Dua Rencana Adelia

92 24 27
                                    

Seorang gadis dengan gelang berwarna maroon yang selalu bertengger di pergelangan tangan, memasukkan buku-bukunya ke dalam loker. Bel pulang sudah berbunyi 15 menit lalu, sehingga hanya tersisa beberapa siswa saja yang berada di kelas. Livia sengaja berlama-lama karena suasana koridor sekolah masih sangat ramai, ia hanya tidak suka berdesak-desakan.

"Hai."

Livia melirik sekilas laki-laki yang baru saja menyapanya. Terlihat dari wajah yang masih sangat asing baginya, dapat dipastikan dia bukan siswa kelas ini. Meskipun baru sehari bersekolah, Livia bisa mengingat dengan baik teman-teman kelasnya.

"Gue Gion, lo dipanggil sama bu Saras ke gedung olahraga." Lanjutnya sebelum beranjak ke luar kelas.

Setau Livia, bu Saras itu guru Biologi, bukan guru olahraga. Ada perlu apa ia dengan Livia, Livia sendiri juga tidak tahu. Lagipula, jam sekolah juga sudah usai.

Livia berjalan keluar kelas setelah memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas. Ia harus cepat menemui bu Saras, supaya tidak membuat Arya menunggu terlalu lama di parkiran.

Livia membuka aplikasi LINE, jari-jarinya bergerak ke bawah mencari nama Arya di daftar obrolan.

Wait yeu, gue ada urusan dikit.

Sent.

"Lo mau kemana?" Tanya cowok yang baru saja datang, menghentikan langkah Livia tepat di depan pintu uks. Beberapa siswa yang lewat bahkan menatap keduanya secara terang-terangan. Tatapan yang seakan memberi peringatan pada Livia untuk tidak berada di dekat Ari.

Livia melirik cowok itu heran, kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Namun berhasil dihadang oleh cowok yang ia ketahui juga memperhatikannya saat keluar dari toilet pada jam istirahat pertama tadi.

"Ngapain sih lo?!" Tanya Livia ketus.

"Lo jangan ke gedung olahraga." Ucapnya santai sambil memasukan tangannya ke dalam saku celana. Berbicara seakan-akan mereka sudah sangat akrab.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue." Livia lagi-lagi melayangkan tatapan tidak sukanya. Tidak mengerti dengan maksud dari laki-laki yang saat ini berdiri santai di hadapannya.

"Gue serius."

Belum sempat Livia menjawab, cowok lain tiba-tiba datang dan langsung berdiri di hadapan Livia, membuatnya mundur beberapa langkah.

"Kalo lo sampe macem-macem sama Livia, lo berurusan sama gue." Tegas Arya sebelum menarik Livia pergi dari sana. Livia membiarkan dirinya dibawa pergi karena masih terkejut dengan kedatangan Arya yang terbilang tiba-tiba.

"Oh jadi itu pacarnya?" Alden yang daritadi sengaja mengikuti Ari pun keluar dari tempat persembunyiannya. "Lo juga ngapain pake ngasih tau dia segala. Bukannya dapet makasih, malah dapet ancaman dari doinya." Lanjutnya sambil terkekeh.

Ari hanya memperhatikan Livia yang berjalan menjauh, tidak memperdulikan Alden yang terus berceloteh di sampingnya. Ari tidak menyangka jika cewek itu yang dimaksud oleh teman-temannya. Dari sekian banyak orang, mengapa harus dia yang menjadi pacar Arya. Dan mengapa Ari peduli akan hal itu?

Sepulang sekolah tadi, Alden memberi tahu dirinya jika Adelia menyuruh Nauval untuk memanggil Livia ke ruang olahraga. Belum sehari setelah Livia terlibat masalah dengan Adelia, cewek itu sudah berencana membuat perhitungan.

Entah kenapa Ari menahan Livia tadi. Padahal, biasanya ia akan memilih diam saja jika melihat Adelia membuat ulah. Terlalu malas untuk ikut campur ke dalam drama yang diciptakan cewek itu.

Keduanya berjalan menuju parkiran yang sudah terdapat Gion dan Nauval disana.

"Lo berdua lama amat si, panas woi." Protes Nauval yang sedang berteduh di bawah pohon. Padahal hari ini tidak begitu panas, ia hanya mempunyai kebiasaan melebih-lebihkan.

Liviari [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang