Bagian 4

403 74 31
                                    

Seharian ini Jeonghan tidak tidur, tidak makan, begitu pula dengan Yoongi. Mereka masih sangat kehilangan Wonwoo yang kini dibawa oleh orangtuanya untuk dimakamkan. Mingyu mengundurkan diri dari karantina, memilih menenangkan diri bersama keluarganya dalam pack.

Jeonghan tahu semua itu dari ayahnya, Hyunseok, di mana ibu kandungnya memilih untuk mengorbankan seluruh packnya hanya untuk hidup Jeonghan.

Jauh sebelum hal mengerikan itu terjadi, Hyunseok sudah lebih dulu tahu. Ia bukan sembarang tabib, ia diberi peringatan untuk menetap di hutan sekitar Jeonghan lahir. Ia melakukannya dan menemukan Jaejoong beserta pack Blood Magenta yang tewas.

Serigala kecil berwarna putih berada di dekat wolf Jaejoong, meringkuk kedinginan dengan darah yang sedikit kering. Hyunseok membawanya pulang, meski ia sempat berkeliling dan menemukan banyak sekali wolf yang tewas.

Setelah dirinya melakukan meditasi sambil memangku wolf Jeonghan, barulah ia tahu. Jeonghan memiliki suatu hal yang baik sekaligus buruk.

Jaejoong mengorbankan banyak nyawa agar Jeonghan hidup, di mana ia seharusnya mati tidak selamat karena ditusuk oleh salah satu dari pack musuh. Dan dewa mengabulkannya, Jeonghan masih hidup bahkan tumbuh dengan sangat baik.

Hanya saja, ia tidak boleh terkena orang lain. Tidak boleh sama sekali, atau orang itu akan sakit, lebih parah lagi mati.

Tidak ada yang boleh menyentuhnya

Tidak ada yang boleh menyakitinya

Rapalan doa Jaejoong yang menjadi kenyataan. Hanya Hyunseok yang mampu memegang Jeonghan. Itu juga setelah ia kembali melakukan meditasi.

Positif, Wonwoo mati karena sentuhannya pada Jeonghan beberapa waktu lalu.

Jeonghan frustasi setelah ayahnya memberitahukan semuanya, harusnya ia tidak akan pernah mendapatkan mate. Itu yang ia pikirkan, dan itu pula yang ditakutnya Hyunseok. Selama ini mereka berkedok menjadi salah satu pack yang dibantai habis, bukan dari pack anugerah dewa karena ketakutan mereka.

Besok pemilihan mate, ia tidak ingin memiliki alpha meski ingin. Ia tidak mau.


OASIS



“Matamu bengkak Han.”

Jeonghan terkaget karena kemunculan Yoongi, ia tidak ingin membunuh orang lain lagi. Tangannya bergerak untuk menghapus air mata yang mengalir lagi. Membuat Yoongi sedikit curiga. “Mengapa kau begitu sedih? Padahal aku masih keluarganya.”

“D-dia temanku, guruku, sahabatku.”

Kali ini ia masih bisa mengelak karena alasan yang masuk akal, tapi besok-besok?

“Ah baiklah, bajumu sudah aku gantungkan, besok pakai saja. Semoga kau bukan salah satu omega yang tidak beruntung.”

“Ya, terima kasih hyung.”

Setelah itu ia kembali termenung dengan hari esok. Bagaimana rasanya memiliki mate terus terbayang dalam benaknya. Tapi ia tidak boleh bersentuhan dengan orang lain termasuk matenya. Apa nanti matenya akan tewas?

Aku mohon, mate, jangan menyukaiku.’

Ia bertekad untuk menjadi buruk demi membuat matenya kelak membencinya.









Terpaan angin musim dingin terasa menusuk kulit pucat yang kini terduduk di atas batu besar dekat sungai.

Alpha yang terkutuk.

OASISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang