3. Bahagia?

99 21 10
                                    

Kini siapa yang harusku jadikan tempat bertopang diri.
Ibu?
Paman
ataukah Ayah?

Siapakah diantara mereka yang perduli akan diriku ini yang selama ini hancur, sakit, kecewa bahkan mati rasa?.

Kini hidupku ibarat air tanpa mata air. Aku yakin jika lepas nanti. Aku dewasa pasti aku akan dibutuhkan oleh semua orang, tapi mata air itulah yang kini menghilang dihidupku tanpa penjelasan yang berarti hingga jejaknyapun tidak terlihat. Sungguh mata air itu telah hilang ia tak dapat mengalir selayak biasanya.

Dalam hidup ku serahkan sebenarnya takdirku pada Tuhan.Tapi tuhan itu tidak sekali menenggang hatiku, aku sakit patah serta terluka dia tidak adil terhadapku.

Siapakah temanku di dunia nyata? hanyalah sebatas kertas dan pena, pun caraku hidup juga berbeda. Tak ada yang menginginkan aku menjadi temanya entah kenapa, padahal aku baik dan pastilah aku ingin membuat mereka tersenyum disaat bersamaku apa aku salah?
Tapi mereka yang berteman denganku itu hanya mengharapkan kepintaranku di alam nyatanya saja. Sungguh sakit hati ini seakan tahu hal itu mereka semua munafik.

Dan kini tibalah saatku menangis di pagi hari. Dingin dan sejuk lambaian terpaan angin membuatku tau akan suasana merindu juga kesepian hampa kosong di hatiku dan hawa kebencian penuh nafsu ingin membunuhnya.

Apakah takdirku itu memang begitu menyedihkan? jika tidak kenapa tuhan hanya bisa mengujiku dengan rasa sakit bukan bahagia? mengapa tuhan mengapa?.

Dan kini masa SMAku telah berakhir, terlalu banyak kenangan buruk disana. Berbeda dengan masa SMPku dulu, disanalah aku begitu ceria dan banyak sekali teman. Entah sejak kapan orang hanya mengharapkan sesuatu dari ku semenjak kini dan ku pikir pola pikirku juga sudah berubah dari yang dulu.

Kini aku telah Lulus SMA dan kau tau apa yang aku alami?
Masih ingat cara Ibuku berkata

KAU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR CITA-CITAMU ITU TERAMAT TINGGI SEHARUSNYA KAU MIKIRLAH DENGAN KEUANGAN KITA NAK.
sempat aku ingin mati saja setelah mendengarkan ucapan itu.

Kunci sebuah kesuksesaan ada 3 menurutku. Satu Kepercayaan terhadap kita Kepedean, dan Kerja keras di sertai do'a itulah yang niscaya dapat merubahku.

Namun kepercayaan ibu terhadapku telah ia sirnakan, ia yakin aku takkan mampu dan ini perihal biaya tentunya. Biaya itu bisa saja belakangan bu karena di sekolahkan banyak juga beasiswa.

Sempat diriku mengisi SNMPTN sewaktu itu (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negri) untuk lulusan SMA yang akan melanjutkan kuliah ke Ptn yang diinginkan. Dan seleksi itu melainkan seleksi nilai Raport kita dari semester satu sampai semester enam dan pesingrate setiap jurusan yang kita pilih juga menjadi penentunya masuk tidaknya kita disuatu Ptn yang kita pilih.

Sebelum aku mengisinya aku berkata kepada temanku yang hanya dialah yang berhasil menjadi temanku semenjak SMA.

Dia memilih Ptn sesuai yang ia inginkan pun jurusan yang ia kuasai.
Sedangkan aku? Ku pilih Ptn yang sangat tinggi ialah ITB pilihan pertamaku jurusan Desain Grafis dan Komunikasi Visual dan aku dinyatakan gagal untuk lulus. Masih satu lagi Ptn yang ku isi di UNAND jurusan Sastra Indonesia dan Sastra Daerah Minangkabau pun ternyata aku nihil padahal aku asli orang padang.

Masih ku ingat ketika ku mengisi formulir itu.
LEBIH BAIK AKU MEMILIH PESINGRATE YANG BANYAK supaya aku gagal masuk dan alhasil aku bahagia.

M U A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang