[PROLOG]

92 15 2
                                    

5 tahun yang lalu

Terlihat seorang gadis dan seorang anak laki-laki sedang duduk di bangku taman. Keduanya masih hanyut dalam keheningan. Belum ada tanda-tanda untuk saling berbicara. Kemudian, sang gadis pun tampak menanyakan sesuatu.

"Kamu beneran mau pergi?" Tanya gadis itu sambil menunduk

"Hmmm..." jawab anak laki-laki itu cuek

"Kenapa tiba-tiba?"

"Ya nggak tau, itu permintaan papa. Papa harus pindah, buat ngurus perusahaan cabang."

"Aku tau, tapi kenapa harus luar negeri? Kenapa harus London? Kenapa nggak di Indonesia aja? London itu jauh."

"Lo itu berisik ya, Tanya satu-satu. Kenapa harus London? Ya orang emang cabang papa yang lagi bermasalah itu di London, bukan yang di Indonesia."

"Tapi...."

"Tapi apa lagi? Kenapa lo ngomong terus sih?" anak laki-laki itu kelihatannya sudah kesal

"Apa salahnya? Apa kamu tau? Kamu tiba-tiba pergi, dengan mudahnya ngomong gitu. Dan merasa kamu nggak ada salah, Hah?" Gadis itu berteriak dengan air mata yang ditahan

"Ha? Maksud lo apa? Gue disini mau pamitan, gue juga ngomong baik-baik...salah?"

"Kamu pamitan emang nggak salah, tapi kepergian kamu yang salah!"

"Salah dimananya sih?"

"Kalo kamu pergi, aku sama siapa? Siapa yang bakal jagain aku dari anak-anak pengganggu itu? Siapa yang bakal boncengin aku naik sepeda waktu pulang sekolah? siapa yang bakal ngajarin aku kalo ada tugas sama PR?"

"Makanya, gue udah pernah bilang, belajar semuanya mandiri..jangan cuma jadi ekor gue mulu, jangan cuma ngumpet di belakang gue. Bakal ada waktu dimana lo nggak bareng gue lagi, lha sekarang gue pamitan karena gue mau pergi. Kalo lo nggak bisa mandiri,, mau jadi apa lo?"

"Aku tuh masih kecil, aku juga anak cewek...udah sewajarnya dimanja."

"Dasar anak mama."

"Kenapa kamu tuh jadi gini sih? Kamu jadi jahat banget kalo ngomong?"

"Kenapa? Karena gue emang aslinya gini, gue baik sama lo karena mama sama papa yang nyuruh buat baik sama lo, jadi jangan berharap gue baik sama lo karena tulus...cih!" ucap anak laki-laki itu

"Jadi...selama ini kamu tuh cuma pura-pura baik? Gitu maksud kamu?"

"Iyalah"

Gadis itu kembali menundukkan kepala, pecah sudah air mata yang dari tadi ia tahan. Gadis itu tidak menyangka, bahwa teman yang selama ini baik padanya, yang selalu membantunya dalam susah dan senang. Ternyata hanya sebuah kebohongan.

"Nggak bisa kah kamu bohong demi aku? Bohong kalau kamu itu baik sama aku itu tulus, bukan pura-pura. Nggak bisa?"

"Udah cukup selama ini gue pura-pura baik sama lo, gue capek! Lo itu nyusahin tau nggak? Waktu gue banyak yang kebuang cuma gara-gara lo!"

"Kamu ternyata jahat ya." Ucap gadis itu dengan tersenyum miris

"Jahat? Dengan kebaikan gue selama ini, lo bilang gue jahat? Nggak tau terima kasih ya lo!"

Anak laki-laki itu tampak hendak bangun dari duduknya. Nampaknya ia sudah benar-benar kesal dan merasa jika berbicara dengan gadis itu tidak ada gunanya. Tapi, langkahnya terhenti ketika satu tangannya ditahan oleh gadis itu, ia pun menengok ke belakang.

"Apa lagi?" Tanya anak lelaki itu tidak sabar

"Kalau a..aku bilang a..aku suka sama kamu, apa kamu masih mau pergi?" Tanya gadis itu sedikit terbata

"Hah? apa? Lo suka sama gue? Lo bercanda ya ?"

"Aku serius, aku suka sama kamu. Jadi jangan pergi ya."

"Hufft, gini ya..mau lo suka sama gue, cinta sama gue. Gue tetap pergi.Lagian lo tuh masih kecil, masih anak mama aja udah tau cinta-cintaan. Belajar sono yang rajin!"

"Jadi nggak bisa ya?"

"Lo itu batu banget ya. Gue perjelas. Kita masih kecil, cinta paling ya cinta monyet, dan gue nggak suka sama lo. Gue tuh benci banget sama lo, lagian gue ke London mau ketemu teman gue, teman yang nggak pernah nyusahin. Nggak kaya lo!"

"Teman kamu? Cewek?"

"Iya cewek, dia baik, cantik, nggak manja, nggak...." Belum selesai anak laki-laki itu memuji temannya yang ada di London, gadis itu sudah menyela

"Udah cukup! Aku tau aku nyusahin, aku jelek, aku anak mama! Aku tau diri, makasih buat selama ini, makasih buat kebaikan pura-pura kamu. Aku beruntung banget punya teman kaya kamu."

"Oh bagus deh kalo lo sadar, mulai hari ini...kita bukan teman lagi, jadi jangan pernah tanya kabar tentang gue lagi sama mama papa gue. Dah lah, capek gue disini."

Anak laki-laki itu melangkahkan kaki menjauhi taman, ia tidak peduli dengan gadis yang tengah duduk di bangku sambil menangis tersedu-sedu. Ia mungkin tidak mengerti bagaimana perasaan gadis itu, perasaan kehilangan seorang teman baiknya dan perasaan kehilangan orang yang dia sukai.

Keesokan harinya

Gadis itu sejak pulang dari taman tidak mau keluar dari kamar. Keluarganya berkali-kali menyuruhnya untuk keluar, tetapi gadis itu tetap tidak mau keluar. Gadis itu memilih menangis di dalam kamar, menumpahkan seluruh rasa sakit dan kecewanya.

"Sayang....kamu dari kemarin belum makan lho..keluar yuk!" teriak sang mama sambil mengetuk pintu

Tidak ada jawaban dari dalam

"Ishh..itu anak kenapa, pulang main jadi gitu." Sang mama menggerutu di depan pintu

"Kenapa sih ma? Si adek belum mau keluar?" Tanya kakak pertama si gadis

"Mama nggak tau..mama khawatir deh, kalo dia pingsan gimana?"

"Dekkk! Keluar dek! Kalo nggak, kakak dobrak lho!"

Tetap tidak ada jawaban dari dalam

"Kakak dobrak beneran lho...satu..dua...ti.."

Tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, muncul seorang gadis dengan tampilan acak-acakan. Matanya terlihat bengkak dengan kantung mata yang besar. Rambutnya sudah seperti singa

"Ya ampun sayang...kamu kenapa?' Tanya sang mama sambil menangkup wajah putrinya

"Gapapa ma"

"Astaga...kacau banget lo dek"

"Yaudah, sekarang kamu mandi...terus makan, nanti keluarganya Om Hardianto mau berangkat, kita anterin sampai bandara."

"Nggak mau ma, aku capek..mama sama kakak aja."

"Lho? Kenapa? Yaudah deh, yang penting kamu mandi sama makan." Ucap sang mama sambil berlalu

'Lo ada masalah?" sepertinya sang kakak sedikit curiga

"Gapapa, gausah kepo" ucap gadis itu masuk ke kamar lagi

Setelah mandi dan makan, gadis itu kembali ke kamar. Ia duduk termenung diatas kasur sambil melihat sebuah figura. Dari figura tersebut, terlihat foto empat orang anak. Tiga anak laki-laki yang berbeda usia, dan satu gadis. Gadis itu menggenggam tangan anak lelaki disampingnya. Dan dua anak laki-laki lainnya berada di sisi gadis dan anak laki-laki yang sedang saling genggam.Kemudian, terdengar deru mobil di depan rumahnya.

Gadis itu beranjak dari kasur dan berjalan mendekati jendela. Kemudian membuka tirai jendelanya. Terlihat seorang pria paruh baya sedang berbincang dengan mama dan kakak sang gadis. Gadis itu hanya menatap dua keluarga itu dengan diam. Tidak ada niat untuk menghampirinya.Tidak lama kemudian, sang mama tampak masuk ke mobil dan diikuti kakaknya, mungkin untuk mengantarkan tetangganya itu ke bandara. Kemudian, terlihat keluarga yang akan pindah itu memasuki mobil lain.

Gadis itu melihat seorang anak laki-laki masuk ke mobil, kemudian disusul orang tuanya lalu supir pribadinya. Tidak lama, hingga akhirnya dua mobil itu pergi menjauh dari sana. Saat itu juga, air mata sang gadis jatuh, ia terduduk ke lantai sambil memegangi dadanya yang terasa sakit.

"Mungkin emang ini yang baik buat kita...selamat tinggal, Bi." Ucap gadis itu pelan

FORGIVENESS [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang