Di sebuah taman yang bersebelahan dengan bangunan bertingkat yang ada di fakultas, hanya ada Fina dan Raihan yang lagi asyik berbicara.
"Apakah kamu tidak takut padaku? Aku ini bukan manusia bernyawa lagi loh!" Tatap Raihan.
"Kenapa harus takut? Sekalipun kamu membunuhku aku rela asalkan kita tetap bisa bersama." Senyum Fina.
Raihan tertawa sambil menatap langit ia berkata, "Fina, harus kamu pahami bahwa terkadang kita berada di suatu titik dimana kita benar-benar sadar jika telah memberikan begitu banyak segalanya untuk seseorang, sehingga kita lupa untuk berhenti. Berhenti bukan berarti menyerah."
"Kamu bicara apa sih?" Tanya Fina seolah mengabaikan perkataan Raihan namun sebenarnya ia begitu paham.
"Yakinlah bahwa yang memang takdirmu pasti akan jadi milikmu, dan apa yang bukan takdirmu, meskipun kamu terus mencoba, itu tidak akan pernah jadi milikmu." Lanjut Raihan.
"Aku mengerti maksudmu. Aku pun tak pernah memohon kepada Tuhan untuk merubah takdir yang telah ia tuliskan untukku, sekeras apapun aku mencoba kisahnya akan tetap sama. Raihan... Bolehkah aku bertanya sesuatu?" Fina pun kemudian menatap langit.
"Kamu tak harus bertanya maka tak perlu pula aku menjawab. Aku sudah tau semuanya, hampir setiap hari aku berada di dekatmu. Melihat dan mendengar bahkan mengetahui perasaanmu sudah biasa bagiku." Jawab Raihan tersenyum.
Fina menatap Raihan dengan rasa sedih dan bimbang. Dengan mata berkaca-kaca Fina berkata, "Selama ini aku percaya kalau bertahan pada kenangan dan perasaan adalah tanda kekuatan namun aku menyadari jika aku bertahan artinya aku percaya dan terpenjara akan masa lalu. Kini aku mencoba melepaskan dan mengikhlaskan karena bagiku melepaskan artinya aku telah percaya akan adanya masa depan yang baru untukku. Tapi bagaimana caranya aku melanjutkan masa depan jika kamu kembali hadir disini?"
"Aku disini bukan untuk waktu yang lama, ada waktu dimana kita harus berpisah lagi, bahkan untuk waktu yang sangat lama. Tidak menahanku pergi bukan berarti kamu tidak cinta lagi. Hanya saja, terkadang lebih baik mengikhlaskan dari pada memaksa merubah takdir yang telah dituliskan oleh tuhan." Kata Raihan.
"Apakah kamu ikhlas melepas ku pergi? Dan apakah kamu ikhlas menerima cinta yang akan hadir di hatimu? Jika cinta itu adalah Firman maka aku akan ikhlas dan tenang berada jauh darimu." Lanjut Raihan.
"Entah apa yang harus aku katakan, hati ini berkata terimakasih namun disatu sisi aku merasa sedih karena mengetahui kita benar-benar tidak bisa bertemu lagi. Selama ini aku terus berusaha ikhlas melepasmu namun aku tak pernah bisa, hatiku selalu ingin bertemu untuk menyelesaikan perasaan ini. Akhirnya kita bisa bertemu, meskipun ini untuk terakhir kalinya namun izinkanlah aku membuka pintu hatiku, izinkanlah aku menjalani takdir dan masa depanku." Fina pun mengeluarkan air mata.
"Sepertinya waktuku tidak lama lagi, mungkin aku akan kembali ke duniaku namun ketahuilah aku akan selalu mencintaimu." Raihan pun perlahan mulai menghilang.
"Aku berjanji akan mengikhlaskan perasaan ini, aku takkan pernah melupakanmu walaupun suatu saat aku bisa ikhlas melepasmu seutuhnya. Aku berjanjii..... Raihaannn.... Akuu..uu... bernjanii...." Fina begitu bersedih tak dapat menahan air matanya bercucuran melihat Raihan yang hanya tersenyum perlahan menghilang di depan matanya.
Keadaan seketika berubah menjadi kesedihan. Kini Fina harus kembali melawan rindu, entah kali ini dia akan berhasil ataukah ia tak dapat mengendalikan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia [Sudah Terbit]
RomanceFina adalah seorang wanita yang masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ia adalah wanita yang selalu ceria. Beberapa tahun yang lalu ia mempunyai seorang kekasih yang bernama Raihan namun mereka harus berpisah bukan karena adanya orang...