teng....teng.....teng....
Bel masuk pun berbunyi tepat pukul 07.00 yang menandakan upacara bendera yang rutin dilakukan pada hari senin akan segera di mulai.
"Semuanya cepat berbaris sesuai kelas! Jangan sampai saya yang membariskan kalian!" ujar Pak Yoyo menggunakan toa yang selalu ia bawa kemana-mana dengan suara yang dingin dan tatapan mematikan kepada seluruh murid.
Semua murid pun segera berbaris sesuai kelasnya karena takut bila kemarahan Pak Yoyo kumat.
" Hei kamu yang disana kesini!" ujar Pak Yoyo dengan menunjuk kearah belakang barisan kelas XI. MIA 2 ,yang membuat para siswa ikut menoleh ke arah yang di tunjuk Pak Yoyo.
" Saya pak?" jawab seseorang dengan santai sambil menunjuk dirinya.
" Siapa lagi kalau bukan kamu?! Masa saya manggil tukang jual es yang di depan?!" jawab Pak Yoyo dengan tatapan tajam.
Gadis yang merasa dirinya terpanggil itupun segera bangkit dari duduknya dan berjalan membelah barisan.
" Ya siapa tau bapak mau beli es karena haus, soalnya kan dari tadi saya dengar bapak teriak-teriak terus pak" ujar gadis tadi sambil berjalan dengan santai ke tengah lapangan upacara tanpa memperdulikan tatapan murid lain padanya.
" Apa?!" jawab Pak Yoyo sambil melotot
" Wess, selow aja Pak nanti cepat tua kalau pagi-pagi sudah marah-marah. Sama itu Pak, matanya udah kayak mau keluar tuh Pak" balas gadis tadi sambil tersenyum kikuk.
" Queena!" bentak Pak Yoyo yang juga membuat seluruh siswa terkejut.
" Hadir disini dan dihati bapak" jawab Maqueena atau yang biasa di panggil Reta dengan tersenyum hambar.
" Sudah-sudah, ngomong sama kamu itu sama saja ngomong sama batu!" balas Pak Yoyo sambil membenarkan kacamatanya.
" Berarti bapak pernah dong ngomong sama batu, wah hati-hati pak nanti dikira miring" jawab Reta dengan cengengesan.
Beberapa siswa yang mendengar perkataan Reta pun ikut tertawa cekikikan dan akhirnya mendapat tatapan tajam dari Pak Yoyo.
" Diam!!" teriak Pak Yoyo dengan toa nya yang membuat seluruh siswa menutup telinga mereka untuk antisipasi gangguan pada gendang telinga mereka.
" Mereka sudah diam pak" jawab Reta sambil mengunyah permen karetnya.
"Kamu juga diam! Kelas kamu dimana?!" tanya Pak Yoyo
" XI MIPA 1 tercinta dong pak" jawab Reta dengan tersenyum
" Terus kenapa kamu baris di barisan kelas XI. MIPA 2? Kamu lupa ingatan?" balas Pak Yoyo
" Iya kayaknya Pak, soalnya yang ada di pikiran saya cuma bapak seorang" jawab Reta cengengesan
" Sudah-sudah! Sekarang kamu saya hukum mengikuti upacara bendera di barisan sebelah sana! Jangan sampai kabur lagi, dan gak ada penolakan" jelas Pak Yoyo sambil menunjuk barisan para siswa yang terlambat dan seragam yang tidak lengkap.
" Tapi pak saya kan datangnya gak telat dan seragam saya lengkap" elak Reta dengan wajah memelas
" Kamu buta atau ada gangguan mata? kamu gak lihat warna kaos kaki kamu? dan kamu juga tidak mengenakan dasi?! Apa itu namanya lengkap?!" ujar Pak Yoyo dengan menunjuk ke arah alas kaki Reta.
" Yah Pak, kaos kaki putih saya keselip pak. Daripada saya datang telat cuma gara-gara saya cari kaos kaki saya setengah mati kan mending pakai yang ada pak" jawab Reta dengan wajah super melasnya
" Itu urusan kamu, bukan urusan saya" jawab Pak Yoyo
" Yaiyalah Pak, emangnya bapak emak saya?" jawab Reta pelan
" Apa?!" bentak Pak Yoyo
" Enggak pak" jawab Reta kikuk
" Kamu ke barisan sana sekarang! Jangan buat ulah lagi, dan satu lagi permen karet kamu buang! Makan itu nanti kalau sudah jam istirahat!" sindir Pak Yoyo
" Iya Pak" jawab Reta sambil mengeluarkan kertas bekas bungkus permen karet yang ia makan lalu mengeluarkan permen yang ada di mulutnya ke bungkus permen tadi.
" Sudah Pak" sambung Reta
" Sekarang baris!" jawab Pak Yoyo tegas
" Tapi Pak masa-.." balas Reta
" BARIS!" sela Pak Yoyo menggunakan toa nya.
Reta pun segera berlari menuju barisan, tetapi ke barisan kelasnya. XI. MIA 1.
" Queena!" suara Pak Yoyo pun terdengar lagi
" Ada apa Pak, bapak sudah kangen sama saya? Baru sebentar saya tinggal bapak sudah kangen" jawab Reta cengengesan.
" Ngapain kamu ke barisan ini?!" balas Pak Yoyo
" Ingin mengikuti upacara lah pak" jawab Reta kikuk
" Disana!" ujar Pak Yoyo sambil menunjuk barisan yang ada di tempat pancaran sinar matahari yang mulai muncul.
" Oiya lupa Pak" balas Reta kikuk
" Cepat!" balas Pak Yoyo
Reta yang tak ingin semakin menjadi pusat perhatian itupun segera berlari menuju barisan yang di minta oleh Pak Yoyo.
" Aduh nasib jadi cewek cantik dilihatin mulu" batin Reta sambil berjalan saat menyadari bahwa banyak siswa yang mlihatnya.
Reta pun berbaris di barisan para siswa terlambat yang tempatnya lumayan panas karena sinar matahari pagi.
Tbc~
Hai gais! gimana chapter satunya? kurang dapet ya feelnya? hehe maklum lah ya author nya masih amatiran hihi. Kalau ada kritik ataupun saran harap disampaikan di kolom komentar, jangan di pendam nanti tekanan batin hehe. Makasih!
Jangan lupa vote and comment ya!
Happy reading!

KAMU SEDANG MEMBACA
Maqueena
Roman pour Adolescents[judul awal: Forbidden love] " Aku pernah berharap dan bermimpi, tanpa berfikir apakah mimpi dan harapan itu akan menjadi kenyataan." - Maqueena Algareta *** -Aku tak bisa berharap banyak, mengingat bahwa ada suatu hubungan yang mengikat kita sampai...