~ HANIFA [Dua]

168 14 4
                                    

Bagian II

Merasakannya

Beberapa hari ini Firman dan Nana mulai sibuk untuk mempersiapkan beberapa kebutuhan sekolah. Tidak lama lagi Nana sudah masuk sekolah. Sungguh tak terasa bidadari kecilku ini sudah menjadi siswi SD. Beruntung aku masih sempat melihatnya masuk sekolah pada saat hari pertama namun disaat kehadiranku di pagi itu aku melihatnya terbangun dan sedikit murung. Aku sudah menduga jika dia malas untuk ke sekolah. Kala itu Firman membujuknya dan menghiburnya namun tetap saja dia tidak mau hingga akhirnya disaat Nana mulai ingin tiba-tiba pandangannya tertuju padaku dan menyadari kehadiranku. Seperti jika dia ingin bercerita tentang yang dia rasakan.

"Kalau begitu Ayah mandi dulu yah nak, kalau Nana tidak mau ke sekolah yah tidak apa-apa nak nanti Ayah antar ke rumahnya nenek." Kata Firman yang membujuk Nana.

Ohh... Tidak bissaa... Sebagai seorang Ibu ini hal yang tidak boleh dibiarkan. Memanjakan anak dengan menuruti keinginannya yang tidak baik itu hal yang tidak boleh!! Andai saja Firman bisa mendengarku saat itu juga aku akan membuat perhitungan dengannya!

Namun dengan tenang aku mendekati Nana disaat Firman keluar kamar beranjak untuk mandi. Di hadapannya aku duduk dan berkata,

"Nana kenapa nak?" Tanyaku

Saat itu dia hanya terdiam menahan tangis. Dengan bibir yang sedikit monyong menatapku seolah sangat rindu ingin dimanja. Pada saat itu aku berhasil menenangkannya kemudian dengan jurus bujuk rayu akhirnya dia ingin ke sekolah.

Tak terasa kini Nana tampak tumbuh dengan cepat dan sehat. Beberapa barang keperluan sekolah telah dia siapkan. Aku sangat senang melihat semangatnya untuk masuk sekolah.

Pagi itu Nana bangun dan berbisik kepadaku memintaku untuk ikut mengantarkannya ke sekolah. Dengan senyum bahagia aku mengangguk dan menciumnya. Hari ini Nana meminta kepada ayahnya untuk mandi sendiri walaupun sebenarnya aku ikut bersamanya ke dalam kamar mandi. Itu hanya alasan Nana selain ingin belajar sendiri mungkin dia juga ingin bersamaku lebih lama. Selesai mandi kami bergegas ke kamar untuk berpakaian dengan senang aku membantu Nana berpakaian dan menyiapkan perlengkapannya. Sementara aku menyisir rambutnya tiba-tiba Ayahnya datang sekejap saja aku melepas sisir hingga terjatuh. Firman tampak heran mengapa Nana secepat ini selesai dan sangat rapi tanpa bantuan siapapun. Tampak keheranan itu di wajah Firman dan aku hanya bisa tersenyum melihatnya berkata "Beberapa detik saja aku terlambat melepas sisir kamu pasti pingsan melihat sisir melayang seperti di dalam film horor. "

"Nana sudah rapi nak?" Kata Firman.

"Iyaa.. " Balas Nana

"Anak Ayah cantik mirip Ibu, kalau Ibu disini dia juga pasti sangat senang, Iya kan Hanifa?" Kata Firman dengan tersenyum.

"Anak kita memang cantik mas.. Aku memang senang dan bahagia dengan semua ini meskipun tak nampak di matamu." Balasku kepada Firman yang tak mendengarku.

Setelah sarapan kami pun berangkat ke sekolah.

"Ayah... Nana duduk di belakang yahh.." Saat itu Nana naik ke mobil ingin duduk di belakang.

"Iyaaa tapi tasnya dilepas dulu, tasnya disimpan di sebelahnya nak." Teriak Firman sambil mengunci pintu rumah.

Aku juga ikut naik ke mobil dan duduk di belakang berdua bersama Nana. Di dalam mobil sesaat sebelum Firman datang Nana berkata padaku,

"Ibuu.. Di sekolah nanti Ibu temani Nana yah biarkan Ayah pergi."

"Iya nak Ibu temani Nana di sekolah." Kataku dengan tersenyum padanya.

Tak lama kemudian kami berangkat namun di tengah perjalanan Firman lupa membawa bekal dan minum buat Nana di sekolah. Kalau kembali ke rumah Nana bisa terlambat. Aku berbisik kepada Nana untuk memberitahu ke Ayahnya untuk singgah membeli cemilan di toko pinggiran saja.

"Wahh Ayah lupa bawa bekalnya Nana nih" Kata Firman.

"Ayah.. Nana mau bawa roti dan susu aja ke sekolah, Ayah beli di toko sebelah jalan aja yah." Teriak Nana.

"Oh.. Iya siapp tuan Putri.."

Tidak lama setelah itu kami singgah di sebuah toko seberang halte. Nana sangat senang bisa membawa beberapa cemilan kesukaannya ke sekolah. Disaat Firman mengantri untuk membayar aku dan Nana keluar toko untuk duduk disebuah tempat duduk yang disediakan toko tersebut. Saat itu kami menatap ke arah halte dan bus. Kami melihat beberapa orang yang turun dan naik ke bus namun aku melihat ada seorang gadis yang tiba-tiba saja aku bisa merasakan perasaannya, rasanya dia memiliki perasaan yang sama denganku dan suamiku namun entah siapa dia saat aku menatapnya dia berbalik menatap ke arah kami dia menatap Nana.

"Kakak itu melihat-lihat Nana yah, Senyum nak kakak itu baik kok."

Kemudian saat itu Nana tersenyum dan tungguu.. aku melihat sesuatu yang ganjil. Aku merasa pria yang bersamanya itu bukan makhluk bernyawa. Sejenak aku berpikir untuk menghampiri mereka namun entah mengapa aku tak merasa jika dia makhluk yang jahat dia berbeda dari makhluk yang pernah aku temui sebelumnya. Sedikitpun aku tak merasa perasaan atau aura negatif padanya. Kemudian tersadar akan tatapanku akhirnya pria itu berbalik dan aku sontak merasakan perasaannya yang selaras dengan wanita di sampingnya. Aku mulai mengerti dengan keadaan mereka maka dari itu aku hanya bisa tersenyum sambil menatapnya.
Pria itu terlihat sangat heran karena aku dapat melihatnya namu dia berusaha tidak peduli dan tidak percaya aku bisa melihatnya. Dia hanya berbalik melanjutkan langkahnya namun sesekali berbalik menatapku yang berjalan menuju mobil bersama Firman dan Nana.

Tak terasa kami sampai ke sekolah Nana. Kami mengantarkannya ke depan kelas. Firman berdiri di luar kelas bersama beberapa orangtua murid lainnya namun Nana menghampiri dan berbisik kepada Ayahnya agar dia tak usah menemaninya dan Ayahnya pun menuju ke kantor. Nana tampak begitu berani dan percaya diri tentu karena Ibunya ada disini meskipun hanya dia yang bisa melihatku.

Disaat jam pelajaran telah dimulai beberapa orangtua murid dipersilahkan menunggu di seberang kelas di tempat khusus orangtua menunggu. Saat itu aku memilih untuk berjalan mengelilingi sudut-sudut sekolah dan tentu saja aku melihat, bertemu dan berbicara dengan beberapa makhluk yang ada di sekolah. Salah satu dari mereka juga adalah seorang Ibu. Aku dengan cepat bisa mengakrabkan diri dan berpesan untuk menjaga Nana dari bahaya ketika aku tak ada. Mereka baik tak seperti di pikiranku yang selama ini menganggap makhluk penunggu sekolah itu seram dan menakutkan atau mungkin karena aku sudah menjadi salah satu dari mereka? Ahh entahlah..

Disaat menunggu Nana pulang sekolah sesekali aku mengintip ke kelasnya. Aku bisa saja masuk dan berdiri di sampingnya karena tak ada yang bisa melihatku namun aku ingin mengajarkan Nana untuk tidak cengeng dan manja. Disaat itu juga seketika aku mengingat Pria yang di halte tadi. Aku penasaran untuk pertama kalinya aku bisa merasakan perasaan orang lain selain anak dan suamiku...

[BERSAMBUNG]

Terimakasih Telah Membaca Dengan Ikhlas dan Sabar.

1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang