dua puluh satu

233 58 1
                                    


"Cal... Maaf,"

Entah sudah berapa kali Radeya mengatakan itu, tapi masih tak dihiraukan oleh Caletta.

"Diem, kamu berisik banget daritadi,"

"Maafin aku, Cal,"

"Gak."

Caletta masih mengobati luka-luka di kaki Radeya. Banyak sekali lukanya, bagaimana ia bisa menahan ini daritadi?

"Kenapa bisa gini?"

"Gapapa, aku cuma jatoh,"

"Cuma jatoh? Kalo ada yang terkilir atau patah gimana? Kenapa gak langsung ke rumah sakit?"

Dari suara Caletta, Radeya yakin kalau Caletta sedang khawatir dengannya sekarang.

"Aku mau ketemu kamu dulu, masih ada yang harus aku jelasin." Radeya kemudian menarik Caletta untuk duduk di sebelahnya. Tapi Caletta menepis tangan Radeya dan pergi ke dalam rumahnya.

Tak lama ia kembali dengan membawa baju dan celana lama milik Papanya, "Ganti baju dulu sebelum ngomong."

🎨🎨🎨

"Jadi kamu bener udah putus sama Latania?" tanya Caletta, kini wajahnya sudah lebih cerah dibandingkan sebelumnya.

"Iya, aku udah putus sama dia. Waktu itu aku sendiri yang ngomong, tapi mungkin Latania masih gak terima kalo kita putus,"

"Terus kenapa Mama kamu bilang kalo kamu itu gak pernah pacaran sebelum sama aku?"

"Aku sama Latania pacaran waktu kita masih sekolah dan aku gak di bolehin pacaran sama Papa, Cal. Jadi aku diem-diem,"

Caletta mulai mengerti sekarang. Sekarang ia hanya harus bertemu dengan Latania dan mengakhiri kesalahpahaman ini.

Mau bagaimana perasaan Latania, kini Radeya sudah menjadi milik Caletta. Ia tidak bisa mengambil Radeya begitu saja.

ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang