3#Kepulangan yang Dipercepat

5 2 0
                                    

Teresa POV

Kringgg..kringgg..kringgg..

Bunyi alarm menggema keseluruh penjuru kamarku. Akupun sampai terbangun dibuatnya. Kulirik jam yang berada di nakas sampingku, dan ternyata ini baru jam delapan pagi.

Apa?! Jam delapan pagi?!

Aku lupa, hari ini aku ada janjian sama Lana. Kita akan pergi ke suatu pusat perbelanjaan ternama di Bumi tercinta kita ini. Hitung-hitung, menghabiskan waktu bersama sahabat sebelum aku kembali ke tanah kelahiranku.

Ku sibak selimut yang menutupi badan kecilku, dan akupun segera bangkit dari posisi tidurku.

Satu menit berlalu.

Dan, setelah kurasa nyawaku sudah mulai terkumpul, akupun segera berlari ke dalam kamar mandi.

Lima menit berlalu.

Aku sudah rapi dengan kaos berlengan sesiku berwarna hijau tosca, celana panjang tiga perempat berwarna putih, dan sepatu kets berwarna senada dengan kaos yang kukenakan. Sangat cocok, untuk kulitku yang terbilang, bersih.

Ku poles wajahku dengan bedak tipis, tak lupa menyisiri rambut sebahuku yang sengaja aku biarkan tergerai. Setelah semuanya siap, kuambil topi berwarna hitamku yang akan kukenakan untuk berselfie ria bersama Lana nanti.

Tak lupa aku membawa tas berwarna hitam dengan kain jeans kesukaanku yang selalu aku bawa kemana-mana.

Tiga puluh menit berlalu.

Akupun memutuskan untuk segera pergi menuju kediaman Lana dengan diantar oleh Pak Roni, sopir mom.

Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke rumah Lana. Dan kulihat dari balik kaca pintu mobilku, tampak Lana sedang menungguku di teras rumahnya.

Akupun segera turun dari mobil, dan meminta Pak Roni menjemputku nanti tepat pukul dua belas siang.

"Lana!!!" sapaku setelah aku tiba di pekarangan rumahnya.

"Eh, Teresa? Lama banget sih, kamu." kata Lana yang nampaknya mulai sebal.

"Maaf Lan, tadi aku telat bangun." kataku jujur.

"Ya sudah kalau begitu, nggak apa-apa kok. Aku maklumin, orang kamu orangnya gitu kok." kata Lana santai, yang membuatku merasa sangat lega.

"Sa, kamu mau lanjut sekolah kemana nih? Habis dari SMP khusus putri, apa kamu mau lanjut ke SMA khusus putri juga? Kalau gitu, kamu nanti ngejomblo terus dong?" canda Lana yang selalu bisa membuatku tertawa. Aku takut, jika aku pergi nanti, tidak ada yang menghiburku saat aku sedih.

"Nggak kok Lan, kamu tenang aja. Cuma, kayaknya aku bakal nerusin ke luar kota deh." jawabku ngasal, tapi memang bener sih. Masa aku mau bilang ke luar Bumi sih, nanti diketawain sekaligus kedok aku kebongkar deh.

"Oh, gitu ya. Kalau begitu, sama dong. Aku juga mau nerusin ke luar kota. Tapi, nanti kita nggak bisa ngerayain ulang tahunmu yang keenam belas dua bulan lagi dong?" kata Lana sambil memanyunkan bibirnya. Sungguh lucu sahabatku yang satu ini.

"Iya Lan." jawabku singkat. Setelah itu, kami pun pergi ke pusat perbelanjaan yang aku ceritain tadi. Kebetulan sekali, tempatnya tidak jauh dari rumah Lana.

***

Karena POV

"Ren, gimana dengan Calulla? Dia setujukan? Soalnya, tadi Teresa antusias banget pas aku ceritain soal kepindahan kita untuk pulang kembali ke Qualet." kata Giovan, suamiku, dan dad dari anak-anakku, Calulla dan Teresa.

"Calulla setuju saja Van, cuma ya dia agak setengah nggak rela juga. Tapi, mau bagaimana lagi kan? Itu adalah jalan satu-satunya untuk kita bisa kembali berkumpul dengan sanak saudara yang ada di sana. Toh, juga sudah tidak ada perang Quatelvo lagi kan? Perangnya sudah usai, tinggal kita kembali saja." kataku dengan tersenyum agar Giovan tidak banyak terbebani dan berpikir dua kali untuk segera pindah ke Qualet.

"Terus, Calulla nya mana? Kok nggak kelihatan dari tadi?" tanya Giovan mengalihkan topik.

"Masih tidur." jawabku singkat.

"Terus, Teresa?" tanya Giovan lagi.

"Lagi pergi ke rumah temennya." jawabku lagi.

Dan, kamipun kembali sibuk dengan urusan kami masing-masing.

***

Calulla POV

Aku baru bangun pukul tiga sore. Itupun, karena mom membangunkanku. Apakah selama ini aku tidur?

"Kamu tuh ya, masa tidur terus sampai sore sih? Kamu kenapa, Calulla sayang? Kamu sakit?" tanya mom yang tengah panik dan cemas.

"Calulla nggak apa-apa kok mom.." jawabku dengan suara khas bangun tidur.

"Calulla sayang, kamu cepetan berkemas-kemas ya, kita akan segera berangkat." kata mom yang kali ini nampak berbeda. Iya, mom lebih tegas.

"Sekarang? Katanya minggu depan?" tanyaku tak percaya.

"Ada berita mendadak dari Qualet. Katanya, kakek kamu sakit. Jadi, kita harus segera ke sana. Malam ini juga, pukul sebelas. Keberangkatan sudah disusun sedemikian rupa." kata mom yang malah membuatku tambah pusing. Dan aku, hanya pasrah dan menurut saja.

Eh, tunggu-tunggu. Kita mau pergi ke luar angkasa, bukan luar negara. Keberangkatan? Apa maksud mom? Tidak ada manusia Bumi yang sama macam kita ini.

"Kita akan pergi dengan pesawat luar angkasa milik kerajaan Xerzyo. Bersiaplah segera, kita akan dijemput nanti." kata mok yang langsung bangkit dari duduknya, dan pergi keluar kamarku.

Apakah tadi nyata? Mom seperti bisa membaca pikiranku!

Tanpa pikir panjang, akupun segera mengemasi barang-barangku..

XerzyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang