●|●
Aku mengerang saat merasakan sakit disekitar pundakku, mengucek mata dengan kasar dan menggeliat. Mengusap wajah beberapa kali sebelum akhirnya membuka mata dan terkesiap.
Aku ketiduran!
Pada saat jam Kim ssaem sedang mengajar.
Aku bersyukur bahwa aku tidak perlu mendengar omelan itu ketika ketahuan ketiduran pada saat guru tampan bernama Kim Namjoon itu mengajar, atau setidaknya menimpuk kepalaku dengan buku hingga seluruh mata melihat kearahku lalu tertawa menyaksikan raut keterkejutanku.
Aku pernah mengalami itu sekali, jadi aku berharap tidak ingin buku bahasa Inggris yang tebalnya tujuh sentimeter itu menepuk kepalaku yang belum sepenuhnya sadar dan melihat wajah tersenyum Kim Namjoon yang menyeramkan bagi aku tentunya.
Namjoon ssaem memang tampan dengan senyum memikat yang dimilikinya, ditambah lagi ia memiliki dua lubang kecil disisi bibirnya menambah kesan manis. Hanya saja, Namjoon ssaem selalu memberikan tugas menumpuk kepada siswa yang ketahuan tidur atau mengobrol di jam mengajarnya. Membuatku semakin bosan saja.
Aku menguap sekali lagi, kantukku masih sama. Belum juga hilang, mataku pun terasa berair karena terus-terusan menguap lantaran memaksakan diri untuk melihat ke papan tulis hijau yang dipenuhi tulisan indah dari dosen Kim Namjoon itu. Aku menatapnya dengan tatapan tak minat dan beralih melirik kesekitar. Sekiranya itu bisa menghalau rasa kantukku yang teramat sangat.
Aku menyesal, seharusnya aku tidak harus begadang menonton film horror berjudul Insidious 4 : The Last Key itu sendirian hingga tengah malam dan naasnya, rasa kantuk semakin menggerogotiku pagi ini. Terlebih suara lantang Kim Namjoon yang menyebutkan rentetan kalimat yang tidak kumengerti membuat mataku semakin berat.
Aku melirik seseorang berkacamata yang fokus dengan catatannya. Lantas tersenyum, melihat seseorang itu mengangguk-angguk samar seakan sangat mengerti dengan semua ucapan guru muda itu kemudian membolak-balikkan buku. Aku mengamati seseorang itu dengan senyum terukir. Setidaknya, rasa kantukku menghilang beberapa saat ketika melihat Seo Changbin, kekasihku.
Aku dan Changbin sudah menjalin hubungan sejak tahun pertama dimana rooftop sebagai saksinya.
Aku bahkan tertawa sendiri mengingat bagaimana kami bertemu. Saat itu ia mengira bahwa aku akan bunuh diri di rooftop itu. Lalu berlanjut dengan rasa penasaranku kepada pria dingin itu hingga dia menolongku dari jerak Jeongin sunbae.
Dan sejak Changbin mengatakan bahwa dia akan membuka pintunya untukku, sejak saat itu hatiku menutup kepada pria lain.
Perlu dikatakan berulang kali bahwa aku harus berterima kasih dengan Changbin. Dan aku mencintainya. Ia selalu ada. Dan selama ini, aku sungguh menyayanginya.
"Yang Hyejin! "
Lamunanku buyar, aku tersentak saat Kim Namjoon melempar penghapus papan tulis kearahku sehingga tanganku terkena goresan berwarna putih akibat penghapus itu.
Aku memungut benda malang itu dan meletakkannya diatas meja. Menggigit bibir sedalam mungkin karena hari ini, aku pasti akan diceramahi lagi.
"Harus kukatakan berapa kali Yang Hyejin. Kau harus fokus dan tetap melihat kedepan. Jika kau mengawasi pacarmu terus, bagaimana bisa kau mengerjakan tugas dariku nanti? "
Aku mengutuk dalam hati, mengutuk betapa bodohnya aku. Harusnya kedua mataku ini tetap melirik kedepan dan tidak terganggu karena si kampret Changbin itu. Dan hasilnya sekarang, Changbin tersenyum diam-diam melihat aku kembali diceramahi.