« 3 »

113 6 0
                                    

Tingkah Yang Sama dan Pertemuan Yang Membingungkan
---

"Naak, enggal (cepat) bangun Ka!"

Alarm itu kembali terdengar.

"Hoaammzz..." Ku tutup mulutku yang menguap dengan telapak tangan kananku.

Sambil mengumpulkan nyawa ini terisi penuh, mata ini ku coba untuk dibuka. Seperti membuka pintu kandang burung yang dilekat dengan pelekat getah pohon karet, bedanya mataku dilekat dengan cairan alami. Tak perlu disebutkan namanya, kalian pasti tau. Hmmpttt.

Entah kenapa kali ini terasa sedikit malas untuk beranjak dari tempat ini.

Tiba-tiba monitor mata ini berganti tayangan, rasanya kayak lagi asyik nonton film bioskop yang ditayangkan TV terus tiba-tiba iklan menggantinya dengan rasa tanpa dosa.

...

Wajah itu, persis di hadapanku, kira-kira 3 meter dariku. Dengan jilbab warna merah maroon yang rapi, baju yang yang islami, menjuntai lebar ke bawah. Senyuman dan tawa kecil, juga lesung pipi yang kemerah-merahan itu pun terpampang jelas di depan mata, lalu terbesit dalam hati.

Maa syaa Allah, wahai Pencipta makhluk yang Mahakuasa, sungguh indah ciptaan-Mu ini. Tapi, lindungilah aku dari segala fitnah dan jadikanlah aku orang-orang yang bertaqwa.


Tak sadar mata ini terpejam ketika aku memanjatkan pujian serta doaku kepada Allah tadi.

Deg, aku teringat gadis itu, lantas ku buka lagi jendela hati ini. Di depan mataku, masih terpampang jelas wajah itu.

"Assalamu'alaikum, kakaa. Ka Azka lagi ngapain disini?" Lagi-lagi senyum itu terlihat kembali.

"Eu... eh... mmm... *deg deg. Wa'alaikumussalam warohmatulloh, mmm... ngga, ngga lagi ngapa-ngapain kok, hihi. Lah kamu sendiri ngapain disini?"

"Aku lagi nunggu mamah sama bapak ka."

Dia mendekati ku, lebih dekat.

Deg deg deg deg deg..... ?,:/(';,_*#.'"$;:)_--+@
&|&€>.

Wahai jantung, untuk kali ini mohon tenanglah, ini hanya makhluq-Nya.

Astaghfirullah, ya Allah, lindungilah aku.

"Zahraaa, hayu kita pulang! Mamah udah beres nih." tukas seseorang dengan lembut.

Mataku secepat kilat menuju arah suara itu, seorang perempuan dan laki-laki paruh baya berada di pinggir gadis itu, mereka memandangku balik, aku tersenyum malu, Wkwk.

"Ka, aku pulang duluan ya. Assalamu'alaikum."

"Oh... i.. iy.. iya-iya, silahkan, Wa'alaikumussalam warohmatulloh wabarokatuh." Aku terdiam sejenak menatapnya yang kini melangkah agak menjauh, lalu dia menengok ke belakang, tepatnya ke arahku.

"Dadaah kakaa, hati-hati di jalannya yah! Heumm, daah... Hihihi."

lambaian tangan itu, ya, aku ingat, waktu di bus itu. Hanya saja kali ini wajahnya jelas sekali dan tak hilang dari senyuman, tawa kecil, juga lesung pipi kemerahan itu.

Maa Syaa Allaah.

Kali ini senyumnya sama persis dengan apa yang biasa aku lakukan, tersenyum kecil dengan mata terpejam sebentar. Aku tak tau kenapa itu bisa sama seperti ku. Aku membalas senyuman itu, ya sama, sama persis, dengan pejaman mata sebentar. Dia tertawa kecil kembali.

Yaa Allaah.

Settt... Astaghfirullah, inget Az ingeettt!

Aku segera berlari pulang mengingat waktu yang sudah senja, seakan senja menyuruh ku untuk sesegera mungkin melangkahkan kaki karena ia akan menghilang beberapa waktu, sama seperti gadis itu, hanya beberapa waktu. Mungkin.

Sambil masih terbayang kejadian itu, masih jelas, masih hangat dalam memori ku. Entah kenapa laju kaki ini begitu cepat, entah kenapa aku merasa bahagia, semangat.
Semakin cepat, makin cepat, tambah cepat.
Dan...




















Gubraakkkkkkkkkkk!!! heuuu, adeuuhh!!!

Tubuhku terjatuh, ku buka mataku.
Aku sadar, ternyata aku bermimpi, aarrgghhh.

Ku kira realita. Sakit? ya, tanganku tertindih badan, agak sakit juga terasa di kening karena terbentur lantai.

Ku coba bangkit.

kreekk... pintu kamar terbuka.

"Ka, kamu teh kenapa?" Ibu, pahlawanku, dia panik.

"Ah, ngga apa-apa bu, aku cuma jatoh bu. Hihi..."

"Ooh, ahaha."

"naha (kenapa) bu? pan ketawa sih?" Tanggap ku sambil memasang muka keheranan.

Agak malu juga aku ditertawakan ibu, aku langsung duduk begitu pula ibu, persis di samping ku.

"Tadi ibu masuk ke kamar Azka, ibu liat Azka senyum-senyum. Padahal lagi tidur, ah.. ibu pikir Azka lagi mimpi. Ibu keluar, ngga lama ada suara ngegubrak. Ibu langsung masuk lagi, ternyata kamu mimpinya kelewatan, Ka. Sampe jatoh segala lagi, Hihihi..."

"Ah, ibuu. Kok bisa yah? Hihihi..."

Ibu menghampiri lalu duduk di sampingku sambil mengusap keningku, "Azka teh mimpi apa? Hmm?"

Aku tersipu malu jadinya. Tapi ngga sampe blushing juga lah, jangan harap deh Azka yang kalem ini kayak gitu. Udah jan dibayangin nantinya ngangenin.

"Hah..? Ng.. ngga ko bu, bukan apa-apa. Hehehe" Jawabku sedikit menutupi rasa malu sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal itu.

Beliau memandangku penasaran.

"Aiih maneh, sok gituan ke ibu. Ya udah, cepet solat dulu sana. Mumpung masih pagi."

Aku merapikan kandang harimau kembali, ya, kamar tidur laki-laki yang biasanya berantakan. Entah itu buku, HP, kertas coret-coret pelajaran. Ku lihat jam dinding kembali, pukul 03.00, waktunya tahajjud.

Ya Allah, jauhkanlah aku dari fitnah. Baik fitnah dunia maupun akhirat.
Dan berilah aku penjelasan, tentang mimpiku tadi. Aamiin...

...»»»...


Seperti biasa, aku Subuh berjamaah di masjid. Banyak juga pemuda berduyun-duyun datang.

Ada celotehan bucin-bucin mengatakan :
Sarapan itu harus ada daripada harapan. Kenapa? Karena sarapan itu pasti, daripada harapan yang tak pasti malah kadang bikin sakit hati.
Pffttt.... iya juga sih. Wkwk.

Sarapan pagi selesai, aku pamit kepada bapak dan ibu, tak lupa kakakku. Kali ini dia sedang cuti, jadi aku bisa meminta ongkos. Hehehe...

Alhamdulillah, bahagia sekali aku hari ini. Aku berharap bisa bertemu lagi dengan gadis itu hari ini, ya, hanya untuk memastikan siapa sih orang itu?

Di sekolah.

"Ka, liat geh. Saha (siapa) itu?"
Aku menoleh.

...

Note :

Begitulah, ah biarin Azka rasain. Wkwk, itu belum seberapa.
Nantikan lagi lanjutannya, Jan lupa vote n komennya.

Wilujeng siang,
Mohamad Zamzami

BERPISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang