02.Menyebalkan

154K 5.4K 30
                                    


Voment please

****

Happy reading

"Biarkan Dia masuk!" Dea membalikkan badannya saat suara gerbang terbuka, Dea melihat siapa orang yang berada di belakang Ranita. Mata Dea melebar, Dia sangat mengenal orang itu.

Dea melangkah masuk ke dalam sekolahnya.
"Kasih Aku alasan ke napa Kamu terlambat agar Aku tidak menyesal telah membiarkanmu masuk ke sekolah.".

Dea memutar matanya malas.
"Maaf Kak, tadi ada seseorang yang memang sengaja membuat Saya terlambat." Ranita bersidekap dada menatap Dea.

"Hanya itu?" tanya Ranita, Dea mengangguk.
"Dav, Lo yakin mau biarin Dea masuk?" ya Dea lupa kalau Dava adalah mantan ke tua Osis dan sekarang mungkin adalah jadwalnya piket membantu anggota Osis baru.

Kami memang kelas dua belas dan Dava baru turun dari jabatannya.
"Ya, biar Gue yang hukum Dea." Ranita tersenyum meremehkan kearah Dea, banyak orang yang takut pada Dava karena kalau cowok itu menghukum siswa pasti tidak pandang bulu. Entah itu laki-laki ataupun perempuan. Sedangkan Dea hanya memutar mata malas.

"Ikut Aku." Dea hanya pasrah ikuti ke mana langkah Dava membawanya.

Dea memandang ruangan yang akan Ia masuki dengan heran, Ia kira Dava akan menghukumnya dengan membersihkan toilet ataupun lapangan. Ke napa Ia di bawa ke ruang Osis?.

"Kamu mau masuk atau jadi patung di depan pintu De?" tanya Dava, Dea memutar matanya jengah namun tetap mengikuti intruksi Dava masuk ruang Osis.

"Jadi apa hukuman yang Kamu berikan?" tanya Dea to the point saat Dava baru selesai menutup pintu, Dava terkekeh dengan ke ketusan Dea kali ini.

"Kamu penasaran banget ya Sayang?" goda Dava, Dea mendengus. Dea menatap Dava jengah, tahu akan tingkah Dava yang ingin menggodanya entah yang ke berapa pagi ini.

"Enggak juga, tapi Aku bisa ke tinggalan pelajaran pertama." Dava menaikkan satu alisnya atas ucapa Dea.

"Memang sekarang Kamu enggak ke tinggalan?" Dava menggeret kursi lalu menarik Dea agar duduk. Dea menurut, lalu melihat Dava yang juga menggeret kursi yang sama tapi berhadapan dengan Dea lalu mendudukinya.

"Ya tapi setidaknya Aku masih dapat sisa waktu pelajarannya." jelas Dea, benar bukan? Setidaknya Ia masih punya waktu untuk mendengarkan materi pelajaran pertama yang tersisa dari pada tidak sama sekali.

"Kamu saja belum selesaikan hukuman Kamu, jangan ke pikiran buat kejar jam pertama." Dea mendengus mendengar jawaban santai dari Dava.

Dava bersidekap dada memandang wanita yang sudah mengisi harinya selama setahun itu, hal yang mampu membuatnya bahagia adalah saat Dea merajuk atau mencari perhatian padanya. Dava meneliti setiap lekuk face Dea yang begitu sempurna di matanya, senyum indah lalu perhatian yang wanita itu berikan padanya selama ini selalu membuatnya tidak ingin jauh dari wanitanya.

"Ke napa lihat Aku kaya begitu?" Dava terkekeh.
"Ke liatan banget ya Yang?" Dea berdecak tidak habis pikir dengan pertanyaan Dava, jelaskan pria itu tengah menatap ke arahnya. Bahkan mata Dava meneliti wajahnya dari ujung rambut hingga ke dagu, jangan pikir Dea tidak tahu itu.

"Ke luarkan buku Kamu." pinta Dava.
"Untuk?".
"Menjalankan hukumanmu Yang." Dea mendengus mengeluarkan bukunya. Menuruti semua ucapan Dava adalah solusi terbaik Dea kali ini.

"Sudah.".
"Semua!" Dea menatap Dava sarkastis 'mau apa sih Dia?' batinnya menggerutu.

Dava tersenyum puas melihat wajah di tekuk Dea entah yang ke berapa pagi ini karena ulahnya. Dava sendiri tidak tahu, ke napa Ia berubah menjadi Dava yang jahil pada Dea.
"Hm.".

HMH Seasons 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang