Part 7

1.7K 191 61
                                    

"Ada yang bilang.. Cinta takkan pernah jauh-jauh dari rasa sakit. Ketika kau memutuskan untuk mencintai seseorang maka saat itu pulalah kau harus siap untuk menanggung manis dan pahitnya sebuah hubungan..."




Beberapa meter dari unit apartement God......

Bas berdiri diujung lorong dengan raut wajah tak terbaca. Ia berkali-kali menarik nafas berusaha menghilangkan sesak didadanya. Matanya menghangat. Pandangannya buram. Genangan tercipta dipelupuk matanya. Perlahan air mata jatuh membasahi kedua pipinya.

Bas tersenyum miris. Melihat kenyataan dihadapannya. P'God,kekasihnya berpelukan bersama wanita. Dan itu Shrlin, sang mantan.

"Aku benar, kan?"Bas berucap lirih, entah pada siapa."Kecurigaanku bukan tanpa alasan..."

Mereka masih berkomunikasi.. Mereka masih bertemu diam-diam...

Ini terlalu menyakitkan. Rasanya sangat sakit. Mencekik. Hingga Bas merasa kesulitan bernafas.

Ia menghapus air mata dengan kasar. Buru-buru melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti. Bukan menuju unit apartemen kekasihnya, tapi berbalik menuju tangga darurat.

"Bas......"tapi tiba-tiba sebuah suara menggema diruangan tangga darurat tersebut. Langkah Bas terhenti tepat setelah mencapai ujung anak tangga di lantai satu.

Bas tidak menoleh. Tanpa menolehpun ia tahu bahwa sesosok pria yang masih mengenakan hoddie orange itu,Kim. P'Kim.

"Kau baik-baik saja?"ucap Kim begitu kakinya terhenti di hadapan Bas.

Bas menunduk tak membalas.

"Ayo pulang." Kim meraih tangan kecil pemuda pucat itu lalu menggenggamnya.

Bahu kecil Bas bergetar."Kenapa Phi menyusulku?"

Kim menatap Bas." Maaf tapi aku mencemaskanmu."

"Apa aku terlihat begitu menyedihkan?"Bas berujar lemah. Masih enggan menatap kedua mata Kim. Kali ini suaranya terdengar bergetar.

Kim melepas genggaman tangannya. Menyentuh kedua pundak Bas. Ia menarik nafas pelan. "Butuh pelukan?"

Tubuh Bas menegang. Ia tersentak. Ia akhirnya mendongak, menatap Kim dengan mata berkaca-kaca.

Kim tersenyum kecil. Bibir Bas makin gemetar. Dalam hitungan detik ia langsung memeluk Kim dengan erat.

"Aku menangis bukan karena aku sedih....... "bisik Bas didada Kim sambil terisak. Ia meremas erat punggung hoddie orange yang digunakan Kim.

"Tapi.....aku marah pada diriku sendiri. Aku......pecundang."




Sesungguhnya...rasa sakit itu bahkan lebih nyata dari kebahagiaan itu sendiri....






*************







Kim menyodorkan sebuah mug yang berisi cairan coklat panas ketangan Bas.
Setelah menyeret paksa pemuda pucat itu dari apartement God, Kim dengan suka rela membawa adik kecilnya itu untuk menginap dikediaman pribadinya.

"Minumlah....."

Bas menerima dengan lesu. Meletakkan mug itu diatas meja lalu kembali memeluk kedua lututnya. Ia melakukan itu dari awal duduk sampai detik ini. Kim bersumpah jika ia tak sampai hati melihat raut sendu Bas,tapi ia memilih diam. Sekarang bukan saatnya untuk mengomel apalagi marah-marah. Kim cukup faham situasi.

"Kenapa tidak diminum?"tegur Kim mendudukkan dirinya disamping Bas.
"Masih panas..." Bas berujar lirih.

Mereka saat ini duduk dibalkon kamar Kim yang ada dilantai dua. Memandang kelangit malam yang tidak dihiasi bintang. Hanya dihiasi awan kelam pertanda akan turun hujan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind the Scene (BoyxBoy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang