4. Song on the Radio

1.6K 216 20
                                    

We gradually became out of sync,That’s also just a common story I’ve gotten used to hearing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

We gradually became out of sync,
That’s also just a common story I’ve gotten used to hearing.
Even in the days that shone to that extent,
Dust continues to pile up.

Probably by YOASOBI

•••

Karena sofanya sudah tiada dan televisi pun tiada, malam ini Rui tidur di ruang kerja, terlelap di kursi dengan posisi agak merosot dan dagu menopang di dada hingga seluruh badannya terasa lebih remuk dari biasanya saat bangun pukul 10 pagi. Komputernya masih memutarkan lagu klasik pengantar tidur dengan layar yang menampilkan pekerjaan selama ia mengasingkan diri, desain interior yang bernaung di bawah nama besar ibunya sebagai arsitek.

Sinar matahari yang menyusup dari celah tirai bukanlah satu-satunya yang membangunkan paksa Rui pagi ini, suara orang berdebat terdengar terlalu jelas bahkan sekarang suara ibunya, karena Keiko tak pernah berteriak, terdengar melengking tajam menyuarakan ketidaksetujuan.

Dengan langkah malas dan punggung sakit, Rui muncul di ruang tengah, tempat sebuah peperangan sudah pecah akibat hal sepele, paling tidak menurut Rui ini amat sepele.

"Kalau mau bertengkar, jangan di rumahku," ungkapnya berjalan menuju dapur sambil memukuli punggungnya pelan.

"Lihat, apa kau pikir dengan kondisi seperti itu bisa merawat dirinya sendiri di negeri asing?" ibunya menunjuk Rui yang terlihat berantakan, pucat, dan sungguh menyerupai pecandu. "Aku takkan setuju, pokoknya aku harus ikut!"

"Dia sudah 25 tahun, putrimu yang kau pikir tak bisa mengurus dirinya sendiri itu jauh lebih mandiri dari yang kau duga, biarkan dia pergi." Kizu Seiji melihat putrinya tumbuh dengan baik di London meski ia tak selalu mampu menemaninya. "Dia takkan apa-apa, lagi pula itu cuma Belgia! Kau berjanji hanya akan tinggal di Brussel, bukan?"

"Yep, hanya di Ibu Kota," jawab Rui sambil duduk di kursi makan, menolak ikut dalam perdebatan orangtuanya.

"Kau itu ayahnya bukan sih? Biasanya justru pihak ayah yang melarang putri mereka berpergian jauh, bukan ibu."

"Karena aku mengerti dia, makanya kubiarkan dia pergi untuk menenangkan diri."

Meski tak melihatnya secara langsung, Rui bisa menggambarkan wajah Skotlandia ibunya, kulit porselen berbintik di pipi, yang tersenyum sinis sambil mengibaskan rambut auburn kebanggaannya saat mengatakan, "Baru mengurusnya 5 tahun saja sudah merasa paling mengerti."

Meninggalkan Seiji, Kizu Eireen yang memiliki nama asli Eireen O'Hara, menghampiri putrinya. Bagi Eireen, Rui tetaplah putri kecilnya yang selalu menangis saat pulang sekolah, Rui kecilnya yang murung hingga Rena datang. Sayangnya, satu-satunya sahabat Rui yang sangat ia percaya justru mengambil pria yang akan menjadi suami Rui.

Apa yang bisa mendeskripsikan pandangannya terhadap Rui? Putrinya yang tinggi dengan rambut cokelat, kulit yang terlalu putih untuk orang Jepang dan terlalu kuning untuk orang Eropa, iris kehijauan, tak bisa dikatakan seorang kulit putih namun tak cukup meyakinkan sebagai kulit kuning.

Butterfly KnotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang