Green Kebaya

332 29 1
                                    

"Hei!" Gadis itu menoleh ketika kusapa, dan seperti biasanya, ia tersenyum hangat tanpa melambaikan tangannya.

"Selamat pagi Pierre!" Sapanya balik.

Aku tersenyum mendengarnya,ia terlihat senang sekali hari ini, biasanya ia hanya menoleh kepadaku dan hanya tersenyum tanpa menyapaku balik. Aku pun mendekatinya.

"Bagaimana Kabarmu?" Tanyaku berdiri di sampingnya.

"Saya baik baik saja,saya merasa lebih baik," Ucapnya

"Benarkah? Tapi... Mengapa aku merasa kalau kulitmu selalu.... Pucat?" Tanyaku hati hati.

Ia melihat kearah kulitnya,lalu terdiam.

"Um... Saya-saya.... Tidak tau," Ucapnya sambil menunduk.

"Hei?" Ucapku sambil memegang pundaknya, ia cukup terkejut. Aku sendiri juga sedikit canggung, karena sebelumnya aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya.

"Tak apa,kau masih cantik," Hiburku tenang. Ia memalingkan wajahnya kearahku,lalu tersipu.

"Terimakasih Pierre," Ucapnya sambil tersenyum senyum malu lalu bermain dengan daunnya yang biasa ia bawa.

"Ah ya... Aku ingin bertanya kepadamu," Ucapku sambil berdeham,ia langsung membelakkan matanya kaget.

"Sa-saya?" Ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu saja kau," Ucapku sambil tersenyum.

"Ah.... Ya... Silahkan saja" Ucapnya sambil memainkan daunnya lagi.

"Ada apa denganmu hari ini? Mengapa kau senang sekali?" Tanyaku penasaran.

Gadis disebelahku ini terdiam sebentar. Lalu menyimpan daunnya.

"Kamu tidak perlu tau ,Niall," Ucapnya dingin, aku pun menoleh kepadanya, aku tidak mau tau, yang penting aku mengetahui siapa dia.

"Kenapa? Ada apa? Kenapa kau tak lagi memanggilku Pierre?" Tanyaku sedih, entah kenapa ketika ia tidak lagi menyebutku dengan nama Pierre,ada sesuatu yang hilang.

Mengapa? Padahal dari dulu ini yang aku inginkan, ia memanggil namaku dengan nama Niall, dan bukan Pierre.

"Saya mohon... Jangan sebut nama itu lagi..." Ucapnya, sebutir air matanya jatuh, lalu ia menutup telinganya dengan kedua tangannya.

"Kenapa? Kau tau,terkadang aku... Bingung siapa itu pierre,aku bingung siapa kau El,mengapa kau ada disini? Mengapa kau selalu memakai baju itu El? Mengapa kau..  Selalu... Membawa daun... Yang-yang terkena darah itu? Darah siapa itu El? Siapa kau sebenarnya? Katakan kepadaku.... Elizabeth.... " Ucapku sambil menunduk.

Ia pun menjambak Rambutnya keras, ia bahkan berteriak, dan menangis sambil menyebut nyebut nama "Pierre"
Seketika, rambutnya yang digerai menjadi berantakan, kebaya yang tadi Berwarna hijau, sekarang ternodai oleh darah segar, wajahnya pun terkena darah, namun seperti nya bukan darahnya, melainkan darah orang lain.

Perlahan aku mundur, ketika aku akan berlari memutar sambil pergi, ia menoleh kearahku, ia menyeka Air matanya dengan tangan yang terkena darah.

"Bisa tolong saya?" Ucapnya dengan tersenyum terpaksa, tanpa sadar aku pun bertanya, "Apa yang bisa kubantu?"

Ia pun menangis lagi,namun sepertinya nangis kebahagiaan.

"Bisa tolong saya.... Lepaskan... Tali ini?" Ucapnya dengan napas tersenggal senggal,sambil menunjuk kearah pinggangnya.

Aku pun melihat kearah pinggangnya,namun sama sekali tidak ada apa apa disana.

"Ma-maksudmu? Aku sama sekali tidak melihat apapun disana El !" Ucapku.

Nafasnya masih tersenggal senggal, ia berbicara, tapi dengan nada pelan, mirip seperti bisikan,"Mendekatlah...." Ucapnya.

Aku pun mendekat pelan pelan, ia mengarahkan tanganku ke pinggangnya.

"Tu-tunggu,apa yang kau-"

Aku. Menyentuh. Sesuatu.

Namun aku sama sekali tidak melihat apapun! Namun,ini terasa seperti Tali tambang yang mengikat gadis ini sangat kuat. Perlahan,terlihat sebuah tali tambang yang Cukup tebal dan kuat.

"A-apa ini?" Tanyaku.

"Lepaskan saya..." Jawab Elizabeth pelan.

Oh tidak! Sepertinya gadis ini akan mati!

"I-iya" Ucapku,aku berusaha untuk membantunya. Sudah 10 menit aku mencoba,tapi tidak bisa kubuka, awalnya aku ingin menyerah, tapi aku tidak akan membiarkan Gadis pujaanku ini meninggal walau sekarang ia sangat menyeramkan dengan noda darah yang ada di bajunya.

Setelah beberapa kemudian, akhirnya aku dapat membuka tali itu, lalu membuangnya kesembarang arah.

"Kau baik baik saja?" Tanyaku kepada Elizabeth yang sekarang penampilannya sudah berubah seperti Pertama kali aku bertemu dengannya, cantik.

Elizabeth terdiam, lalu menggandeng tanganku.

"Saya akan ceritakan semuanya," Ucapnya dingin, matanya menajam kearah mataku, seolah olah ia menusukku, lalu menggeser badannya sejajar dengan badanku, dan menatap kosong, namun Sorot matanya tetap tajam.

Tiba tiba semuanya mundur, dari aku membebaskannya dan sebelum sebelumnya, disitu aku melihatnya selalu sendiri, ia hanya bertemu denganku. Semuamya mundur dengan cepat, sampai ada pembunuhan, dan mayatnya dimasukkan ke lubang buaya, dan ada seorang gadis dengan kebaya berwarna hijau sedang menangis memeluk jasad seorang lelaki, wajah gadis itu tidak jelas, karena semua itu begitu cepat.

Aku menoleh kearah Elizabeth yang masih melihat kearah bayangan cepat gadis berkebaya hijau itu dan lelaki yang dipeluknya.

Semua itu berhenti ketika kami ada disebuah halaman, terlihat Seorang gadis kecil memakai gaun zaman dulu dengan rambut dikepang, sambil memarahi seorang Nenek tua.

To be continued...

Past (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang