Calulla POV
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi waktu Qualet Tenggara. Seperti biasa, aku bangun, makan, kemudian mandi, membantu menyirami tanaman yang ada di danden. Juga tak lupa hari ini kami, aku, kak Teresa dan kak Devto akan pergi ke ruang belajar yang terletak di lantai tiga kastil istana.
Hari ini, kami akan mempelajari sihir untuk pemula. Tentu saja kak Devto yang mengajari kami.
"Adik-adikku sekalian, mari kita belajar sihir pembuka dahulu." kata kak Devto ketika kami telah tiba di ruang belajar.
Ruang belajar di kerajaan Xerzyo, berbeda dari kerajaan-kerajaan lainnya. Di sini, terdapat cahaya matahari yang cukup, juga terdapat kolam kecil dan juga berbagai tanaman obat.
"Kita mulai dari mengendalikan air. Mengingat keluarga kita, berasal dari keturunan air." kata kak Devto sebelum beranjak pergi ke sebelah kolam.
Dan ia pun memulai mengajari kami.
"Gerakkan tangan kalian ke kanan dan ke kiri sebanyak angka kelahiran kalian." kata kak Devto sambil memperatikkan sekaligus memberi contoh kepada kami.
"Lalu, ucapkan mantra sambil menjulurkan tangan kalian ke depan. Demi Dewi Air yang selalu memberi kehidupan kepada kami. Kami bersyukur atas apa yang ada. Berilah kami kesempatan untuk mengendalikan Air. Hanya demi kebaikan, Hanya demi kebaikan, Hanya demi kebaikan.."
Kata kak Devto sambil mempratikkan di kolam.Lalu tangannya bergerak ke bawah, dan mengangkat air ke atas. Dan, WOW!!! Sungguh menakjubkan.
Di Bumi, tidak ada yang seperti ini. Ya, tidak ada yang seperti ini. Namun di Qualet, semua yang tidak mungkin, menjadi mungkin.
"Baiklah, sedikit materi pemula yang telah kak Devto contohkan. Sekarang, Teresa praktikkan seperti yang aku pratikkan tadi." kata kak Devto yang langsung dibalas dengan anggukan kecil kak Teresa.
Aku tahu, susah sekali mengendalikan air jika kita tidak benar-benar percaya. Aku juga tahu, kepercayaanku dengan kak Devto amatlah sangat berbeda.
Kini, kak Teresa memulai gerakannya. Dan mulai mengucapkan mantra.
"Demi Dewi Air yang selalu memberi kehidupan kepada kami. Kami bersyukur atas apa yang ada. Berilah kesempatan untuk mengendalikan Air. Hanya demi kebaikan, Hanya demi kebaikan, Hanya demi kebaikan.." lalu, tangan kak Teresa pun mulai turun ke bawah, dan menggerakkan ke atas. Namun apa yang terjadi? WOW!!! (Airnya tidak bisa naik).
"Apakah kamu tidak ada kepercayaan sedikitpun kepada sang Dewi? Kalau Q, berarti benar. Kamu tak akan bisa melakukan jika kamu tidak percaya.
"Kak Devto, Calulla mau bicara sebentar, boleh?" tanyaku tak tertahankan. Dan ini memang harus segera diluruskan pokok permasalahannya.
Kak Devto pun hanya mengangguk setuju.
"Kak Teresa di sini sebentar ya." kataku kepada kakak perempuanku yang satu ini, sebelum meninggalkannya sendirian di dande.
Aku dan kak Devto pun pergi ke ruang tengah untuk berbicara serius empat mata. Di sepanjang perjalanan, kami hanya diam. Tak ada yang berani memulai pembicaraan.
Sesampainya di ruang tengah, kamipun duduk berhadapan, dan memulai pembicaraan.
"Kak Devto." sapaku terkebih dahulu.
"Ada apa Calulla?" tanya kak Devto penasaran. Mungkin, ia menganggap masalah ini amat sangat serius. Dan sebenarnya, memang iya.
"Kak Devto, sebenarnya aku dan kak Teresa itu berbeda-"
"Yap, berbeda pemikiran!" potong kak Devto ngasal.
"Bukan begitu kak Dev, tapi aku dan kak Tereaa ini-"
"Berbada dengan kak Devto!" potong kak Devto lagi.
Idih, ganteng-ganteng kok bego sih. Umpatku dalam hati.
"Bisakah kak Dev tidak-"
"Q."
Lagi-lagi!!! Jeritku dalam hati. Aku sangat sebal sekali hari ini. Bukannya belajar serius, eh kak Devto malah begini. Haduh..
"Kak Devto bisa diam sebentar nggak sih!!!" bentakku tanpa sadar, dan reflek aku berdiri dan pergi meninggalkan kak Devto.
Aku tidak tahu daerah ini. Akupun juga ngasal main pergi begitu saja. Tapi, tak apalah.
Aku pergi ke arah Selatan istana Xerzyo. Aku tidak tahu ada apa di sana. Aku terus berjalan, hingga tiba di sebuah pedesaan. Ya, pedesaan.
Tapi, di desa ini nampak telah maju teknologinya. Mungkin di Bumi dan Qualet memang berbeda.
Akupun memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang rindang, sambil menatap menyaksikan para penduduk desa bekerja. Mereka bekerja sama, dan canda tawa selalu menghiasi mereka.
Deg.
Seperti ada yang memegang bahuku. Sontak, akupun langsung berbalik badan sambil berdiri.
Kak Devto.
"Maafin kakak, kakak T sengaja bercanda. Apa yang mau Calulla sampaikan?" kata kak Devto penuh kasih sayang.
Hatinya terbuat dari apa sih? Kok baik banget? Udah dibentak juga, masih saja sayang. Jadi makin suka deh, eh maksudku sayang. Mana boleh suka sama kakak sendiri, kecuali di Qualet ada izin untuk itu. Batinku.
"Kok malah melamun sih?" tanya kak Devto membuyarkan lamuananku seketika.
"Kak, sebenarnya aku dan kak Teresa itu berbeda keyakinan dengan kakak. Kami, tidak menyembah Dewi sebagai pemberi kebaikan. Kami menyembah Tuhan." kataku penuh pengertian.
"Kalau begitu, apa masih bisa buat aku dan kak Teresa melanjutkan latihan sihir ini? Kata kakak, harus ada keyakinan, tapi kami tidak berkeyakinan seperti itu." lanjutku lagi.
"Dan maafin aku yang sudah membentak kakak tadi." sambungku.
Kak Devto hanya diam saja.
"Mungkin masih bisa, Calulla sayang." kata kak Devto dengan kata, sayang?
Hatiku serasa meloncat dari tempatnya berada. Sungguh, aku sangat bahagia sekali. Meskipun itu hanya sebatas sayang dari kakak untuk adiknya.
"Mari kita kembali ke kerajaan lagi, kasihan Teresa sudah menunggu lama." kata kak Devto mengajakku pulang.
Namun aku sepeti tidak mau pulang kembali ke kerajaan, dan kak Devto pun telah melangkah mendahuluiku.
"Kak Devto." ucapku yang sukses membuat langkah kak Devto terhenti.
"Ada apa Calulla, kenapa kamu masih saja berdiam diri di situ?" tanya kaka Devto yang kini telah berjalan berbalik arah menuju tempatku berdiri.
"Calulla belum siap menjadi Zamatushi. Calulla malah ingin kembali menjadi rakyat biasa seperti di Bumi." kataku sambil menerawang melihat penduduk desa yang bekerja bersama-sama.
"Jangan begitu Calulla. Kamu pasti bisa, karena kakak akan selalu ada di samping kamu. Kapanpun kamu butuh bantuan, kakak akan mencoba sebisa mungkin membantu kamu. Kakak janji, akan selalu menjaga kamu dan Teresa, Calulla sayang.." kata kak Devto yang sukses membuatku trenyuh mendengarnya.
Reflek, akupun memeluk kak Devto sambil menangis di balik punggungnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Xerzyo
Fantasy"Perang Quatelvo akan segera terjadi lagi, dan kalian harus berhati-hati. Karena kalian yang diincar para Kraketer itu.