Awal dari semuanya

67 16 17
                                    

Anak bungsu dari keluarga Pramestya itu berjalan menyusuri koridor, mencari letak kelas 11 IPA 6 yang menjadi tujuan awalnya. Kilatan marah terpancar jelas di sudut mata gadis itu. Emosi yang terakhir kali ia keluarkan hanya saat mengetahui ayahnya selingkuh.

Saat Widel hilang di perkemahan kemarin, untuk kesekian kali, Adelia lagi yang menjadi dalang dibaliknya.

Adelia melakukan tindak cyber bullying di tempat cewek itu juga membawa Livia sebelumnya, sebuah gubuk tua yang berada agak jauh dari pusat perkemahan.

Membuat Widel dipulangkan kerumah lebih awal, oleh karenanya Livia belum sempat memberi pelajaran pada Adelia kemarin.

Satu hal yang membuat perempuan bermata coklat terang itu murka, pengurus tidak dapat mengambil tindakan karena pengaruh besar Adelia pada sekolah. Membuat Livia harus turun tangan sendiri menyelesaikan apa yang dilakukan cewek itu.

Plakk...!!

Tangan mulus Livia mendarat tepat di pipi perempuan yang sedang asik berbicara dengan antek-anteknya.

Adelia memekik kaget seraya berdiri, "Lo gila?!"

Suasana kelas menjadi riuh, orang-orang yang tidak sengaja mendengar keributan langsung berlomba-lomba mendekati sumber suara.

Beberapa diantaranya sampai mengintip melalui jendela, dikarenakan pintu kelas yang juga sudah dipenuhi siswa lain. Ada pula yang menyempatkan untuk mengabadikan momen langka yang belum pernah terjadi sebelumnya itu.

"Yang pertama, karena lo udah gangguin Widel!" teriak gadis itu tepat di wajah Adelia. Ia bisa saja langsung membuat perempuan di depannya itu babak belur, tapi tidak mungkin untuk melakukannya di sekolah.

Plakk...!!

"Yang kedua, itu karena lo udah cari gara-gara sama gue!"

Adelia menatap perempuan di depannya dengan kilatan amarah yang daritadi memaksa keluar. Untuk yang pertama kali, dirinya dipermalukan di depan hampir seluruh siswa Pelita Jaya.

Tangan Adelia terulur untuk membalas tamparan Livia.

"Mau ngapain, lo?"

Itu Ari.
Orang yang selama ini bisa membuat anak tunggal dari keluarga Winata tidak berkutik. Satu-satunya orang yang tidak pernah melirik Adelia sedikit pun.

"Ari, lo ga liat gue di tampar dua kali?! Lo kira gue bakalan diem aja disakitin sama ini cewe murahan, hah?!"

Sorak-sorak dari pendukung dua kubu yang berbeda menambah aura ketegangan di sana. Banyak yang menyayangkan tingkah nekat Livia, tanpa memikirkan masalah yang bisa bertambah buruk nantinya. Namun tidak sedikit pula barisan yang termasuk dalam haters Adelia, turut andil mendukung tindakan cewek itu.

Tangan Adelia lagi-lagi terangkat, ia sudah tidak peduli lagi dengan Ari yang akan menilai buruk dia. Ia merasa harga dirinya sudah di injak-injak oleh anak yang bahkan baru masuk ke sekolah itu beberapa hari yang lalu.

Pintu yang tadinya dipenuhi oleh siswa-siswa ter-update alias tidak mau ketinggalan, seketika terbuka untuk mempersilahkan seseorang lewat.

Laki-laki yang sudah lama tidak menunjukkan dirinya di gedung kelas sebelas, tiba-tiba datang dengan kalimat yang tidak disangka akan keluar dari mulutnya.

"Lo sentuh Livia sedikit aja, habis lo."

Suara itu, milik Arya.
Badboy Pelita Jaya yang sudah pensiun sejak setahun lalu. Siapa yang berani berurusan dengannya? Guru-guru bahkan lebih memilih mundur jika harus berhadapan dengan cowok itu.

Liviari [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang