Tak Terduga

13K 180 0
                                    

Author POV

Di dalam sebuah mobil Limonsin berwarna hitam ke dua orang tersebut (Bella dan Edward) tengah di sibukan dengan pemikiran masing-masing. Tak ada satu percakapan pun yang membuat semuanya bertambah canggung.

Bella masih setia menatap luar cendela walaupun bukan pemandangan lalu lintas yang dilihatnya melainkan tengah melamunkan sesuatu. Sedangkan Edward, dia masih sibuk dengan laptop yang ada ditangannya. Melihat surel-surel dari kolegannya.

Tak terasa sudah 4 jam berlalu. Biasanya hanya butuh waktu 3 jam untuk sampai ke kota Brighton  dari London. Di beberapa tempat terdapat kemacetan yang cukup parah mengingat ini hari senin. Hari pertama beraktivitas setelah libur. Ditambah lagi terjadi kecelakaan antara bus dengan beberapa mobil. Membutuhkan waktu yang lama untuk mengevakuasi bangkai kendaraan tersebut.

Kota kecil bernama Brighton. Kota dimana jauh dari hingar bingar keramaian kota London. Dimana tak terlihat gedung-gedung pencakar langit. Hanya beberapa rumah tingkat saja.

Sesampainya disana mereka telah di sambut oleh beberapa warga yang antusias oleh pembangunan perumahan untuk mereka. Pemilik pengusaha property yang bekerja sama dengan perusahaan mereka juga sudah tiba dulu disana.

Mereka berdua (Bella dan Edward) turun dari mobil dan segera menghampiri panggung kecil yang nampak sederhana. Mungkin itu dibuat oleh para warga tersebut. Namun saat beberapa langkah Bella tercekat melihat orang yang sedang berbincang di atas panggung.

~~~~~~~

Bella POV

"Oh God, apa aku tak salah lihat?" ucapku sambil mengedip-ngedipkan mata. Melihat sesosok yang tak asing lagi bagiku.

Apa ada yang salah dengan hari ini? Pertama, aku harus bekerja dengan orang yang udah ngelihat tubuhku yang hampir naked. Kedua, aku harus berada berjam-jam dengan orang sedingin es ini di dalam mobil yang membuat mood ku tidak karuan. Ketiga, orang yang berada di atas panggung sana membuat ku shock berat.

Bagaimana ga shock, tadi pagi saat kita bertemu dia tak mengatakan apapun. Sekarang dia sudah berada disini.

"Selamat siang Mr. Robert. Maaf kita terlambat" sapa Edward pada orang di atas panggung tersebut.

"Selamat siang Mr. Mackenzie. Tak masalah. Saya juga baru tiba disini" ucapnya sambil berjabat tangan.

"Apa anda tidak akan mengenalkan wanita cantik di belakang anda Mr. Mackenzie" tanya nya sambil melirik ke arah ku. ~ Robert

Apa? Dia pura2 tak mengenalku! Batinku gerang dalam hati.

"Oh dia Bella, sekertaris baru saya. Hari ini dia baru mula bekerja" jelasnya ramah. ~ Edward

Baik kalo dia pura-pura tak mengenalku. Aku juga bisa. "Selamat siang Sir, saya Bella. Sekertaris baru Mr. Mackenzie. Senang bertemu dengan anda" salam ku sambil memberikan senyuman ramah sambil menjabat tangannya yang ku buat erat pada pegangannya. Sedikit ringisan nampak di wajahnya.

(Beberapa waktu kemudian setelah melakukan acara tersebut.)

Aku bergegas menghampiri laki-laki yang ada di atas panggung tadi. Nampak dia sedang sendirian jauh dari keramaian orang sedang menikmati hidangan yang di sajikan.

Aku duduk disebelahnya sambil menghela nafas kasar dan tak lupa menyilangkan kedua tanganku di dada. (Mode marah nih ceritanya).

"Ada apa? Kenapa kamu tampak marah Princess?" tanyanya tanpa merasa bersalah.

"Bagaimana ga kesel, Daddy pura-pura tak mengenalku dan juga Daddy ga bilang kalo mengenal Mr. Edward Mackenzie pemilik Mack Corp.?" tanya ku sewot.

Yah laki-laki itu adalah Daddy ku. Pengusaha property yang bekerja sama dengan Mack Corp. pemilik Robenson Property. Aku masih sedikit marah mengingat tadi pagi Daddy tak berkunjung akan ke kota Brighton.

"Tenanglah Princess. Daddy hanya ingin kamu terlihat profesional. Mana mungkin Daddy mengatakan kamu ini putriku pada Mr. Mackenzie. Kamu sendiri yang mengatakan ingin belajar mandiri. Jika Daddy mengatakan kamu putriku pasti Mr. Mackenzie akan memperlakukanmu sedikit berbeda. Masalah Daddy bisa mengenal Mr. Mackenzie itu sudah cukup lama. Beberapa kali kita melakukan kerja sama" jelas Daddy ku yang masih tampan saja walu sudah tak muda lagi.

Aku mendengar penjelasan Daddy yang cukup masuk akal. "Betul juga apa kata mu Dad. Aku harus bersikap profesional. Daddy is the best" sambil mengacungkan jempol.

"Siapa dulu, Daddy" ujarnya percaya diri.

Kami mengobrol seperti biasa. Obrolan dan candaan sering kita lakukan saat bertemu. Aku memang lebih dekat dengan Daddy ku, sedangkan kakak ku lebih dekat dengan Mommy.

Tak terasa 45 menit berlalu.

"Sepertinya Mr. Mackenzie sedang mencarimu" tunjuknya pada seorang laki-laki tampan mengenakan stelan abu-abu dan kemeja biru. Dia terlihat sedang mencari seseorang.

"Ow iya. Aku kesini bersamanya Dad. Aku sampai lupa" ucapku sambil menepuk tangan ke kening ku sendiri. "Aku harus segera kesana Dad. Sepertinya dia sedang mencariku. Sampai bertemu di rumah Dad. Love you".

"Hati-hati Princess". Hanya kata-kata itu yang bisa terlontar dari Daddy melihat diri ku berlari terburu-buru menghampiri Mr. Edward.

Hosh.... hosh....  (Nafas ku tak beraturan)

"Maaf Sir, tadi perut saya sakit. Butuh beberapa waktu di dalam toilet" kata ku berbohong.

"Kamu tau ini jam berapa? Saya sudah mencarimu kemana-mana" ucapnya sinis. Di lihat dari tatapan matanya yang dingin mungkin dia memang sedang marah.

"Maafkan saya Sir. Maaf" kata ku sambil membungkukkan badan berulang kali.

Dia terlihat menarik nafas panjang. "Ayo kita harus segera kembali".

-oOo-

To be continue

Bojonegoro, 14 April 2018

Part selanjutnya sudah langsung ada ya. Kali ini Author langsung publish 2 part sekaligus untuk mengobati redears semuanya yang udah setia menunggu cerita ini.

Sory for typo guys.

GAY AND MISS VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang