"No matter how many times
I try to say these words,
they never reach you.
Once again, my eyes stare somewhere
out the window."
Blurry Eyes - L'Arc~en~Ciel•••
NAPASNYA masih memburu ketika mengetuk pintu apartemen Zenzo kuat-kuat lantaran pria itu sudah mengubah kode keamanannya. Ia tak percaya dengan apa yang terjadi, sebagian dirinya berharap ini hanya mimpi, namun semakin keras ia mencoba meyakinkan ini mimpi, semakin kuat pula kenyataan menamparnya.
Dua minggu lalu ia melihat berita itu kali pertama, berita calon suaminya tertangkap kamera reporter tabloid gosip sedang berpelukan mesra di eskalator sepulang dari teater dengan seorang wanita berambut pirang stroberi dan bibir merah muda yang ternyata sahabat terbaiknya, Rena.
Awalnya Rui tetap berpikir postif bahwa keduanya pergi bersama lantaran hubungan kerja antara pengacara dan klien, mungkin berpelukan di eskalator sebagai tanda perpisahan sebelum keduanya kembali ke apartemen masing-masing.
Namun malam ini, Rui tak lagi bisa berpikir bahwa hubungan Zenzo dan Rena adalah hubungan kerja, mana ada hubungan kerja yang pergi ke hotel bersama, tinggal di kamar yang sama dan baru pulang esok paginya?
"Zenzo, aku tahu kau di dalam!" Rui menggedornya semakin keras, mengabaikan kepala-kepala yang melongok dari apartemen sebelah.
Foto-foto keduanya kembali menghiasi layar televisi, dengan sebutan love bird, tak malu berpegangan tangan bahkan saling mencium di depan publik. Mereka dibanjiri ucapan selamat, berharap hubungan keduanya langgeng tanpa tahu bahwa yang berada di sisi Rena merupakan pria yang dalam waktu seminggu akan menjadi suaminya!
Aku! Akulah yang berada di sana lebih dahulu, aku yang menempati tempat itu lebih awal!
Selagi menyaksikan berita tersebut, Rui mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Kedua orang itu berselingkuh tepat di depan matanya, menaruh bangkai di bawah hidungnya dan ia bahkan tak mampu mengendus bau busuk itu?
"Zenzo—" Rui menghentikan teriakannya ketika Zenzo muncul dengan kaus rumahnya, membalut tubuh tegap berotot tersebut masih dengan tetesan air dari rambut yang basah. Dari jarak dua meter tentu Rui bisa mencium dengan jelas aroma mint, aroma yang membuat malam-malamnya terasa pedih lantaran hubungan jarak jauh mereka selama 2 tahun.
"Apa mau—"
Ucapan Zenzo terhenti mana kala bogem mentah mendarat di wajah pria itu, membuat tubuh tegapnya limbung ke belakang, ia mengusap hidungnya yang basah dan mendapati darah mengalir di sana, tentu harga dirinya sebagai pria terhina.
"Sialan kau!" tangan kanan Zenzo terangkat tinggi, siap melayangkan tamparan keras ke pipi pucat Rui, bekas-bekas menangis selema dua minggu ini.
Bukan menghindar, Rui justru memajukan wajahnya, menantang Zenzo. "Pukul aku." Mata biru cerahnya nampak terbakar dan kulitnya jauh lebih kusam dari yang terakhir bertemu, ia melihat jelas tanda-tanda kelelahan itu di wajah Rui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Knot
RomanceKizu Rui harus menghadapi kenyataan pahit bahwa namanya selalu mendatangkan hal tak menyenangkan dalam kehidupannya.