Part 4

102 25 1
                                    

Aku lelah Ya Robb....

Kemudian terlitaslah di benak Alya, "pasti ada yang disembunyikan dari ku tentang Alsha".

Alsha pov

Kali ini aku harus memilih, antara pergi ke pondok atau ke Bandung tinggal bersama nenek dan sekolah disana

Sebaiknya aku sholat tahajud nanti malam, sekarang lebih baik aku tidur dan bangun jam 3

~~~~

Setelah selesai sholat tahajud aku pikir tidak akan tidur lagi aku akan menunggu adzan shubuh, lalu aku pikir dari pada diam mending baca Al-qur'an

Sholat shubuh pun selesai, ketika aku sedang membereskan tempat tidur tiba-tiba hanphone ku bunyi

"Assalamualaikum", kataku

"Wa'alaikumsalam, nak ini nenek gimana kabar mu dan keluarga? ", ujar nenek

"Nenek?, alhamdulillah nek baik, gimana kabar nenek sama kakek disana? "Tanyaku

"Alhamdulillah nenek sama kakek sehat, nak Alsha gimana hasil ujiannya? ", tanya nenek

"Iya nek alhamdulillah Alsha bersyukur, karena Alsha lulus"ujarku senang

"Iya syukur kalau kamu lulus nak, terus mau dilanjutin kemana? "

"Ini juga lagi bingung nek, Alsha dikasih pilihan sama bunda, kata bunda ingin sekolah diBandung bersama nenek atau masuk asrama" kataku

"Menurut nenek, lebih baik kamu tinggal bersama nenek diBandung, dan sekolah disini, diBandung ada sekolah yang menurut nenek bagus untuk kamu ", kata nenek memberiku saran

Mungkin yang dikatakan nenek ada benarnya juga kataku dalam hati

"Hallo... Alsha? "Ujar nenek karna aku sibuk dengan pikiranku

"Eh iya nek, kalau gitu Alsha pikir-pikir dulu ya nek, secepatnya Alsha kabari nenek jika Alsha udah nentuin", kataku

"Iya sudah kalau gitu, ini nenek udah dipanggil kakek, nanti jangan lupa telpon nenek ya", ujarnya kemudian sudah tidak ada suara apapun disebrang sana

Setelah aku menyimpan ponselku, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu

Tok.. Tok.. Tok..

"Iya masuk aja, pintunya ga dikunci", kataku sedikit teriak

"Sha, kakak mau bicara serius sama kamu", ternyata kak Alya yang datang, aku bingung kenapa tiba-tiba kak Alya datang dengan raut wajah yang sulit ku mengerti

"Iya kak mau bicara apa", kataku jujur aku tidak mau menatap muka kak Alya

"Gini ya sha kakak tu heran sama bunda kenapa coba kamu ga sekolah bareng sama aku, kenapa harus jauh-jauh sampe harus milih antara pesantren dan pergi keBandung? ", ujar kak Alya dengan ekspesi kesal

"Mungkin bunda ingin aku mandiri kak, aku juga ga keberatan kok kak", kataku berusaha tegar padahal aku ga mau jauh-jauh dari kakak dan ayah

"Iya kamu ga keberatan, tapi kakak yang keberatan sama keputusan bunda, ayah juga kenapa malah diem aja harusnya kan ayah bela kamu supaya kamu tetep tinggal disini!! ", kak Alya tetap tidak terima kalau aku harus pergi dari rumah ini.

"Sudah lah kak, lagian aku udah nentuin dimana aku akan sekolah", kataku sedikit ragu

"Serius?, kalau kamu ga mau jangan maksain biar kakak yang bantu bilang kebunda kalau kamu ga mau pergi dari sini", ujar kak Alya terkejut

"Iya kak aku serius, aku udah dapat jawabannya, ternyata kekuatan do'a itu benar-benar terbukti", kataku sambil memegang pundak kak Alya

3 detik kemudian kak Alya memeluk diriku, dan kak Alya mengatakan...

"Kakak sayang sama kamu de, meskipun bunda tidak suka akan kedekatan kita, aku percaya kalau ikatan adik dan kakak ini akan terjalin sampai kapanpun dan dimana pun", ujar kak Alya dengan suara serak, dan aku prediksi sekarang kak Alya menangis

Aku membalas pelukan kak Alya, seraya berkata

"Alsha juga sayang kakak, dan Alsha percaya ikatan ini akan menjadi sebuah kekuatan yang tidak akan terkalahkan oleh apapun", aku pun mulai terbawa perasaan hingga tak terasa cairan bening itu membasahi pipiku

Tiba-tiba saja ada orang yang masuk, dan itu ternyata bunda kemudian bunda tepuk tangan seperti sudah menonton pertunjukan saja

"Bagus ya tadi bunda sama ayah nunggu kalian turun, itu makanan keburu dingin ini malah asik pelukkan", ujar bunda sambil keluar kamar

Sontak kami berdua berdiri dan beranjak ke ruang makan, setelah duduk dimeja makan ayah melihat mataku dan kak Alya, sepertinya ayah tahu kalau kita habis menangis, tapi ayah tidak menanyakan pada kami mungkin karena melihat bunda dan kondisi disini kita sedang sarapan

Setelah selesai bunda pergi terlebih dulu, dan dimeja makan hanya ada aku, kak Alya dan ayah

"Kalian kenapa?", tanya ayah

"Kalau Alya jelasin ke ayah, ayah juga pasti ga bisa bantu jadi ga perlu Alya jelasin", kak Alya yang kali ini angkat suara mungkin karena kak Alya belum bisa nerima kenyataan ini

"Ga kenapa napa kok ayah", kataku berusaha menyembunyikan apa yang terjadi tadi

"Hmm ya sudah kalau ga ada apa-apa ayah berangkat dulu, assalamualaikum... ", ujar ayah seraya pergi karena ayah jarang sekali libur

"Iya Wa'alaikumsalam, hati-hati yah", kataku sambil cium tangan ayah

Karena sekarang ga ada kegiatan apapun aku pun kembali kekamar, dikamar aku melanjutkan membaca novel yang sudah lama aku tidak baca karena ujian kemarin

Ketika aku sedang membaca novel aku teringat akan keputusanku tentang dimana aku akan sekolah, mungkin aku akan memilih sekolah di

Ting... Tong... Ting.. Tong..

Suara bel itu, membuat lamunanku terhenti dan bergegas turun karena sejak tadi tidak ada yang membukakan pintu

"Kemana kakak dan bunda, inikan masih pagi", pikirku karena yang aku lihat dibawah sangat sepi hanya hembusan angin yang aku rasakan

Saat aku membukakan pintu aku melihat seorang wanita yang mungkin seumuran dengan bunda,

"Maaf Bu ingin bertemu dengan siapa? " kataku, tapi anehnya wanita itu menangis sambil melihat ke arahku

"Ibu kenapa?, apa ibu mencari bunda?", kataku mencairkan suasana

"Tidak", kata ibu tersebut

"Ya sudah kalau gitu mari masuk, ngobrolnya di dalem aja bu", kataku sambil mempersilahkan masuk

"Tidak perlu ibu pamit", ujar ibu itu sambil menghapus air matanya dan pergi

"Ibu itu kenapa? Kok tiba-tiba nangis? ", gumamku dalam hati

"Siapa? ", tiba-tiba saja bunda datang dengan pakaian rapih

"Tadi ada perempuan mungkin seusia dengan bunda, tapi", ucapan ku terpotong oleh bunda

"Mana?, kenapa ga disuruh masuk?, gimana sih", ujar bunda dengan wajah yang terlihat marah

"Tadi sudah aku,,, ", aku mencoba menjelaskannya tapi

"Alah udahlah ini udah jam berapa?, udah telat nih gara-gara dengerin omongan yang ga penting", ujar bunda sambil berjalan ke arah pintu

"Bunda mau kemana?, ya sudah lah mungkin mau kerumah temen bunda", kataku sambil pergi ke kamar

Mau gimana lagi, karena libur aku ga ada niatan untuk jalan-jalan ataupun main bersama teman.
Kenapa seiring berjalannya waktu bunda seperti tidak ingin aku ada didalam kehidupannya?, apa yang sebenarnya bunda benci dari diriku?, kenapa bunda seperti tidak ingin melihat aku tumbuh dewasa?, biarlah hanya waktu yang dapat menjawab



.
.
.




Bagi kalian yang memiliki pertanyaan atau kisah yang sama seperti dicerita, saran saya : berdo'a, terus berusaha, buktikan pada semua orang bahwa kalian lebih baik dari pada yang mereka banggakan.

Bodyguard Or Boyfriend? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang