Choices

dua puluh delapan

Hari demi hari berlalu sejak terakhir kali Radeya dan Caletta bertemu. Caletta berusaha menyibukan dirinya di Rumah Sakit. Radeya sendiri masih berusaha untuk melupakan semuanya.

Triya? Ia sudah tahu tentang akhir dari hubungan Caletta dan Radeya tapi Triya berpura-pura tidak tahu apapun. Ia juga tak ingin menganggu kedua temannya itu karena mereka juga masih butuh waktu sendiri.

"Dokter?" seseorang mengetuk pintu ruangan Caletta.

"Ya, masuk,"

Ternyata salah seorang perawat yang mengetuk, "Tadi ada orang yang ngirim ini."

Perawat itu memberikan sebuah buket bunga.

"Dari siapa?"

"Katanya ada surat di dalam bunganya, Dok."

Caletta yang sedang merapikan perlengkapannya, berhenti sejenak untuk melihat dari siapa bunga itu.

"Radeya..."

Senyum Caletta mengembang, pipinya bersemu merah. Radeya masih saja membuat hatinya bergetar tak karuan.

Caletta mengambil handphonenya lalu menghubungi Radeya, setidaknya ia harus mengucapkan terima kasih.

"Halo? Rad?"

"Ada apa Cal?"

Jantung Caletta berdetak lebih cepat dari biasanya, "Thank you bunganya. Masih inget ulang tahun aku ternyata."

"Kamu nih kayak lagi ngomong sama siapa aja. Aku gak tau kamu suka bunga apa, jadi aku cuma beli mawar, maaf ya."

"Aku suka bunga mawar kok. Yaudah aku cuma mau bilang terima kasih aja, kamu kerja lagi."

Sesaat setelah panggilan ditutup, mata Caletta mulai memerah, dadanya terasa sesak. Ia tak bisa membohongi perasaannya bahwa ia masih mencintai Radeya dan tak ingin berpisah seperti ini.

Caletta pikir lebih baik ia dan Radeya tidak saling menghubungi lagi. Lebih baik mereka menjalani hidup masing-masing. Jika mereka tetap seperti ini, Caletta tak yakin bisa melupakan Radeya.

—
to be continued
—

choices masih akan berlanjut tapi di buku kedua.
terima kasih buat kalian yang masih setia nunggu dan baca choices🙏🏻 i love you 3000!

Q. untuk bagian kedua dari choices ini, lebih enak di bikin work baru atau lanjut di sini aja?
1 comment dari kalian akan membantu💖