudian, panggilan teleponnya diangkat.

Halo? Woi! Apaan sih?! Gue masih di jalan ini!

"TERUS NGAPAIN LO ANGKAT, BLEGUG?!"

Kirain penting, taunya dari lo. Gua tutup la—

"—heh, heh! Ini penting, beneran penting. Kunci motor gue masih sama lo, kan?"

Nggak, barusan gue buang di Kalimalang.

"Jahatnya... Seriusan, bego. Sama lo bukan?"

Iya sama gue, kenapa emangnya?

"MASIH NANYA KENAPA? Ya balikin sini, nggak bisa pulang ini gue."

Ohh, iya udah. Lo ini yang nggak bisa pulang.

"KUNCI MOTOR GUE ITU, PINTER!"

Iya udah lo kesini, temuin gue.

BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang