2#Berita Kepulangan

1 2 0
                                        

Calulla POV

"Calulla sayang, kamu maukan, lanjut sekolahnya asrama saja?" tanya mom yang tidak berpikir dahulu, jika ini masih fajar. Di saat orang-orang masih terlelap, mom malah membahas masalah ini lagi, di waktu pagi buta lagi.

"Mom, Calulla maunya sekolah biasa saja. Nggak usah pakai acara asrama-asramaan segala. Memang ada apa sih mom, kok kayaknya mom ngotot banget buat masukin aku ke asrama?" tanyaku yang berusaha bersikap sesopan mungkin.

"Bukan begitu Calulla, mom hanya ingin kamu mandiri saja." kata mom yang malah membuatku jengkel dengan jawabannya itu.

Kemudian, dad pun datang tanpa mengetuk pintu kamarku terlebih dahulu. Tapi, tak apalah.

"Ada apa sih, masih pagi buta juga. Mom, jangan dipaksa kalau Calulla nya nggak mau." kata dad penuh pengertian.

Ya dad, dad itu peka banget sama aku. Nggak kayak mom. Batinku dalam hati.

"Dad, nggak bisa gitu dong. Gimana pun juga, sudah saatnya kita kembali dengan membawa Calulla beserta Teresa ke sana. Apa dad lupa, ini sudah tahun ketiga belas?" kata mom yang malah membuatku bingung.

Apa maksudnya dengan kembali? Membawaku dengan kak Teresa?

"Ya mom, dad ngerti kok. Teresa pun sudah berumur lima belas tahun. Tapi, apa tidak sebaiknya menunggu Teresa berumur tujuh belas tahun saja?" kata dad yang tambah membuatku tak mengerti atas segala perkataan mereka.

Mereka pun terus berdebat dengan topik utama yang sama, dan yang malah membuatku tambah bingung. Apa sih, yang mereka maksud kan? Aku tak mengerti. Lantas, akupun mengakhiri perdebatan ini.

"Mom, dad, stop!" kataku yang langsung dibalas dengan suasana hening. Ya, mereka diam. Namun, secepat ini kah?

"Mom, dad, ada apa sebenarnya?" tanyaku dengan nada pasrah kepada mereka.

"Tidak ada apa-apa, Calulla sayang.." kata mom seraya mendekatiku, dan mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.

"Mom, Calulla harus tau. Dan, masalah Teresa, biar dad saja yang urus." kata dad seraya meninggalkan kamarku.

Setelah dad pergi, akupun dengan rasa keingintahuan yang tinggi, mencoba bertanya pada mom yang kini duduk di sampingku.

"Mom, ada apa?" tanyaku dengan nada yang amat sangat halus nan sopan.

"Kita harus segera pergi, namun tepatnya kembali. Kita harus segera meninggalkan tempat ini. Ini bukan tempat kita, Calulla sayang.." kata mom yang penuh pengertian.

"Apa maksud mom? Iya, memang benar, Calulla sudah lulus sekolah dasar. Namun, Calulla kan bisa memilih sekolah Calulla sendiri." kataku dengan wajah yang amat sangat memelas.

"Bukan begitu Calulla. Sebenarnya, kamu harus tau ini. Kita, harus pergi dan meninggalkan Bumi, tempat kita berpijak saat ini." kata mom yang sontak membuatku melongo, kaget.

"Kita tidak berasal dari Bumi, Calulla. Dan kita, sudah lama meninggalkan tempat kelahiran kita. Kamu, dan kak Teresa, akan melanjutkan sekolah di sana. Dan, kalianlah penerus keluarga kita kelak.

"Kamu dan kakakmu, sebenarnya adalah seorang putri. Sedangkan mom dan dad adalah raja dan ratu. Kita dulu tinggal dan hidup di planet bernama Qualet. Dan, kerajaan kita bernama Xerzyo.

"Kita pindah ke Bumi, karena saat itu suasana sedang genting-gentingnya. Banyak sekali pertumpahan darah yang terjadi. Dan di saat itulah, planet Qualet sedang melaksanakan perang kehancuran bernama perang Quatelvo.

"Perang Quatelvo, adalah perang yang sudah diramalkan sejak 50 abad yang lalu, oleh peramal bernama Merz. Tuan Merz adalah peramal yang sangat disegani pada masa itu. Dan diduga, ia belum tiada saat ini. Mungkin, karena ia telah mempelajari ilmu 1001 kitab itu." kata mom yang menceritakan kisah yang sebenarnya dari jati diri keluargaku..

"Apa itu ilmu 1001 kitab, mom?" tanyaku penasaran disela-sela cerita mom.

"Itu adalah ilmu yang terkuat, dan saat ini baru Tuan Merz seorang yang bisa mempelajari hingga tuntas. Dan, kamu Calulla, akan sekolah di asrama bernama Magic Q. Xerzyo Academy bersama kak Teresa." kata mom mengakhiri cerita. Padahal, aku ingin mendengar kelanjutan kisahnya.

"Ya sudah, mom tinggal dulu keluar ya. Nanti kamu langsung mulai siap-siap saja. Minggu depan, hari Selasa, jam tiga sore, kita langsung pergi. Dan rumah ini, nggak akan mom dan dad jual kok. Tenang saja." kata mom yang langsung melenggang pergi. Mungkin mom khawatir aku tanya macam-macam.

Kini, aku sendirian lagi.

Mom sudah keluar kamar.

Dan jam, masih menunjukkan pukul setengah tiga dini hari.

Tok..tok..tok..

Bunyi suara pintu di ketuk. "Boleh kak Teresa masuk?" oh, ternyata kak Teresa. "Masuk saja kak, pintunya nggak Calulla kunci kok." kataku sambil setengah berteriak.

Ceklek. Pintupun terbuka.

"Kamu sudah tau tentang keberangkatan mendadak kita minggu depan?" tanya kak Teresa sembari berjalan mendekat ke arahku, dan duduk di sampingku.

"Aku sudah tau kak." jawabku singkat namun mantap.

"Oke kalau begitu. Kita mulai saja nanti bersiapnya. Kakak mau adain acara perpisahan dulu sama temen-temen kakak." kata kak Teresa penuh antusias.

"Sepertinya kak Teresa sangat antusias sekali?" tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.

"Bukan begitu Calulla, kan kita mau pulang kan?" kata kak Teresa menyakinkan.

"Iya kak. Tapi, memang kakak nggak sedih gitu?" tanyaku mencoba mencari tahu, mengapa kak Teresa justru sangat senang sekali saat mendengar kabar kita akan pulang ke planet Qualet.

"Nggak gitu juga kali, La. Ya sudah kalau begitu, kamu lanjut tidur aja dulu, kakak juga mau lanjut tidur. Kakak pergi dulu ya." pamit kak Teresa yang hanya aku balas dengan anggukan.

Setelah kak Teresa pergi keluar dari kamarku, akupun mencoba untuk tidur kembali dan masuk ke alam mimpi, namun tidak bisa. Aku mencoba sekali lagi, tetap saja tidak bisa. Pikiranku saat ini sedang sangat kacau balau. Mungkin karena perkataan mom tadi yang sangat mengejutkan. Namun, aku berusaha menepis ingatan beberapa menit yang lalu.

Dan kucoba memejamkan mataku, perlahan namun pasti. Hingga aku telah terlelap dan masuk ke alam mimpi..

XerzyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang