3. Right to Regret

1.5K 229 36
                                    

Things to lose and things to give up all look shiny for sure I weighed up my options and chose on my own, And I also threw away the right to regret

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Things to lose
and things to give up
all look shiny for sure
I weighed up my options
and chose on my own,
And I also threw away the right to regret

Laughter - Official HIGE Dan dism

•••

Surel berisi, 'kau diminta datang ke ruangan Bos besok' adalah hal mengerikan bagi semua pekerja, jangankan ruang bos, ruang HRD saja bisa membuat perut mulas berjam-jam apalagi kalau sudah seserius kantor bos, pasti akan ada omelan besar yang ia terima pagi ini.

Kaki yang berat ketika melangkah ke sebuah ruangan di ujung koridor dengan dua meja sekretaris berwajah masam sudah pasti mengiringi kewajibannya pagi ini datang memenuhi perintah atasan. Keiko menelan ludahnya terlalu keras, semakin lama semakin berat pula beban di kakinya, bahkan ia yakin sekarang dirinya terlihat seperti biksu yang berlatih kung fu dengan beban di kaki seperti di film-film lama yang ia tonton.

Keiko, manajer dua tahun Rui, berkeringat dingin saat sekretaris bos dari Galaxia Entertaiment mengetuk pintu gelap yang menjadi momok menakutkan bagi manajer-manajer artis sepertinya. Semoga takkan terlalu lama ceramah penuh emosinya.

"Selamat pagi, Sensei." Sapanya masuk seperti kepiting.

Mitsuyama Akki, pemilik sekaligus chief executive Galaxia, adalah pria pertengahan 40-an dengan tubuh tinggi dan otot yang pamer dari balik kemeja kuning keemasan motif pensil ketat seperti petarung profesional, semoga takkan ada yang patah lantaran ditampar oleh Mitsuyama.

"Ya, masuklah, cepat." Wajah Mitsuyama nampak tak sabaran sambil membaca lembaran kertas di tangan, bahkan pria itu tak benar-benar melihat Keiko saat menunjuk kursi di hadapannya.

Keiko duduk tegak dengan keringat membasahi punggungnya sementara menunggu Mitsuyama membereskan berkas dan akhirnya duduk di kursi berhadapan dengan Keiko.

"Tahu mengapa kau dipanggil pagi ini, Osamu~san?"

Tentu menyangkut Rui, tapi ia tak yakin betul mana hal yang begitu mendesak hingga ia dipanggil pagi-pagi, bukankah biasanya teguran melalui surel pun bisa membuat manajer dan artisnya ketari-ketir. Meski begitu, Keiko tetap menjawab, "Ya."

"Bagaimana caramu menangani Kizu Rui sebenarnya, Osamu~san?"

Keiko hampir saja menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar pertanyaan Mitsuyama.

"Bagaimana bisa ia membuat skandal seperti ini dan setelah itu menghilang, bahkan ajakan Rena untuk bertemu di media pun tak digubrisnya. Apa kau menasihatinya dengan benar?"

Mengapa justru Rui yang dipermasalahkan atas skandal ini? Bukankah harusnya jelas siapa yang berada di pihak yang salah?

"Maaf, Mitsuyama Sensei, aku setuju dengan keputusan Rui untuk tak menanggapi komentar ataupun ajakan berdamai di acara radio Rena. Kurasa tak ada yang lebih baik dari membiarkan berita ini berlalu."

Butterfly KnotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang