Saat seorang wanita tersenyum, ia sama cantiknya dengan bunga sakura yang sedang mekar
-Seo Changbin-
***
Tuesday, 16.12 KST
Angin musim semi itu begitu menyejukkan. Ditemani dengan udara sejuk dari aroma bunga sakura yang bertebaran dimana - mana ikut membawa suasana Indah. Bahkan jika dikatakan udara terpolusi, ada sakura yang selalu mengubah aroma dengan semua yang dimilikinya. Namun sayang, bulan Juni belum juga menyingkir sehingga butuh waktu beberapa bulan lagi untuk menunggu waktu secerah itu.
Selasa sore, ia duduk ditengah lapangan rooftop terbuka. Membiarkan kedua lengannya menjadi bantal untuk sementara agar rambutnya tidak langsung mencium tanah. Tas berwarna hitam terlampir di sisi tubuhnya, seperti baru saja dilempar oleh seseorang karena terlihat beberapa buku - buku keluar dari tempat seharusnya dia berada.
Dia bangkit, mengibas - ngibas seragam musim seminya supaya butir - butir debu tidak lagi menempel walaupun ia percaya lantai rooftop selalu bersih karena hanya dia satu - satu penunggu Setia disana.
Dia Changbin tepatnya Seo Changbin, dengan mata tajam setajam elang, tubuh jangkung dengan kaki yang jenjang, dan semua yang dimilikinya itu berdiri menatap langit secerah musim semi. Changbin tersenyum senang kala angin sepoi mempermainkan rambut coklat gelapnya dengan gemas. Tidak pernah ia tersenyum senang secerah ini kecuali rambutnya yang menari bersama udara musim semi.
Meskipun mata tajam Changbin tampak menakutkan, namun jika bibir tipis miliknya membentuk seulas senyum tentu saja terlihat ramah bagi siapapun. Namun sayangnya, Changbin terlalu malas tersenyum hanya untuk sekadar berbasa - basi karena baginya itu hanya membuang waktu saja dan lagipula, tidak ada orang yang benar - benar seperti yang ia kira. Juga, tidak perlu semua orang melihat senyumannya.
Hembusan angin musim semi memang salah satu hal yang Changbin sukai selain duduk terdiam di pinggir rooftop sekolah sembari menikmati angin musim semi yang menghembus tubuh jangkungnya. Dengan kaki jenjangnya yang menapak menghadap pagar besi penghalang pinggir rooftop yang menawarkan langsung padatnya suasana kota Incheon di siang hari. Tangannya pun berpenyangga pada pagar rooftop seraya menatap kedepan lurus. Sesekali Changbin memejamkan mata ketika angin kembali menarikan rambutnya.
Setiap hari sepulang sekolah, Seo Changbin selalu menyempatkan dirinya hanya untuk diam sejenak di rooftop selama beberapa menit di sekolahnya.
Menikmati betapa bahagianya ia ketika berdiri disisi pagar dengan perasaan kosong. Tanpa ada beban sama sekali. Padahal dia tahu, nasib membuatnya harus memikul hidup yang berat yang mungkin bagi orang lain Changbin terlihat seperti menghabiskan waktu tanpa berbuat apapun seperti mengikuti kegiatan klub sekolah. Namun, tentu saja semua hal yang ia lakukan hanya ia yang mengetahuinya. Dan begitu ia merasa sudah cukup untuk menenangkan diri dari kesibukan, Changbin beranjak dari tepi rooftop, meraih tasnya di lantai kasar rooftop dan pergi dari sana.
Dengan senyum merekah yang tersimpul di bibirnya, Seo Changbin melangkah menjauhi rooftop dengan perasaan gundah yang di musnah habis ketika dia menghabiskan waktu disana. Tentu saja dia merasa bahagia hanya dengan rutinitas kecil yang menyenangkan seperti itu.
Namun....
Sesuatu yang aneh membuat ia kembali berpaling. Belum sempat tangannya terulur membuka pintu tangga, mata tajam Changbin kembali mengintimidasi. Bola mata hitam itu semakin melebar saja lantaran seseorang dengan seragam yang sama turut berdiri membelakangi Changbin yang bingung mempertanyakan siapa itu.
Rambutnya berwarna merah marun lurus seperti membelah punggungnya. Dia menunduk menyaksikan apa yang ada dibawah dengan kedua tangan mencengkeram pagar pembatas dengan erat. Sesaat setelahnya kakinya turut berbicara.