02. Sabar itu berat

15.3K 2.6K 402
                                    

Saat pulang kuliah Rahee menyempatkan diri untuk mampir terlebih dahulu di toko kue. Dia suka yang manis-manis, tapi bukan berarti type lelakinya yang serupa dengan Kai, hitam manis.

"Hun, mending yang cokelat atau vanila?"

Rahee meminta pendapat kekasihnya akan cita rasa yang layak untuk ia makan nanti. Antara cokelat dan vanila, bukannya menjawab Sehun malah mendengus. Hidung Rahee dikerutkan, bibirnya mencibir.

"Lupa, ya? Aku lagi pacaran sama es batu!" misuhnya sambil lirik-lirik dengan maksud menyindir.

"Vanila aja," barulah Sehun menjawab. Rahee diam sejenak, "Tapi aku lagi pengen yang cokelat."

"Yaudah cokelat."

Namun, yang ada Rahee mendelik, ia menatap tajam wajah datar Sehun yang entah kapan bisa ada ekspresinya.

"Kamu nyuruh aku gendutan bukan, nih?" dengan vokal menuduhnya Rahee kembali berucap, "jujur deh!"

Kedua alis mata Sehun berjingkat satu. "Kamu PMS?"

Refleks Rahee mencubit perut Sehun. "Nyebelin!"

Memang sungguh lancar sekali lisan Rahee, Sehun jadi serba salah. Mengantar perempuan beli kue saja pembahasannya malah liar ke mana-mana.

"Jadi beli enggak?"

Tuh kan, menyebalkan lagi. Rahee cemberut, bibirnya maju lima senti.

"Yaudah, borong dua-duanya. Gak mau tahu, kalau aku gendut kamu jangan selingkuh." setelahnya Rahee pergi lebih dulu meninggalkan Sehun yang hanya bisa menghela napas saja.

Diperhatikan oleh banyak orang, sudah biasa. Karena Rahee yang memang muka tembok, sementara Sehun sendiri adalah temboknya. Jadi, untuk apa malu segala? Biarkan saja. Orang punya mata fungsinya untuk melihat, kalau memang perdebatan kecil tadi itu adalah tontonan, so? It's okay.

"Kue cokelat sama vanilanya dua." akhirnya itu yang Sehun sebutkan.

***

Rahee tersenyum selebar-lebarnya, nyaris saja kedua ujung bibirnya menyentuh telinga.

Menyambut Sehun yang datang dengan jinjingan di tangan. Kekasihnya memang baik hati, walaupun terkadang sifatnya sering menguras emosi.

Sekarang saja bingkisan dari toko kue yang Sehun bawa ada dua. Benar-benar lelaki idaman, Rahee jadi makin suka.

"Pinter banget sih, ceweknya lagi ngambek disogok pakai kue," vokalnya jenaka. Rahee mencolek dagu Sehun yang wajahnya terlalu fokus menatap lurus ke jalanan.

"Dua lagi kuenya." imbuh Rahee. Duh, baper jangan nih? Rahee sudah kelewat senang soalnya.

"Jangan serakah," celetuk Sehun. Uluran tangan Rahee saat hendak mengambil kue-kuenya terhenti. Suara Sehun mengintrupsi, "Yang satunya untuk Nabila."

Oh, God damn! Mood Rahee langsung hancur seketika.

"Berhentiin mobilnya!" sambil membuka sabuk pengaman Rahee berucap lagi, "gue mau turun."

Yang Sehun turuti dan sukses membuat hati Rahee mencelos karenanya.

"Kenapa berhenti?" sewot Rahee. Kening Sehun mengeryit tak mengerti, "Turunnya gak jadi?"

(Book 1: AKB) World PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang