enam

355 66 4
                                    


Setelah masalah malam itu, Caletta masih menghindar dari Papanya, begitu pun sebaliknya. Keduanya enggan meminta maaf terlebih dulu.

Sedangkan hubungan Caletta dan Radeya semakin dekat, tapi tak ada satu pun dari mereka yang menyinggung masalah pernikahan. Mereka pikir masih terlalu cepat jika langsung menentukan pernikahan. Pernikahan itu sesuatu yang harus dipikirkan secara matang. Walaupun sebenarnya Caletta sudah menaruh rasa kepada Radeya.

"Mau kemana hari ini, Cal?"

Radeya sedang berkunjung ke rumah Caletta mumpung hari ini mereka berdua sedang libur. Orang tua Caletta juga sedang berada di luar kota.

"Aku kok males pergi, ya?" Caletta mengambil posisi duduk di samping Radeya.

"Yaudah, mau pesen makanan apa?" tanya Radeya sambil mengambil handphonenya dan melihat-lihat tempat makan apa yang enak.

"Eh, jangan, gak usah! Kamu mau makan apa?"

Radeya menoleh, "Kamu mau masak?"

Caletta menganggukkan kepalanya semangat, "Kamu mau makan apa? Aku bikinin."

"Aku makan apa aja yang kamu bikin,"

Setelah itu Caletta langsung pergi ke dapur dan mulai memasak. Karna ia tidak pergi berbelanja hari ini, jadi ia hanya menggunakan bahan-bahan yang ada saja.

Di saat Caletta memasak, Radeya duduk memperhatikannya di kursi meja makan dekat dapur. Beruntungnya Radeya jika ia bisa menikah dengan perempuan seperti Caletta.

"Dihabisin ya!"

Radeya menatap hasil masakan Caletta dengan mata berbinar-binar. Kelihatannya benar-benar enak.

"Aku makan ya,"

Tiba-tiba handphone Radeya berdering, ada yang meneleponnya. Caletta pun berinisiatif mengambilkannya.

Latania? Siapa? pikir Caletta.

Caletta memberikan handphone itu kepada Radeya dan langsung dimatikan olehnya.

"Kok gak diangkat? Siapa tau penting," tanya Caletta.

"Gak penting kok," Radeya tersenyum lalu kembali melanjutkan makannya.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang