Elizabeth duduk di sebelahku sekarang,menikmati pemandangan di surga.
Aku bukan pemuda berambut pirang tadi,aku adalah
'Pierre Andries Tendean'
Aku bertemu dengan Elizabeth setelah Elizabeth dan pemuda itu memasuki masa lalu kami.
Flashback.
"Niall,kau sudah sadar?" Tanya Elizabeth kepada Niall yang mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Hm? Dimana kita?" Tanya Niall.
"Diduniamu" Jawab Elizabeth sambil tersenyum.
Niall masih terdiam untuk menyadari gadis disebelahnya ini.
"Ya,mungkin sekarang kamu tau siapa Saya. Saya Elizabeth Clairk De Burg. Saya lahir pada tahun 1943,dan meninggal ditembak pada tahun 1965,dan mayat saya belum ditemukan. Saya mencintai seorang perwira Bernama Pierre Andries Tendean. Saya berkerja sebagai Dokter pribadi Jendral Nasution dan Keluarganya. Saya ada disini bukan untuk menunggu agar mayat saya ditemukan,tapi saya menunggu Pierre sesuai dengan janjinya," Elizabeth tersenyum manis.
"Saya bukanlah manusia seperti kamu,dulu memang iya,namun saya bersyukur tuhan mematikan saya dengan cepat. Saya rela mati untuk negara ini,dan cinta saya. Saya bersyukur wajah saya tidak seperti orang Belanda pada umumnya,karena jika tidak,maka saya pasti sudah dibunuh oleh Jepang. Ibu saya sudah tiada karena dibunuh oleh Jepang,sekarang saya hanya memiliki Ayah. Dulu saya kurang kasih sayang,mungkin karena tiadanya Mama,dan papa juga jarang pulang,sampai saya Menemukan keluarga Tendean. Mereka penuh dengan cinta,nyonya Cornet memperlakukan saya seperti anaknya sendiri,dan tuan Tendean juga memperlakukan saya sebagai putrinya juga. Itulah yang membuat saya dapat bertahan di negeri bekas jajahan ini pada saat itu. Tapi sekarang saya sudah tidak memiliki siapa siapa,hanya kamu. Saya pun juga tidak tau,apakah Pierre akan menepati janjinya,atau tidak. Alasan saya memanggil kamu pierre adalah.... Kamu sama dengannya,kamu terbuka kepada saya,kamu juga Ada saat saya Sedang membutuhkan orang Yang bisa menenangkan saya,seperti Pierre" Lanjut Elizabeth panjang lebar.
Niall tersenyum,"Kukira kau manusia,kau tau,sepertinya aku dan Pierre sama sama memiliki 1 kesamaan lagi"
Elizabeth menyerit,"Apa itu?" tanya Elizabeth.
"Mencintaimu Hahaha" Kata Niall sambil tertawa.
Elizabeth hanya tersenyum malu malu,"Bagaimana pendapatmu tentang Pierre? Ia tampan kan?" Tanya Elizabeth sambil memandang Langit.
"Hm... Bisa dibilang seperti itu,tapi.... Mengapa rambutnya... Botak seperti itu?" Tanya Niall Polos.
"Hahaha! Kau polos sekali,dasar anak zaman sekarang,begitu saja tidak tau" Ejek Elizabeth.
"Kau enak,kau lahir dan tumbuh di Kalangan militer,sedangkan aku tidak," Elak Niall.
"Baiklah baiklah,maafkan aku... Habisnya kau lucu sih... Itu adalah syarat seorang tentara,ia harus memangkas rambutnya,tidak boleh panjang,kalau kau mau masuk militer,mungkin kau tidak akan Diperbolehkan,hanya karena rambut jambulmu itu,Hahaha" Tawa Elizabeth.
"Teruslah tertawa seperti itu,lagi pula aku juga tidak mau masuk ke Militer" Kata Niall sambil cemberut.
Elizabeth berhentu tertawa,"Kenapa? Kau tak ingin membela negaramu Niall?" Tanya Elizabeth penasaran.
"Membela negara tidak harus menjadi dokter bukan? Menjadi dokter pemberani sepertimu juga bisa" Puji Niall. Elizabeth hanya tersenyum, tiba-tiba sorot matanya berubah arah.
"Pierre?" Panggil Elizabeth dengan ragu.
"Pierre? Kau mau memanggilku Pierre lagi? Hahaha,silahkan saja" Ucap Niall.
"Tidak bu-bukan! It-itu..." Kata Elizabeth sambil menunjuk kearah belakang Niall.
"Hm?" Niall pun ikut menoleh ke belakang,terlihat lelaki berperawakan tinggi,kulitnya bersih,dan muka tampannya itu.
Itu adalah saya,Pierre Andries Tendean.
Elizabeth berdiri tercegang.
Saya hanya tersenyum,"Saya datang sesuai janji saya"
Elizabeth mulai menangis,namun bukan kesedihan lagi,ia Menangis sambil Tersenyum.
"Pierre!" Teriak Elizabeth sambil berlari kearahku.
Ia memelukku dengan erat,lelaki pirang yang tadi melihatku juga ikut tercengang.
"Je bent terug!" (Kamu kembali!) Ucap Elizabeth sambil tetap memelukku erat.
"Ya,saya kembali buat kamu,sesuai janji saya bukan?" Kataku sambil mengelus rambutnya.
Elizabeth mengendurkan pelukannya, lalu menghapus air matanya dan menoleh kearah pemuda pirang itu.
"Pierre,ia adalah teman saya. Dia yang menemani saya selama ini" Ucap Elizabeth sambil tersenyum.
Saya mendekat kearah lelaki itu dan mengulurkan tanganku.
"Pierre," Kataku sambil tersenyum.
Pria ini sepertinya agak ketakukan melihatku,aku hanya terkekeh.
"Kamu tidak perlu takut sama saya,saya enggak ganas seperti Cewek satu ini kok" Kataku sambil sedikit bercanda dan menoleh kearah Elizabeth yang cemberut.
Lelaki didepanku ini tersenyum dan menyambut tanganku,
"Niall," Ucapnya.
Aku pun melepaskan tanganku dan berjalan menuju Elizabeth sambil Menggenggam tangan Elizabeth.
"Kamu cantik," Kataku sambil mengambil beberapa rambut Elizabeth.
Elizabeth tersenyum malu-malu,"Oh ya, Niall? Nama kamu Niall kan? Saya mau berterimakasih sudah mau menjaga Elizabeth... Saya tidak bisa berikan kamu apa-apa, hanya pelajaran agar kejadian ini tidak terulang kembali,sekali lagi terimakasih." Kataku sambil membungkuk.
Niall ikut membungkuk,"Harusnya saya yang berterimakasih tuan, karena tuan sudah memberikan pelajaran ini untuk saya. Saya hanya meminta untuk menjaga Elizabeth disana. Sekarang, tuan dan Elizabeth pulanglah terlebih dahulu, dan mulai lagi kehidupan kalian, suatu hari saya akan menyusul kalian," Ujar Niall sopan. Lelaki itu tersenyum kearahku dan Elizabeth.
Mata Elizabeth berkaca-kaca mendengar Niall berbicara seperti itu, ia berlari memeluk Niall dengan erat.
"Terimakasih Niall... Terimakasih..."
Pada hari itu, kami kembali kepada tuhan yang maha kuasa dengan seutuhnya. Tak jarang kami menengok Niall walau ia tidak bisa melihat kami kembali, kami hanya bisa menunggu waktunya saja.
Hanya satu pesanku, jangan lupakan sejarah. Belajarlah dari kesalahan-kesalahan yang terjadi. Yang telah terjadi-biarlah terjadi.
Aku, Pierre Andries Tendean, pergi pada umur 26 tahun, dan akan selamanya seperti itu. Aku tak menyesal melakukan semua pengorbanan itu, ini adalah konsekuensi sebagai seorang perwira, dan ini adalah kewajibanku sebagai warga negara Indonesia. Kuharap kalian tidak melupakan jasa-jasa kami, karena inilah sejarah. Belajarlah dari sejarah agar kalian bisa menjalani hidup dengan mudah.
Jakarta, 1 Oktober 2017.
Pierre Andries Tendean
The End 😂😂
Makasih ya yang udah mau baca cerita ini, maaf kalo ada huruf-huruf yang besar-kecil enggak beraturan 😂 Pokoknya seneng bisa nyelesaiin cerita ini. Massive thank you for all of you, jangan lupain pesan Pierre yang diatas ya 😊😊 Byee 👋👋👋
*Oh ya, Author juga punya cerita tentang Pierre tendean, judulnya 'My Beloved Adjutant'itu ceritanya agak absurd, tapi semoga kalian mau baca, terimakasih 🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Past (Short Story)
Hayran KurguNamaku Niall Horan,umurku 22 tahun, dan aku tinggal di Indonesia. Semuanya baik baik saja, sampai aku bertemu dengan gadis aneh. Gadis itu memakai baju yang lusuh, ia berpakaian Kebaya, bisa kau bayangkan? KEBAYA!! Maksudku, mana ada wanita cantik s...