Waktu 3

2.4K 160 0
                                    

Pak Hanif tidak terima diperlakukan sewenang-wenang! Dia emosi waktu dibawa oleh Fabian cs ke markas mereka setelah sebelumnya diculik, lalu di jebloskan ke mobil seenaknya saja. Dia tidak terima!

            Esoknya, dia mengadu ke Pak kepala sekolah.

            “Saya tidak terima Pak. Anak-anak bau kencur itu mencuri kunci-kunci sekolah, menculik saya seenaknya, lalu menyekap saya. Itu kelewatan, Pak! Keterlaluan! Saya tidak terima di perlakukan begini! Ini tindakan kriminal! “

            Dan begitulah, Fabian cs akhirnya disidang di ruang Kepala sekolah.

            “Benar, apa yang dikatakan oleh Pak Hanif tadi?” tanya Pak kepsek tajam.

            Fabian cs hanya diam saja. Menunduk.

            “Tindakan kalian benar-benar kelewatan. Apa modus kalian melakukan itu? Jawab!”

            Fabian cs tak bias mengelak lagi. “Kami...menyesal Pak.” jawab Bian pelan. Yang lainnya ikut mengangguk.

            Pak Kepsek, menghela napas berat. ”Skorsing selama seminggu! Sebelum itu temui dulu Bu Naila.”

            Semuanya tersentak. Bu Naila??? Skorsing serasa lebih ringan dibandingkan, menemui Bu Naila yang akan menceramahi mereka dulu sampai telinga mereka merah!

*  *  *

            Seminggu tiga kali, Dhias menerima pelatihan dan bimbingan untuk Olimpiade Internasional bulan depan. Makanya jadwalnya padat sekali sekarang. Pemantapan Olimpiade, latihan taekwondo dua kali seminggu, lengkap sudah jadwalnya. Enam hari full. Dari Senin sampai Sabtu.

            Motor CBR seri terbarunya ia gas gila-gilaan. Ingin rasanya dia sampai rumah cepat-cepat. Badannya sudah pegal semua. Dan otaknya terus teriak minta istirahat sejak tadi. Tapi harapannya untuk pulang cepat sia-sia.

            Di tengah jalan, dia melihat ada tawuran kecil. Sepertinya antar-geng. Di jalan yang sepi begini, tak ada yang lihat dan tidak ada yang tahu. Awalnya Dhias cuek tapi setelah tahu kalau ada Fabian cs di dalamnya, Dhias langsung saja turun dari motor dan membantu. Menyerbu lawan dari Fabian cs.

            Bian teriak, satu mata pisau mengancam di depan mata, pada saat yang tepat Dhias menerjang pemilik pisau bermata satu itu. Meringkusnya dan menghajarnya sekali dan langsung jatuh. Bian kaget.

            “Hai.” sapa Dhias, Dia menghajar satu orang yang ada di sampingnya yang nyaris menghajarnya juga.

            Bian juga ikut menghajar orang yang tersisa. ”Gue mau minta maaf soal kemarin.” kata Bian, tapi sambil menghajar orang itu.

            “Sama-sama. Gue juga minta maaf, karena selalu bikin elo kesel.”

            “Heh! Ngobrolnya entar aja!” teriak Juju senewen. Melihat Dhias dan Bian berantem sambil ngobrol santai begitu, membuat kepala Juju stress.

            Hanya dalam lima belas menit semua musuh lari tunggang langgang. Kelima anggota geng Bian sudah berdarah-darah bajunya. Membuat Dhias tertawa.

            Bian dan yang lainnya bengong. ”Ternyata elo bias ketawa juga?” tanya Bian retoris.

            “Gue pikir, elo cuma bisanya baca buku sambil pasang muka serius doang!” Satu teman Bian nyeplos.

LOVINESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang