2. Ayah

138 19 18
                                    

AYAH
Andai saja rasa rindu dapat langsung terucap dari bibir.  Entahlah mungkin aku ragu, ragu karena benci dan rindu padamu sehingga membuatku tak dapat mengucapkannya lagi, sebab terlalu lama aku mengandung rindu itu dan tak pernah di cairkan oleh suasana hatiku sendiri. Seolah semuanya adalah kesukaan padaku memendamnya. Apa kau tahu rasa sakitnya? Hingga darahku rasanya sakit untuk mengalir.

Dalam hidup aku ingin menjadi orang yang terbahagia dan bukanlah orang yang mengemis untuk diberi kasihani hatiku ini.

Dan KAU kaulah penyebabnya.

Rasa benci juga rindu ingin sekali ku punahi dan aku remukkan. Tapi kau tau rindu itu terletak di dalam dadaku merunyam disetiap kali aku menangis. Ingin sekali ku punahi dan remuki, tapi andai saja berhasil ku remuki pastilah diri ini mati tak dapat bersuara lagi hanya untuk mengucapkan apa kabar kau?.

DAN KAU? PAMAN
Andai saja mulutmu waktu itu diam tanpa suara. Pasti lidahmu itu akan selamat dari siksaan api neraka.

Kau tau betapa sakitnya hati ini? Perih, sakit, kecewa merentas masuk sekali ke dalam hatiku, ia berhasil mengiris dan menyentuh pengendali amarahku. Dan memang benar akulah anak yang malang, mendapati kisah yang amat perih pun terbuang. Apa kalian suka jika aku seperti ini iya?.

IBU
Bagaimana nasib kuliahku bu? Masihku ingat tutur bicaramu padaku.
Lantas ibu pernah lancang berkata sombong padaku dan ibu telah menghancurkan mimpiku secara nyata!.

Siapakah yang sombong? aku atau kau? Ohh aku yakin ibu telah menganggapku sebagai anak yang malang yang sombong juga pembangkang. Tapi ketahuilah bu untuk apa kau mendidikku? Agar aku merubah nasib kita kan? Lantas kenapa ibu begitu takut dengan masalah biaya?.

Ya memang Tuhan itu tidak adil.
Tidak adil dengan urusan takdir ku.
Akulah si anak malang mendapati masa yang lewatpun menyedihkan, banyak luka dan kecewa merenggut hati baikku akan tulus dan sopan dan seolah berubah keras menjadi pembangkang dan kasar.

Jika memang benar tuhan hanya mengujiku apakah benar caraku dalam menyampaikan salamku terhadapnya? Oh aku yakin tidak pastinya aku salah dan hina pastinya.

Namun umurku telah berbisik lesu kepadaku. Bertaubatlah nak. Kata itu terus saja terlintas di pikirku, tapi aku terlalu sakit, hatiku menjadi candu untuk melampiaskan amarahku. Tapi pada siapa?.

Di dalam kertas ku tuliskan sebuah nama tersirat juga luka dan tergambar jelas apalah yang tengah kurasa. Lihatlah disetiap lembarnya ada lunturan kertas akibatku mengeluarkan air mata ku yang cengeng. Namun lihatlah bukanlah aku yang kuat melainkan air mata itu jatuh sendiri tanpa izin mengapa ia mengalir begitu saja tanpa ada yang mengusap.

Puisiku untuk Ayah

Kau...
Aku membencimu
Pernahkah kau merangkulku?
Adakah kau memelukku memanjakanku? Ataupun pernah kau mengusap air mataku?
Bahkan aku telah lupa bukankah aku tak berarti bagimu haha
Kaulah Ayah yang malang mendapati kisah yang teramat malang pun pilu

Siapakah yang memberiku nama? Apa kau ayah? Tidak ibulah yang berbaik hati memberiku arti sebuah nama.

Seandainya waktu dapat dikembalikan dan seandainya tuhan mengizinkan.
Tolonglah izinkan kenangan buruk ku itu berubah menjadi berbanding terbalik Tuhan buatlah ia menjadi kebahagiaan.

Jadikan Ayah disampingku
Jadikan Paman mempercayaiku dan Ibu.
Dan jika itu benar terjadi aku ingin begitu dalam.
Tuhan aku ingin memancarkan secarcah senyuman manisku pada mereka.

Arti namaku akan segeraku wujudkan meskipun mati tantangannya
Aku rela.

Ayah
Ketahuilah
Rasa benciku itu terhadapmu telah hampir seluruhnya ada di dasar hatiku.

Dan kau tau?
Rasa rindu itu hanya sekian 0,5 persen yang tinggal didalam ragaku selebihnya tak berharap lagi.
Tapi percayalah aku bukanlah anak yang bisa kau jadikan sampah.

Ya memang benar ada neraka yang akan menghujamku dan membakarku di alam akhir besok. Tapi percayalah sehelai rambutku yang tampak, ku relakan membuatmu masuk kedalam kejolak api itu. Tanpa ku sadari akupun ikut masuk membawamu kesana.

Apa?
Kau mau menyebutku sebagai anak durhaka?
Boleh sangat boleh ku izinkan
Tapi ingatlah satu hal
Namaku tak ada sangkut pautnya denganmu
Dan darahku?
Semoga saja tidak ada mengalir darahmu yang kotor itu.

⛅⛅

Kekurangan part ini

Saya lupa kata kias dan majas, dan terakhir kayanya cerita diary ini gajebong bener deh, maafiin saya ya dan part yang ini kayanya tidak sesakit dan bermakna dalam seperti yang di part awal.
So maafiin saya ya.

Kelebihan
What cerita kaya gini punya kelebihan? Kira kira apa ya kelebihannya?

Answere: Yang mau nanya kata demi kata yang tidak mengerti di setiap partnya atau setiap baris baru tanya langsung ke saya ya? Please jangan jadi Slient Readers.

Btw memang saya sengaja memilih kata yang agak sedikit gaje, juga ribet dan ambigu ya untuk di mengertinya perlu penghayatan.
Jadi komen bagi yang penasaran.

Jujur readers semua boleh kok bertanya-tanya juga tentang maknanya oke juga boleh itu.

Dan maaf jika saya terlalu nyinyir juga ribet.

Dan yang terakhir
Kayanya nih part ini nggak semenarik part pertama deh, ya nggak sahabat fillah? Kalau iya komen dong.

Lanjut ke part berikutnya yups
Hehe alaymah yups yups.
Apaan sih gaje yakan
Oke fiks abaikan hanya hiburan semata ya sanak.

Jan lupo Komenlah yo tambah jo Votenyo ciek yo. Lai namuah sanak tu?

M U A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang