On the journey that follows through the twisted years
The sole flame I felt on my eyelids
(Hyde - Loreley)•••
Orang awam pikir membuat lagu itu semudah mual kemudian muntah, datang tiba-tiba dan selesai dalam satu kali percobaan, sempurna di aransemen pertama. Membuat lirik itu semudah mencari kata-kata untuk menyumpahi kelompok berselisih paham di Internet, terpikir, kesal, tulis, dan reda.
Pada kenyataannya, mencari nada tidak semudah itu, ada kalanya Gen tak menemukan nada yang ia maksud di kepalanya, terkadang pula lagu tersebut berbeda dari ekspektasinya, dan sangat sering ia kesulitan untuk merangkai kata sesuai vibe yang ingin ditimbulkan dari lagu tersebut.
Anggapan bahwa menjadi seniman—baik itu rupa, literasi, maupun musisi—adalah pekerjaan termudah karena tak perlu banyak menghitung nyatanya hanya omong kosong belaka. Mungkin bukan pekerjaan tersulit di dunia, namun seniman membutuhkan banyak sentuhan kesabaran di sana sini, butuh menjadi pendengar yang arif, dan penyemangat diam-diam.
Membuat lagu sama seperti membuat inovasi, butuh banyak trial dan error yang menyertai perjalanan lagu tersebut hingga bisa dinikmati oleh pendengar sebagai karya tiga sampai enam menit yang membekas. Banyak malam-malam yang dilalui dengan kegelisahan, pagi-pagi yang diisi secangkir ide berbentuk kopi, dan siang-siang yang diisi dengan kemuakan hanya untuk sebuah karya seni.
Gen paham setelah lima tahun merintis karier sebagai musisi, banyak pesan masuk yang mengatakan bahwa mereka terbantu karena mendengarkan musiknya, atau cerita yang penggemar tinggalkan di website setiap kali mendengar lagu tertentu mereka akan teringat satu kenangan di masa lampau yang manis dan pernyataan tersebutlah yang menguatkan Gen di saat-saat frustrasi melanda bak tsunami setiap kali membuat materi album.
Tak heran jika banyak musisi dunia yang tak tahan dengan ritme kerja menggila dengan standar selangit yang terkadang tak mampu mereka capai dalam waktu singkat. Kata jurnal kesehatan mental yang ia baca di pesawat, banyak musisi yang memutuskan untuk bunuh diri lantaran tertekan lagu yang mereka hasilkan tak sesuai ekspektasi mereka namun label tak mau tahu dengan hal tersebut hingga terpaksa harus dirilis secepat mungkin dalam keadaan setengah matang. Terkadang jumlah penjualan yang fantastis saja tak cukup membuat musisi bangga akan karyanya, Gen bahkan harus mengaku malu pada musik ciptaannya di awal karier yang terkesan asal-asalan karena ingin menuruti pasar.
Tapi tak ada balita yang lahir langsung pandai berlari, bukan? Harus merasakan bagaimana jatuh bangun dan mengompol di celana sebelum tahu apa itu kamar mandi. Seiring waktu berjalan, mereka bertambah dewasa dan musik bukan hanya sebagai ladang uang, melainkan ekspresi yang tak tersampaikan pendengar mereka.
Seperti pagi ini, setelah 40 jam berjibaku dengan segala tetek bengek rekaman, Gen terpekur di depan komputer, memandangi 4 track audio hasil rekaman dari sore kemarin. Ia sudah menebaknya bahwa melodi gitar saja tak cukup untuk menutupi keganjilan intro yang menurut Gen kurang menggambarkan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Knot
RomanceKizu Rui harus menghadapi kenyataan pahit bahwa namanya selalu mendatangkan hal tak menyenangkan dalam kehidupannya.