Teruntuk kamu yang selalu menjadi bahan dari ceritaku. Kamu yang masih merindukan kehadiran dirinya. Kamu yang masih membutuhkan dirinya. Kamu yang masih menginginkan dirinya. Dan aku yang tidak bisa menjadi dia.
Entah kapan aku akan berhenti menulis tentang betapa sakitnya mencintai dirimu. Entah kapan aku akan sadar bahwa yang kamu butuhkan itu bukan aku. Entah kapan aku akan berhenti mencintai kamu yang masih mencintai dia. Entah kapan juga aku akan sadar bahwa kamu lebih sakit karena kepergiannya daripada kepergianku.
Entahlah kenapa aku bisa sebodoh ini. Entahlah kenapa aku bisa menjatuhkan hatiku padamu. Entahlah kenapa aku tidak bisa mencintaimu dengan keegoisanku. Entahlah kenapa aku masih bertahan sampai detik ini.
Kalau nanti aku pergi, apa akan ditahan olehmu? Kalau nanti aku pergi, apa kamu akan kehilangan kehadiranku seperti kamu kehilangan dia? Kalau nanti aku pergi, apa kamu akan merinduku seperti kamu merindukan dia?
Entahlah
Apa ini saatnya aku berhenti? Apa ini saatnya aku berhenti dari semua hal tentang kamu? Apa ini saatnya aku berhenti menulis tentang kamu? Apa ini saatnya aku berhenti mengagumi semua hal tentang kamu? Apa ini saatnya aku berhenti bersabar? Apa ini saatnya aku berhenti mencintaimu?
Entahlah
YOU ARE READING
Absurd
RandomSama seperti judulnya, isinya hanya hal hal absurd yang terlintas di pikiran yang kemudian saya tuangkan dalam sebuah tulisan...