Entah apa yang harus ku katakan, perasaan ini membuatku sangat bahagia. Di hari wisuda ku hadir kedua orangtua yang masih lengkap dan juga ditambah oleh kehadiran orang yang akhirnya bisa merebut hatiku dan tentu saja kehadiran Raihan. Aku tau kok kamu juga hadir disaat hari wisuda ku. Tak perlu mengucapkan banyak kata cukup kamu lihat jika aku sangat senang dan semoga kamu juga ikut senang yah...
Malam ini aku akan menghadiri acara malam ramah tamah. Sebuah acara singkat yang menurutku biasa saja namun yang menjadi luar biasa ketika aku bisa membawa pasangan. Untuk itu aku harus mempersiapkan diri.
Berhubung karena aku adalah wanita yang tidak tau berdandan maka malam ini aku dibantu oleh Ibu untuk berdandan. Untuk malam ini aku tidak memilih untuk menggunakan gaun dan tak pula aku memakai makeup yang tebal. Cukup makeup seadanya yang penting ada warnanya bagiku sudah cukup. Untuk masalah pakaian aku sempat bingung namun aku ingat jika beberapa hari yang lalu ketika aku dan Firman ke sebuah toko untuk membeli pakaian ujian ternyata waktu itu aku dapat hadiah baju dari Firman. Maka dari itu aku memakai baju tersebut. Berhubung karena kampusku itu berlabel Muslim maka baju yang biasa disebut model gamis yang berwarna hijau tosca itu pun menjadi pilihanku.
Setelah mengenakan baju, aku melihat ke arah cermin sambil ku pakai jilbabnya. Alangkah senangnya aku ketika melihat diriku yang tampak kurus. Ini pertama kalinya aku memakai baju seperti ini apalagi ke acara kampus. Tapi biarlah yang penting cocok buat kita itu tidak masalah, yang jadi masalah itu ketika kita sudah tau tidak cocok tapi tetap dipaksakan.
Malam ini aku juga banyak mendapatkan ceramah dari Ibu. Katanya aku harus sedikit kalem dan banyak diam karena kalau lepas kontrol biasanya aku ketawanya paling keras begitu pula dengan teriaknya. Dalam bersikap, baik itu cara duduk yang sopan aku masih diingatkan karena terkadang kalau aku mau duduk langsung duduk saja, karena kalau di rumah aku duduknya pakai kaki diangkat satu sambil mecabut kuku jempol kaki terkadang sambil makan dan paling parah ketika ketahuan atau tertangkap mata sama Ibu habis cabut kuku biasanya jiwa refleks ku langsung mencium bau kuku tersebut. Hehehe...
Setelah beres dengan berdandan dan belajar petuah dari Ibu aku menunggu Firman datang menjemputku. Setelah ku intip dibalik tirai jendela kamarku memang benar suara mobil itu adalah suara mobil Firman. Seketika aku berlari keluar kamar kemudian Ibu geleng-geleng kepala sambil mengeluarkan beberapa kata bijaknya. Sepatah katapun tak sempat ku dengarkan karena aku berlari begitu ribut.
Ayahku yang berada di ruang tengah sambil menonton hanya menatapku berlalu melaluinya. Pada akhirnya Firman tiba di depan pintu rumah. Sebelum membuka pintu, aku mengatur nafas dulu mencoba menenangkan diri dan bersikap anggun.
"Ehh Kak maaf lama." Kataku sambil membuka pintu dengan lembut.
"Aku baru saja mau mengetuk pintu." Kata Firman.
"Silahkan masuk Kak." Pintaku padanya.
"Gak usah, nanti aku kelamaan duduk, makan, nonton dan tidur, hahaha.." Tawa Firman yang bercanda.
Kemudian dari arah belakang Ibu muncul.
"Eh nak Firman masuk dulu nak, kok kamu biarkan berdiri di depan pintu sih Fina!" Kata Ibu.
"Kami buru-buru Buu... Nanti telat ke acaranyaa..." Kataku sambil memakai sendal yang lumayan ribet cara pakainya.
"Iya Bu tidak usah lagian kami sudah mau berangkat." Kata Firman.
Kemudian Ayahku juga muncul dari balik tembok.
"Hati-hati yah nak, jangan suka lari-lari. Pura-pura tidak lelah itu juga melelahkan loh. Hahaha..." Tawa Ayah yang menggoda ku.
Kami kemudian berpamitan dan berangkat ke lokasi. Aku bagaikan seorang ratu yang mau naik ke atas mobil harus dibukain pintu. Dengan sangat hati-hati aku masuk ke dalam mobil untuk menghindari benturan kecil yang bisa mengundang teriak dariku. Akhirnya kami berangkat dengan sangat senang.
Di dalam perjalanan, sekitar 10 menit pertama kami hanya saling diam. Entah harus memulai dari mana. Aku tak punya bahan untuk memulai pembicaraan. Namun kemudian secara bersamaan kami mengeluarkan kata.
"Kak Firman."
"Finaa...""Ehh kakak aja dulu... Hehehe..." Pintaku.
"Ahh kamu aja dulu, aku belakangan." Kata Firman.
"Aduhh... Aku harus bilang apa?" Ucapku dalam hati.
"Hmmm... Begini Kak, Ehh... Bagaimana kabar Nana? Apakah dia sehat-sehat saja?" Di pikiranku hanya terlintas nama Nana.
"Oh iyaa... Aku hampir lupa, tadi Nana bilang katanya mau foto bareng sama kamu kalau kalian ketemu."
"Ohh begitu yah kak, aku jadi kangen sama Nana..."
Hampir sepanjang perjalanan kami membicarakan Nana dan di akhir Firman berkata sesuatu padaku.
"Fina malam ini kamu begitu cantik. Kelihatan kalem, akhir-akhir ini kamu juga sedikit lebih pendiam. Kamu kayak anak remaja yang lagi jatuh cinta. Hehehe..." Rayu Firman padaku.
"Hehehe... Mungkin perasaan kakak aja, aku tetap seperti ini kok. Kalau dibilang remaja mungkin aku sudah bukan remaja lagi tapi kalau dibilang jatuh cintaaa.... Hmmm... Iyaa..." Kemudian aku tertawa malu sambil menutup bibir menghadapkan wajah ke tiupan AC mobil.
"Ahh yang benar? Kamu jatuh cinta sama siapa? Sama aku yah? Hahaha..." Kata Firman.
"Memang iya..." Jawabku singkat namun merasa malu.
"Kalau aku juga cinta sama kamu, bagaimana dong?" Tanya Firman.
"Kakak jawab aja sendiri, kalau berani tanya ke orangtuaku." Jawabku dengan wajah sedikit meledek.
"Siapa takuut, kalau itu gampang yang penting kamu mau." Balas Firman meledek.
"Mau apa?"
"Mau jadi Istriku, dari awal sudah aku katakan jika aku ingin menjadikanmu Istri dan Ibu untuk anak dan anak-anak kita nanti. Apakah kamu bersedia?" Jawab Firman serius dan bertanya kepadaku.
"Yaa tuhaann... Apa yang harus aku katakan? Entah ini perasaan bahagia atau sedih sih, jujur aku bahagia tapi entah mengapa aku terharuuu... Tetap seperti biasa Fina!! Jangan mengeluarkan air mata nanti bedakmu luntur!!" Ucapku dalam hati.
"Akuu... Bersedia Kak, aku mau menjadi Istri dari Kak Firman dan aku mau menjadi Ibu dari anak Kak Firman. Hehehe..."
"Aduhh ngomong apa sih aku ini, tapi jawabanku ini sudah benar! Akuu maluuu tapiii senang juga sih..."
Tak lama kemudian kami pun sampai dan akhirnya pembicaraan pernikahan itu kami tunda sejenak.
Bagiku acara ramah tamah ini tidak lagi penting. Mendengar sambutan, menonton tarian, dan pembicaraan orang-orang mulai membosankan bagiku. Lagian hampir semua teman seangkatanku sudah lebih dulu sarjana. Hanya ada beberapa saja yang sempat aku temani bercerita, bercanda dan bernostalgia. Kemudian diakhir acara kami berfoto bersama. Aku tak sabar untuk pulang agar bisa kembali berdua bersama Firman untuk melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi.
"Hey Fina! Itu pacarmu yah? Cakeepnyaa, kenalin dong." Bisik seorang teman.
"Ehh Finn, itu kakak duda tampan yang waktu itu kan?" Bisik Mirna.
"Hai Fina, malam ini kamu cantik, beda dari biasanya, kali ini kamuu cantik full feminim full..." Kata teman pria yang satu organisasi denganku.
Entah harus bilang apa kepada mereka, sebenarnya aku malu. Aku hanya bisa menjawab sambil berbisik kepada mereka dan kepada Mirna aku mencubit tangannya karena pertanyaannya. Beberapa teman juga sudah mengerti dan seolah ikut bahagia melihatku terlepas dari rasa galau akibat kisah masa laluku. Mereka takkan pernah tau jika semua yang ku lalui ini tidaklah muda namun sebenarnya asyik dan penuh mistis.
Aku selalu bersyukur dan berterimakasih kepada sang pencipta karena diberikan teman-teman yang begitu sayang dan mencintaiku. Begitupula dengan kedua orangtua ku dan juga cinta Firman yang tulus serta rasa cinta Nana. Tak lupa rasa cinta Raihan yang ikut bahagia dengan bahagiaku. Terimakasih semuanya. Terimakasih telah mencintaiku!
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia [Sudah Terbit]
RomanceFina adalah seorang wanita yang masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ia adalah wanita yang selalu ceria. Beberapa tahun yang lalu ia mempunyai seorang kekasih yang bernama Raihan namun mereka harus berpisah bukan karena adanya orang...