Ayah menarik kesadaranku dari tidur. Memang berbahaya, tapi aku tak acuh. Ketika aku naik ke daratan, segera aku menggoyangkan tubuhku supaya tidak terlalu basah.
“Apa yang kau lakukan Yoon Jeonghan? Kau ingin mati bunuh diri huh?”
Aku melakukan shifting menjadi manusia biasa dan hanya menunduk mendengarnya marah.
“Aku minta maaf ayah.”
Pria yang kupanggil ayah hanya terdiam, beranjak lebih dulu meninggalkanku dengan gelengan kepalanya.
Aku menghela napasku dan pergi mengikutinya masuk dalam rumah kecil di tengah hutan. Ia adalah Yoon Hyunseok. Ayah angkatku. Ia juga yang merawatku sejak kecil.
Tidak lama setelah aku sampai ia menyodorkan minuman berupa air murni racikannya. Ngomong-ngomong, ia adalah tabib yang terkenal. Ya meski ia kini mengganti namanya.
“Ayah tidak melarangmu tidur, itu hobimu. Tapi tolong jangan membahayakan dirimu.”
Tersenyum paksa, aku mengangguk. Membuatnya khawatir lagi.
“Usiamu sudah 20 tahun, bukan lagi usia untuk bermain-main dengan kehidupan Jeonghan.”
Mengangkat kepalaku, aku melihatnya menatapku dengan raut khawatir. Kemudian aku mengangguk. “Ya Ayah.”
“Kau masih mendapatkan mimpi itu?”
Mengangguk untuk yang kesekian kali, aku berbohong. “Tapi aku tidak mempedulikannya Ayah. Itu hanya mimpi.” Berbanding terbalik dengan pikiranku.
“Karantina menantimu Jeonghan.”
“Aku tahu.”
Karantina yang dimaksud ayahku adalah ajang pencarian jodoh, jati diri, dan pengelompokan pack. Sudah sejak beberapa tahun lalu para werewolf berubah, mereka tidak lagi seperti wolf kolot yang benar-benar sangat teritorial dan pemaksa.
Kini tiap tahunnya akan diadakan karantina bagi wolf yang sudah berusia matang —setelah mendapatkan heat pertama untuk omega; dilaksanakan di tempat yang sudah ditentukan. Mirip seperti sebuah didikan.
Wolf dari pack apapun akan datang, menunjukkan kehebatan dan sisi menariknya untuk mendapatkan mate. Di sana, biasanya omega akan memilih untuk ikut dalam suatu pack yang sama dengan alphanya. Dan aku benci meninggalkan ayah sendirian.
“Berapa lama?”
“Ayah rasa seminggu lagi. Harusnya kau bersiap-siap Jeonghan.”
“Aku tidak ingin meninggalkan ayah sendiri.” Tanganku menggapai tangan keriput milik ayah angkatku, menggenggamnya dengan sedikit kekuatan. Sadar ia bukan wolf sepertiku.
“Harusnya kau bersyukur bisa kembali dalam kaummu.”
“Aku harus berkata apa?”
“Turuti saja apa yang ayah katakan padamu.”
Di sinilah Jeonghan sekarang, di depan rumah yang sudah bertahun-tahun ia tinggali. Dengan kebahagiaan memiliki orang tua tunggal, meski Hyunseok bukan seorang wolf, ia tetap melatih Jeonghan sesuai didikan orang tua wolf yang biasa.
“Jangan kembali.”
“Ayah...” Omega itu menangis dalam pelukan ayahnya. “Aku tidak ingin meninggalkan ayah sendirian, aku akan kembali, aku janji.”
Gelengan ia dapatkan, “Ayah hanya ingin kau bahagia, temukan, dan jadilah omega yang baik. Jaga dirimu baik-baik.”
Kebalikan, Hyunseok justru mendapat anggukan. “Aku janji.”
Jeonghan kemudian mencium tangan sang ayah manusianya, membenarkan letak persediaannya setelah berubah menjadi wolf dengan bulu putihnya.
Hyunseok berjongkok, memperhatikan Jeonghan lama seolah akan pergi. Mengusap bulu halus pada bagian kepala Jeonghan dengan air mata yang tertahan.
“Sampai kapanpun kau akan selalu menjadi anak kebanggaan ayah nak.”
Jeonghan maju, pasrah dipeluk Hyunseok. Moncongnya mengendusi bau ayahnya yang akan ia tinggalkan.
Menatap dengan teliti bagaimana wajah ayahnya, merekam memori dengan baik. Tidak lama ia menggigit tas perbekalannya dan berjalan lambat meninggalkan rumahnya.
“Yoon Jeonghan, Red Moonlight?”
Anggukan gugup Jeonghan lemparkan pada seorang penjaga karantina. Ia sedang mengonfirmasi kehadirannya setelah ayahnya mengirim data.
“Baiklah, ikut aku.”
Jeonghan tidak tahu siapa itu, hanya saja ia berusaha mengingat wajahnya dengan baik.
“Ini kamar para omega.”
Jeonghan tahu ini rampasan dari para manusia. Ia tak mungkin dapat membangun bangunan megah di tengah hutan.
Pikirannya berkelana di mana para alpha tinggal. Namun belum ia menyuarakan hal itu, orang itu sudah memotongnya.
“Para alpha tidur di luar, kau akan aman bersama para omega. Selamat tinggal, semoga nyaman.”
Di dalam sana, mirip seperti pengungsian. Jeonghan ini individual, tidak mungkin ia akan dapat tidur dengan mudah di dalam. Umurnya sudah sangat matang dan dia tidak menampik ingin memiliki mate, tapi ia tidak bisa.
“Kau siapa?”
Ia menoleh melihat seseorang yang bertubuh sedikit kurus, matanya sangat tajam, sedang kulitnya putih bersih.
“Jeonghan. Ada apa?”
“Ini daerahku, menyingkirlah.”
Sedikit memberi geraman untuk penekanan teritorinya, Jeonghan tahu diri untuk mundur. Membiarkan omega itu bergelung di kasur yang ia pikir kosong.
Kemudian ia segera pergi, mencari tempat kosong diujung ruangan dengan penerangan yang kecil. Tertidur menanti untuk hari esok.
“Bagaimana bisa kau secantik ini?”
Jaejoong tersipu, ia menunduk dalam dan merutuki detak jantungnya yang tidak karuan. Alpha di depannya ini benar-benar!
“Jangan merayuku Jung!”
“Hei, galak sekali sih?”
Binar bening itu bertemu dengan wajah sang alpha, terpejam ketika Yunho menciumi wajahnya dengan perlahan.
Lama tidak bertemu dan kembali jumpa dengan umur yang sangat jauh bertambah membuatnya keduanya yakin satu hal. Mereka mate.
“Y-yun, aku malu.”
“Mengapa?” Menjauhkan wajah, Yunho melihat baik-baik ekspresi lucu Jaejoong saat malu-malu.
“Kita... bukan mate kan?”
“Ah kau mau aku klaim?”
“Yunho!”
“Aww sakit Jae.”
“Hanya seperti itu saja sakit.” Omeganya terus menggerutu tanpa henti, sedang dalam hatinya berbunga melihat alphanya baik-baik saja juga semakin tampan.
“Mengaku saja.”
“Iya-iya, kau puas?! Lagipula aku sudah tidak terlalu muda untuk di klaim bukan?”
“Jaejoong-ie?”
“Nde?”
“Maukah, kau untuk menjadi mate ku? Mulai detik ini juga? Menemaniku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kau punyai? Yang aku punyai?
Aku tahu kau sangat menjadi idaman di manapun, dan aku sangat senang jika kau mengiyakan permintaanku.”Tergagap, Jaejoong tidak pernah melihat Yunho terbalut keseriusan.
“J-jung...”
“Katakan.”
Mata itu kemudian menutup, bersamaan dengan menempelnya bibir cherry pada bibir pemilik mata musang yang tajam.
‘Aku mencintaimu Yunho.’
KAMU SEDANG MEMBACA
OASIS
WerewolfOASIS Omega itu diperebutkan, ia tak ingin terlahir dengan banyak nyawa yang menghilang. Ia tak ingin membuat masa depan dengan berbagai tubuh kaku yang bergelimpangan. Tidak ada yang tahu, menyukainya sama dengan menyerahkan nyawanya. Definisi kese...