"Ini apartemenmu, Chanyeol ssi? tanya Seohyun takjub ketika mereka sampai di depan pintu apartemen.
"Tentu saja. Tidak mungkin aku membawamu dan menyuruhmu tinggal di apartemen orang lain kan?" sahut Chanyeol terdengar agak ketus. Seouhyun mengerucutkan bibir dengan kesal.
"Saat aku ingin menyendiri, aku pasti datang ke sini."
Chanyeol masuk dengan langkah santai. Seohyun mengekor Chanyeol memasuki apartemen.
Seohyun takjub dengan segala apa yang ada di dalam apartemen Chanyeol. Sofa yang tampak mewah dan elegan, foto-foto Chanyeol yang terpampang di dinding, barang-barang antik yang sepertinya harganya di atas tujuh ribu won.
"Sebelah sana kamarmu dan yang sebelah sananya lagi, kamarku." Chanyeol menunjuk kamar Seohyun kemudian menunjuk kamarnya sendiri. Chanyeol yang tidak sabaran memandang kesal Seohyun yang masih berdiam diri. Seohyun tampak mengaggumi salah satu barang antik berbentuk topeng wajah seorang laki-laki yang menghiasi dinding.
"Hey," seru Chanyeol menyentuh lengan Seohyun. Seohyun mengedikkan bahu karena terkejut.
"Apa sih?" tanya Seohyun sewot.
"Itu kamarmu." Chanyeol kembali menunjuk kamar Seohyun.
Chanyeol menoleh ke arah Seohyun. Mata mereka saling bersitatap.
"Kenapa?" kali ini Chanyeol yang merasakan tatapan aneh dari mata Seohyun.
"Topeng itu dari mana?" Seohyun menunjuk ke arah topeng berwajah seorang laki-laki itu.
"Oh, itu topeng dari kakekku. Beliau pernah pergi ke Indonesia sewaktu muda dulu. Tepatnya di Yogyakarta. Topeng itu dari Yogyakarta." terang Chanyeol.
Seohyun mengangguk-ngangguk. Ya, ia bisa menebak bagaimana keluarga Chanyeol dari cerita Chanyeol sendiri. Laki-laki ini dari keluarga yang kaya. Sempat terbesit pikiran jahat untuk memanfaatkan keadaannya. Seohyun menggeleng-gelengkan kepala. Tidak. Tidak boleh Seohyun!
"Kau kenapa?" tanya Chanyeol heran.
"Tidak, aku hanya sedikit merasa pusing. Lebih baik aku istirahat saja." jawab Seohyun bohong.
"Ya, kurasa lebih baik begitu. Ingat ya, kalau ada seseorang yang memencet bel pintu, kau harus mengintipnya dulu dari lubang pengintip."
Seohyun mendengarkan perkataan Chanyeol dengan wajah serius. Seolah ia akan berpetualang ke Neverland dan ada bahaya yang patut diwaspadai.
"Dan ingat kau pantang satu hal," kata Chanyeol serius dengan mengangkat jari telunjuknya.
"Apa itu?" tanya Seohyun penasaran tak kalah serius. Ia mulai ketakutan.
"Pantang mengupil. Hahaha..." Chanyeol terkekeh.
Wajah serius Seohyun berganti wajah kesal. Wajahnya mengerucut.
"Tanpa kau beritahu aku sudah tahu. Hufft..." angin yang keluar dari mulutnya menerbangkan poni Seohyun.
"Aku pulang." ucap Chanyeol. Seohyun menoleh kecewa.
"Pulang?" sebelah alis seohyun terangkat, heran.
"Bukannya ini apartemenmu?"
"Ya, tapi aku punya rumah. Aku datang ke sini kalau aku ingin menyendiri saja. Hey, aku sudah bilang itu."
"Kalau kau pulang, aku sendirian di sini." kata Seohyun memelas. Wajahnya seperti anak kecil yang akan ditinggal bermain oleh kakaknya.
"Besok aku akan datang lagi. Tenang saja, tidak perlu takut seperti itu." Chanyeol tersenyum jail. Ia merasa puas melihat wajah Seohyun saat ini.
Chanyeol mengulurkan tangannya, "Park Chanyeol." ucapnya.
Postur tubuh Chanyeol yang tinggi membuat Seohyun harus mendongak ke atas untuk melihat wajahnya. "Seo Joo-Hyun, panggil saja Seohyun." Seohyun mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Chanyeol.
"Kita perlu berkenalan karena aku dan kau akan tetap berhubungan sampai hidungmu yang bengkok itu lurus lagi." Chanyeol mencoba menahan tawanya.
Chanyeol meninggalkan apartemen setelah Seohyun masuk ke kamarnya dan memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari pakaian. Setelah mengganti bajunya dengan baju tidur, Seohyun menghempaskan tubuhnya di ranjang. Menarik nafas dalam, matanya terpejam dan semuanya gelap.
***