Nekat

90 10 9
                                    

Tinggg... tonggg...

"Ngapain lo kesini?!" Pekik Livia saat melihat Ari yang tiba-tiba berada di depan pintu apartemennya. Gadis itu kemudian menarik laki-laki di depannya sedikit menjauh dari pintu, takut jika kakaknya melihat.

"Jemput pacar gue, emang mau ngapain lagi?"

"Hah? Gila lo?"

Ari memasukkan dua telapak tangannya ke dalam saku celana, "Yaa emang pacaran, 'kan?"

"Iya. Tapi. Cuma. Boongan." Desis Livia dengan menekankan tiap kata pada kalimatnya.

"Walaupun bohong tetep harus mendalami karakter, gimana orang-orang pada mau percaya kalo gitu?"

"Iya tapi ga harus gini juga kali," Livia menghembuskan nafas berat, "lo tungguin di lobby, gue ngambil tas dulu."

Dirinya langsung masuk ke dalam apartemen saat Ari sudah menghilang dari depan lift.

"Siapa?" Tanya Arya sambil memasukkan roti bakar ke dalam mulutnya.

"Ga ada siapa-siapa," Livia menyambar tas berwarna hitamnya yang tergeletak di atas meja, "gue jalan duluan, bye."

Gadis itu berpapasan dengan beberapa orang lainnya yang juga akan berangkat sekolah. Apartemen mereka memang banyak di tinggali oleh pelajar, karena tidak berada terlalu jauh dari sekolah-sekolah.

Mata ari tampak melihat-lihat keadaan tiap sudut apartemen Livia. Tempat yang nyaman dengan resepsionis yang ramah pula.

Tadi malam, cowok itu memaksa Livia meninggalkan mobilnya untuk dipakai Nindy pulang kerumah. Padahal itu hanya akal-akalan saja supaya bisa mengantar plus mengetahui tempat tinggal pacarnya, alhasil dia bisa berada di sana saat ini.

Kaget? Tentu.
Mengetahui Livia hanya tinggal berdua di apartemen, bukannya bersama orang tua. Padahal setau dirinya, keluarga Arya baik-baik saja. Tapi siapa sangka, masih terlalu banyak hal yang belum diketahuinya.

"Cepetan!" Livia dengan sigap menarik Ari menuju parkiran yang terletak di samping gedung.

Keduanya langsung melesat menuju Pelita Jaya menggunakan motor milik Ari.

Sesampainya di sana, Livia merasa seperti diperhatikan. Deja vu, sama seperti saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sekolah itu. Bagaimana tidak, setelah apa yang diposting Ari kemarin, dirinya malah berangkat bersama laki-laki itu sekarang.

"Gue ke kelas duluan." Livia hendak beranjak dari parkiran, namun tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh laki-laki yang baru saja melepaskan helm-nya.

"Barengan." Ari berjalan tepat di samping cewek yang lagi lagi sedang menghembuskan napas beratnya.

Bukan Ariazka Gavanski namanya jika apa yang ia lakukan tidak menjadi pusat perhatian. Terlebih lagi setelah laki-laki itu menggemparkan sosial medianya dengan postingan yang mengumumkan hubungan antara Livia dan dirinya secara tidak langsung.

Tangan Ari terulur untuk merangkul bahu anak kedua dari keluarga Pramestya itu, yang tentunya langsung mendapat pelototan dari Livia. Gila saja jika menonjolkan kemesraan mereka di depan banyak orang, meskipun itu hanya settingan sih.

"Lo beneran udah gila?!" Livia mendesis dengan suara yang sengaja ia pelankan agar tidak terdengar oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Arah jam delapan ada Adelia, terserah si kalo lo mau ngelewatin kesemp--"

Belum saja Ari menyelesaikan kalimatnya, Livia sudah lebih dulu mendekatkan tubuhnya pada cowok itu. Membuat Ari menampakkan senyum miringnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Liviari [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang