Ah, if I am a work of failure,
haven't you already noticed it isn't complete?
L'Arc-en-Ciel - Shout at the Devil•••
Mungkin Rui memang memiliki banyak tawaran kerja mulai dari brand lokal hingga brand internasional, namun saat itu ia dilirik karena Kizu Rui yang model dan berwajah masam itu merupakan sahabat karib Rena, jadi kalau Rena tak bisa maka hubungi Rui saja, pasti semua orang akan setuju kalau menyebut model yang mereka ajukan sejajar dengan Rena lantaran bersahabat.
Rui yakin seratus persen bahwa setiap orang yang menawarinya pekerjaan lantaran ia adalah sahabat Rena, bukan karena dirinya memenuhi standar untuk menjadi wajah sebuah brand. Buktinya, ketika rumor merebak dengan tuduhan bahwa dirinyalah yang terlalu berharap Zenzo menyukainya hanya karena diberi perhatian kecil, banyak brand yang berbondong-bondong memutuskan kontrak dengan Rui atau sengaja mencopot billboard berwajah Rui.
Kalau dihitung ulang tak cukup sebelah tangannya menghitung kontrak pekerjaan yang masih berlaku hingga awal tahun depan. Ia harus menetapkan secepatnya apakah ingin melanjutkan karier modelingnya atau melepaskan semua untuk mengejar impian awalnya sebagai desainer interior.
"Ayahmu punya pacar baru." Ibunya bergumam sambil membawa secangkir besar teh inggris dengan irisan lemon mengambang di dalamnya. "Kemarin mereka makan malam mesra, padahal putrinya sedang kesusahan dia malah asyik main gila, ayah macam apa dia itu sebenarnya?"
Sambil mengeluarkan piring-piring yang ia beli di Belgia, Rui hanya melirik ibunya sebentar. "Yakin itu pacar barunya? Bukan cuma kolega?"
"Mana ada sih kolega yang berpegangan tangan?"
"Mungkin kolega Papa buta dan perlu dituntun?" ia menggedikkan bahunya.
Desahan pelan terdengar dari tempat Eireen duduk bersila di atas sofa yang masih terbungkus plastik. Perlahan tangan hangatnya—bekas memeluk cangkir teh—membelai kepala Rui perlahan, diperhatikan baik-baik rambut putrinya yang berubah hitam pendek sebahu, ia lebih menyukai rambut Rui yang panjang dan sama sepertinya, bukan yang seperti ini. Rasanya ia seperti tersisih di tengah masyarakat yang berambut gelap.
"Kasihan putriku," ungkapnya agak sedikit bergumam. "Kau harus merasakan apa yang kurasakan juga, padahal tiap malam aku berdoa agar aku saja yang mengalaminya, kau jangan."
Rui berhenti mengelap piring-piring porselen berwarna gelap tersebut kemudian berdiri hingga wajahnya sejajar dengan televisi baru yang dibiarkan mati. Matanya menangkap sosok di pantulan layar televisi dan memerhatikkannya lama-lama tanpa sadar. Wajahnya nampak jauh lebih pucat dengan rangkuman warna hitam serta mata yang terlalu kosong, benarkah itu dirinya di pantulan cermin?
"Rui~chan?"
Hampir saja Rui melompat saat tangan hangat ibunya menyentuh punggung tangannya yang dingin. Sesaat Rui mengerjap, meraih kembali nyawanya yang melayang-layang selama beberapa saat sebelum berbalik ke dapur membawa piring-piring dan menyusunnya rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Knot
RomanceKizu Rui harus menghadapi kenyataan pahit bahwa namanya selalu mendatangkan hal tak menyenangkan dalam kehidupannya.